Anda di halaman 1dari 42

Longcase

Gangguan Campuran
Anxietas dan Depresi

Disusun Oleh :
Tyas Ratna Pangestika
1813020047
Pembimbing :
dr. Iffah Qoimatun, Sp.KJ, M.Kes
STATUS PASIEN

IDENTITAS PASIEN
• Nama : Ny. T
• Umur : 34 tahun
• Jenis Kelamin : Perempuan
• Agama : Islam
• Alamat : Sraten, Kab. Semarang
• Pendidikan : SMA
• Pekerjaan : Pedagang
• Status Pernikahan : Menikah
Suami Pasien
• Nama : Tn. X
• Umur : 34 tahun
• Jenis Kelamin : Laki-laki
• Agama : Islam
• Alamat : Sraten, Kab. Semarang
• Pendidikan : SMA
• Pekerjaan : Pedagang
• Status Pernikahan : Menikah
• Merasa sedih
Keluhan
utama

• Pasien datang ke Poliklinik Jiwa RSUD Salatiga untuk


kontrol. Pasien mengatakan keluhannya sudah
berkurang dan sudah merasa cukup nyaman. 1 minggu
sebelumnya pasien dirawat inap di RSUD Salatiga
karena merasa lemas dan merasa sedih. Saat dirawat
ANAMNESIS

pasien mengeluh merasa takut dosa dan takut mati


sejak beberapa bulan. Pasien juga mengeluh cemas
RPS dan khawatir yang dirasakan semakin lama semakin
mengganggu.
RPS (Autoanamnesis)

• Pasien merasa cemas jika meninggalkan


ayahnya sendiri di rumah karena kakaknya juga
sedang sakit sehingga tidak bisa merawat
ayahnya secara maksimal sedangkan pasien
harus mengikuti suaminya tinggal di rumah
mertuanya. Pasien juga mengeluh sulit tidur
dan terkadang malas makan. Keluhan sakit
kepala, gemetar, jantung berdebar-debar,
sesak napas disangkal oleh pasien. Keluhan
hilang minat, pikiran ingin bunuh diri, dan
perasaan bersalah disangkal oleh pasien.
RPS (Alloanamnesis)

• Menurut suami pasien, sekarang keadaan pasien jauh lebih


baik. Pasien sudah mulai mau keluar kamar dan sudah tidak
sering menangis. Menurut suami pasien, keluhan pasien
bermula saat suami pertama dan ibu pasien meninggal. Sejak
itu pasien sering murung di kamar dan cenderung bersedih
bahkan sering menangis sendirian.
• Menurut suami pasien, pasien juga merasa cemas karena
meninggalkan ayahnya sendiri di rumah karena kakaknya juga
sedang sakit sehingga tidak bisa merawat ayahnya secara
maksimal sedangkan pasien harus mengikuti suaminya tinggal
di rumah mertuanya. Pasien juga mengeluh sulit tidur dan
terkadang malas makan. Menurut suami pasien, pasien
mempunyai kepribadian pemikir dan pencemas.
Riw Penyakit Dahulu

• Ibu pasien meninggal


• Suami pasien • Malas melakukan
meninggal apapun, pasien

2010 • sedih, tidak nafsu


makan dan sulit tidur
selama 1 bulan,
jarang keluar rumah,
2016 merasa orang-orang
yang terlihat di pasar
menjadi aneh, pasien
merasa
BB < 10kg penciumannya
menjadi lebih tajam
Riw. Penyakit Keluarga
• Riwayat Gangguan • Genogram
Mental
Anak ke 3  depresi.
Konsumsi obat dari
puskesmas.
• Riwayat Gangguan
Fisik
Ibu pasien
merupakan penderita
diabetes mellitus.
Riwayat tekanan
darah tinggi, jantung
dan asma disangkal
Riwayat Pribadi

Masa Kanak
Riwayat Prenatal dan Masa Kanak Awal (0-3
Pertengahan sampai
Perinatal tahun)
Remaja
• tidak memiliki • tidak ada masalah • Pasien tinggal
masalah saat lahir. pada masa kanak- dengan neneknya
Tidak terdapat kanaknya dan gizi sejak kecil sampai
permasalahan saat yang diberikan oleh memasuki SD
proses kelahiran. orang tuanya cukup • tidak ada masalah
• Kondisi fisik dan • tidak memiliki pada masa
mental ibu baik. masalah kesehatan remajanya
yang berarti pada • pasien adalah orang
masa kanak-kanak yang penakut dan
pemalu sehingga
terlihat lebih
pendiam di sekolah
Riw Pribadi (Masa Dewasa)

Riwayat aktivitas sosial Riwayat Perkawinan


pasien banyak beraktivitas di Menikah 2 x; suami 1 Riwayat Pendidikan
lingkungan rumahnya, sering meninggal tahun 2010; Lulusan SMA; tidak ada
mengobrol dg tetangga , rasa menikah lagi th 2013; belum hambatan di sekolah
malu sudah << memiliki keturunan

Riwayat kehidupan terkini


Riwayat Pekerjaan
Pasien tinggal bersama suami
pedagang ayam di pasar pagi
dan mertuanya; masih ada
sejak kecil; tidak ada masalah
rasa malu/tdk enak dg
dlm pekerjaan
keluarga suami
Riw. Pribadi (Masa Dewasa)

Mimpi dan Fantasi


Aktifitas Keagamaan
Riw . Pelanggaran Hukum

Tidak ada Seorang keluarganya


riwayat muslim bahagia dan
pelanggaran sejak kecil; pasien
hukum sering ikut dapat
pengajian; sembuh
rajin total dari
beribadah penyakitnya
PEMERIKSAAN STATUS MENTAL
DESKRIPSI UMUM

• Seorang perempuan berusia 34 tahun tampak


Penampilan sesuai umur, kulit sawo matang, cara berpakaian
rapi, kesan gizi baik, rawat diri baik, kooperatif

Perilaku dan
• Selama proses anamnesa pasien kooperatif dan
Aktivitas tidak banyak bergerak/tenang
Psikomotor

Sikap terhadap • Kooperatif, setiap pertanyaan dijawab sesuai oleh


pasien dan terbuka
pemeriksa
Slide Title

Mood dan Afek Pembicaraan


• Mood : eutimik • Kualitas : pasien lancar dalam
• Afek: normoafek menjawab pertanyaan, jawaban
dapat dipahami, intonasi tidak
monoton, volume suara terdengar
jelas, artikulasi jelas.
• Kuantitas :Bicara cukup,
koheren dan relevan, logorhoe (-),
blocking (-), mutisme (-).
• Kecepatan produksi: spontan
Persepsi Pikiran
• Halusinasi : auditorik, • Bentuk pikir : Realistik
visual, taktil tidak • Isi pikir :Tidak ditemukan
ditemukan preokupasi, waham curiga,
• Ilusi : tidak waham kejar, waham
kebesaran, waham
ditemukan
dikendalikan, pikiran obsesi,
maupun kompulsi.
• Arus pikir : Koheren
(+), flight of ideas (-), asosiasi
longgar (-) , neologisme (-).
Sensorium dan Kognisi

Memori
Jangka pendek: baik; Daya ingat segera: baik; Jangka menengah: baik
Jangka panjang: baik

Orientasi
Kesadaran
Waktu: baik; Tempat: baik ; Orang: baik
Compos Mentis
Situasi: baik

Informasi dan intelegensia


Konsentrasi dan perhatian Pikiran abstrak Taraf pendidikan: pendidikan
Konsentrasi : baik Pasien dapat membedakan terakhir SMA
Perhatian : baik apel dan jeruk Pasien mengetahui lawan
kata dari gelap yaitu terang.
Persepsi pemeriksaan terhadap pasien
Pasien seorang perempuan berusia 34 tahun berpenampilan baik dan sesuai
dengan usianya , pasien juga mampu merawat diri dengan baik. Pasien
datang dengan keluhan merasa sedih. Tidak ditemukan halusinasi

Daya Nilai Pengendalian Impuls


Daya nilai sosial: Penilaian pasien tentang norma – Pengendalian impuls
norma sosial baik pasien saat wawancara
Uji daya nilai realitas: dapat membuat kesimpulan baik.

Taraf dapat dipercaya


Hubungan Jiwa
Insight Pemeriksa memperoleh
Mudah ditarik dan mudah
kesan secara menyeluruh
Tilikan derajat 5 dicantum. Empati mudah
bahwa jawaban pasien dapat
diraba rasakan
dipercaya
Studi Diagnosis lebih lanjut

Sistem Interna Sistem Neurologi


• Keadaan Umum : Compos mentis • Saraf cranial : Tidak ada
• Tanda vital : Tekanan Darah peningkatan kelainan syaraf cranial
120/80 mmHg; Nadi 88x/menit; nafas atau peningkatan tekanan kranial
24 x/menit, suhu afebris • Saraf motorik : Gerakan (+/+);
• Sistem kardiovasuler : S1 / S2 reguler, Kekuatan 5/5 5/5; Tonus
bising (-) eutoni/eutoni eutoni/eutoni;
• Sistem respiratori : Suara dasar Klonus inferior (-/-); Reflek fisiologi
vesikukler (+/+), rokhi (-/-), wheezing (- +/+ +/+; Reflek patologi -/- -/-
/-)
• Sistem gastrointestinal : Supel, BU • Sensibilitas : Dalam batas
(+) dbn, nyeri tekan (-) normal
• Sistem urogenital : BAK dalam • Susunan saraf vegetatif : Dalam
batas nomal batas normal
• Sistem musculoskeletal : Dalam • Fungsi luhur : Dalam batas
batas normal normal
• Sistem integumeter : Dalam • Gangguan khusus : Tidak ada
batas normal kelainan
• Kelainan khusus : Tidak ada
Diagnosis Multiaksial

• Aksis I :F41.2 Gangguan Campuran Anxietas dan


Depresi
DD : F41.1 Gangguan Cemas Menyeluruh
F32.0 Episode Depresif Ringan
F43.2 Gangguan Penyesuaian
• Aksis II :Kepribadian Paranoid
• Aksis III :Tidak ada diagnosis
• Aksis IV :Masalah dengan Primary support group
(keluarga)
• Aksis V :GAF scale 80-71 pada pasien gejala
sementara dan dapat diatasi, disabilitas ringan dalam
sosial
Tatalaksana

Psikofarmaka Non Psikofarmaka


• Clobazam 1 x 10 • a) Psikoterapi suportif : memperkuat
mekanisme defens (pertahanan) pasien
mg terhadap stres.
• Fluoxetine HCL 1 x • b) Psikoterapi reedukatif : meningkatkan
20 mg pengetahuan keluarga untuk mendukung
kesembuhan pasien dengan mengawasi
pasien untuk minum obat teratur.
• c) Psikoterapi rekonstruktif : membangun
kembali kepercayaan diri pasien,
menjelaskan kepada pasien bahwa pasien
memiliki semangat hidup dan keinginan
kuat untuk melihat keluarga pasien
bahagia. Menolak semua pikiran negatif.
Prognosis

• Ad vitam : bonam
• Ad functionam : bonam
• Ad Sanationam : bonam
TINJAUAN PUSTAKA
DEFINISI

Gangguan Campuran Anxietas dan Depresi


(F41.2) merupakan gejala-gejala anxietas maupun
depresi, dimana masing-masing tidak
menunjukkan rangkaian gejala yang cukup berat
untuk menegakkan diagnosis tersendiri. Untuk
anxietas, beberapa gejala otonomik, harus
ditemukan walaupun harus tidak terus menerus,
disamping rasa cemas atau kekhawatiran
berlebihan
EPIDEMIOLOGI

• Keberadaan ganggguan depresif berat dan gangguan


panik secara bersamaan lazim ditemukan.
• 2/3 pasien dengan gejala depresif memiliki gejala
ansietas yang menonjol, dan 2/3 nya dapat
memenuhi kriteria diagnostik ganguan panik.
• 20-90 % pasien dengan ganggguan panik memiliki
episode gangguan depresif berat.
• Sejumlah klinisi dan peneliti  prevalensi gangguan
ini pada populasi umum adalah 10 % (di klinik
pelayanan primer ±50 %)
Etiologi

Hiperaktivitas
sistem
noradregenik

Gejala
kecemasan
dan depresi
berhubungan
secara genetik

neuroendokrin yang
sama pada gangguan
depresi dan gangguan
kecemasan
Faktor Risiko

• Adanya stress
• Memiliki riwayat keluarga dengan gangguan kesehatan
mental, termasuk gangguan penyalahgunaan zat
• Hidup dalam kemiskinan atau berjuang secara finansial
• Kurangnya dukungan keluarga atau sosial
• Memiliki penyakit serius atau kronis
• Memiliki harga diri yang rendah
• Pernah mengalami trauma masa kecil
• Harus berurusan dengan peningkatan jumlah stres harian
• Usia tua
Patofisiologi

mediator utama Sistem saraf simpatis


(serotonin, dopamin, Sistem saraf otonom  hiperaktivitas
noreprinefrin, GABA) otonomik

Respon abnormal
Stimulasi sistem disfungsi aksis
 timbul gejala
eksogen HPA
cemas depresi
Manifestasi Klinis
Depresi
Gejala utama :
• Afek depresi
• Kehilangan minat dan kegembiraan, dan
• Berkurangnya energi yang menuju meningkatnya keadaan mudah lelah (
rasa lelah yang nyata sesudah kerja yang sedikit) dan menurunnya
aktifitas.
Gejala lainnya dapat berupa :
• Konsentrasi dan perhatian berkurang
• Harga diri dan kepercayaan diri berkurang
• Gagasan tentang rasa bersalah dan tidak berguna
• Pandangan masa depan yang suram dan pesimistis
• Gagasan atau perbuatan membahayakan diri atau bunuh diri
• Tidur terganggu
• Nafsu makan berkurang.
Manifestasi Klinis

Ansietas
Utama : cemas, khawatir, was-was, ragu untuk
bertindak, perasaan takut yang berlebihan, gelisah
Diagnosis (PPDGJ III)

a) Terdapat gejala-gejala anxietas maupun depresi,


dimana masing-masing tidak menunjukkan rangkaian
gejala yang cukup berat untuk menegakkan diagnosis
tersendiri. Untuk anxietas, beberapa gejala
otonomik, harus ditemukan walaupun hasus tidak
terus menerus, disamping rasa cemas atau
kekhawatiran berlebihan.
b) Bila ditemukan anxietas berat disertai depresi yang
lebih ringan, maka harus dipertimbangkan kategori
gangguan anxietas lainnya atau gangguan anxietas
fobik.
Diagnosis (PPDGJ III)

c) Bila ditemukan sindrom depresi dan cemas yang


cukup berat untuk menegakkan diagnosis maka
kedua diagnosis tersebut harus dikemukakan, dan
diagnosis gangguan campuran tidak dapat
digunakan. Jika karena sesuatu hal hanya dapat
dikemukakan satu diagnosis maka gangguan depresif
harus diutamakan.
d) Bila gejala-gejala tersebut berkaitan erat dengan
stress kehidupan yang jelas maka harus digunakan
kategori F.43.2 (gangguan penyesuaian)
Kriteria Diagnostik DSM IV
Tatalaksana

1) Psikofarmaka
Dua golongan obat utama yang dipakai dalam
pengobatan gangguan anxietas adalah
Benzodiazepine dan Non-Benzodiazepine

Sedang untuk depresi dipakai golongan Trisiklik,


Tetrasiklik, MAOI-reversible, SSRI, dan anti depresan
atipikal.Dimana SSRI menjadi pilihan utama
Anti Ansietas

Benzodiazepin Non Benzodiazepin


Ex:Klordiazepoksid, Ex : buspirone
diazepam,lorazepam,
clobazam,alprazolam, Mekanisme kerja :
halozepam antagonis selektif reseptor s
Mekanisme kerja : sindrom erotonin postsinaps 5HT1A
ansietas  hiperaktivitas sist di hipokampus
limbik (GABA ergic :
serotonergic,
dopaminergic, noradrenergic)
 menekan aktifitas GABA
neuron gejala reda
Anti Ansietas
Anti Depresan

• Golongan trisiklik : amitriptilin, imipramin,


clomipramin, tianeptin
• Golongan tetrasiklik : maprotiline, mianserin,
amoxapine
• Golongan MAOI Reversible : maclobemide
• Golongan SSRI : sertraline, paroxetin, fluvoxamine,
fluoxetine, duloxetine, citalopram
• Golongan atipikal : trazodone, mirtazapine,
venlafaxine
Anti Depresan

• Mekanisme kerja :
a. Trisiklik : memblokade reuptake
dari noradrenalin dan serotonin yang menuju neuron presi
naps.
b. SSRI : hanya memblokade reuptake dari serotonin.
c. MAOI : menghambat pengrusakan serotonin pada sinaps
d. Atipikal/SNRI : memblokade reseptor alfa ( presinaps )
Anti Depresan
Tatalaksana

2) Psikofarmaka
a) Psikoterapi suportif : memperkuat mekanisme
defens (pertahanan) pasien terhadap stres
b) Psikoterapi reedukatif : meningkatkan pengetahuan
keluarga untuk mendukung kesembuhan pasien
dengan mengawasi pasien untuk minum obat teratur.
c) Psikoterapi rekonstruktif : membangun kembali
kepercayaan diri pasien, menjelaskan kepada pasien
bahwa pasien memiliki semangat hidup dan
keinginan kuat untu melihat anak pasien bahagia.
Pembahasan
Anamnesis : Px. Status Mental :
Pasien datang ke Poliklinik Jiwa tidak ditemukan gangguan isi
RSUD Salatiga untuk kontrol. pikir dan gangguan realitas
Pasien mengatakan keluhannya
sudah berkurang dan sudah Terapi :
merasa cukup nyaman. 1 minggu
sebelumnya pasien dirawat inap Fluoxetine 1x 20 mg
di RSUD Salatiga karena merasa Clbazam 1 x 10 mg (Antiansietas dan
lemas dan merasa sedih. Saat antidepresan)
dirawat pasien mengeluh merasa
takut dosa dan takut mati sejak
beberapa bulan. Pasien juga
mengeluh cemas dan khawatir
yang dirasakan semakin lama
semakin mengganggu.
Journal/Article
Terimakasih

Anda mungkin juga menyukai