Anda di halaman 1dari 32

EPILEPSI

KELOMPOK
Devita Dwi Haryanti
Reny Ayu Nisa
Siti Sahliana
Yeyen Nalida
Definisi
Epilepsi bukanlah suatu
penyakit tetapi merupakan
manifestasi klinik daripada
lepasnya mutan listrik yang
berlebihan dari sel-sel
neuron di otak yang ditandai
oleh serangan yang datang
berulang-ulang. Epilepsi
berasal dari kata
“epilambanain” yang berarti
serangan (Taofik, 2009).
Anatomi Fisiologis
1. Saraf
Sistem saraf adalah serangkaian
organ yang kompleks dan
bersambungan serta terdiri
terutama dari jaringan saraf.
Dalam mekanisme sistem saraf,
lingkungan internal dan stimulus
eksternal dipantau dan diatur.
2. Organisasi Struktural Sistem Saraf

Sistem Saraf Pusat Sistem Saraf perifer


3. Sel Pada Sistem Saraf

Neuron

Adalah unit fungsional sistem


saraf yang terdiri dari badan
1. Neurofibril yaitu neurofilamen dan neurotubulus
sel dan perpanjangan
yang dapat dilihat melaluimikroskop cahaya jika
sitoplasma. Badan sel atau
diberi pewarnaan dengan perak.
perikarion, suatu neuron
2. Dendrit adalah perpanjangan sitoplasma yang
mengendalikan metabolisme
biasanya berganda dan pendek serta berfungsi
keseluruhan neuron.Bagian ini
untuk menghantar impuls ke sel tubuh.
tersusun dari komponen
3. Akson adalah suatu prosesus tunggal, yang lebih
berikut :Satu nucleus tunggal,
tipis dan lebih panjang daridendrite.Bagian ini
nucleolus yang menonjol dan
menghantar impuls menjauhi badan sel ke neuron
organel lain seperti
lain, ke sel lain (selotot atau kelenjar) atau ke
konpleksgolgi dan
badan sel neuron yang menjadi asal akson.
mitochondria, tetapi nucleus
ini tidak memiliki sentriol dan
tidak dapatbereplikasi.
Etiologi
Penyebab dari epilepsi yang dikutip oleh Wong (1997), antara lain:
1. Idiopatik
2. Faktor hereditas
3. Prenatal: fetal distress,perdarahan pervagina,ketuban pecah dini, infeksi
virus TORCH.
4. Perinatal: Trauma persalinan,persalinan dengan vacuum,forcep,partus
lama,Seksio kaesar
5. Pasca natal: Asfeksia,hiperbilirubin,hipoglikemi,
6. Radang otak (encepalitis)
7. Trauma kapitis gangguan peredaran darah otak
8. Tumor otak
9. Kejang demam
10. Gangguan peredaran darah
11. Anomali congenital otak
12. Gangguan metabolism.
13. Kelainan degeratif susunan saraf pusat
Bila ditinjau dari faktor etiologi, maka sindrom
epilepsi dapat dibagi menjadi 2 kelompok yaitu:

1. Epilepsi idiopatik (penyebab tidak


diketahui)
Sebagian dari jenis idiopatik
disebabkan oleh interaksi beberapa 2. Epilepsi simtomatik (penyebab
faktor genetik. Gangguan fisiologis ini diketahui, misalnya tumor otak,
melibatkan stabilitas sistem talamik – pascatrauma otak, pascaensefalitis.
intralaminar dari substansia kelabu Epilepsi simtomatik terjadi bila fungsi
basal dan mencakup reticuler otak terganggu oleh berbagai
activating system dalam sinkronisasi kelainan intrakranial atau
lepas muatan. Sebagai akibatnya ekstrakranial. Penyebab intrakranial
dapat terjadi gangguan kesadaran misalnya anomali kongenital, trauma
yang berlangsung singkat (absens otak, neoplasma otak, lesi iskemia,
murni, petit mal), atau lebih lama dan ensefalopati, abses otak, jaringan
disertai kontraksi otot tonik-klonik parut.
(tonik-klonik umum, grand mal).
Klasifikasi
Kejang Umum Kejang Parsial

1. Tonic-clonic convulsion (grand


mal)
1. Simple partial seizures
2. Absencense attacks/lena (petit
2. Complex Partial Seizures
mal)
3. Myoclonic seizure
4. Atonic seizure
MANIFESTASI KLINIS
1. Satu atau kedua mata dan kepala bergerak menjauhi sisa focus
2. Menyadari gerakan atau hilang kesadaran
3. Bola mata membalik ke atas
4. Bicara tertahan
5. Mati rasa
6. Kesemutan
7. Perasaan ditusuk-tusuk
8. Seluruh otot tubuh menjadi kaku
9. Kedua lengan dalam keadaan fleksi tungkai, kepala, dan leher
dalam keadaan ekstensi
10. Apnea
11. Gerakan tersentak-sentak
12. Mulut tampak berbusa
13. Reflex menelan hilang
14. Saliva meningkat
KOMPLIKASI

1. Kerusakan otak akibat hipoksia dan retardasi mental


2. Timbul depresi dan keadaan cemas

(Elizabeth, 2001 : 174)


PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Pemeriksaan 1. Pemeriksaan pediatric
fisik 2. Pemeriksaan neurologis
3. Konsul kebagian mata, THT, hematologi, endokrinologi

Pemeriksaan 1. Pemeriksaan darah tepi secara rutin


laboratorium 2. Pemeriksaan lain sesuai indikasi misalnya kadar gula
darah, elektrolit
Pemeriksaan 3. Pemeriksaan CSS
elektroensefalo
gram (EEG) 1. Dapat menentukan focus serta jenis epilepsy
2. Pemeriksaan dilakukan secara berkala

Pemeriksaan
1. epilepsy menderita retardasi mental
psikologis dan
2. perlu mendapat perhatian dan melibatkan orang tua
psikiatrik
1. Tulang tengkorak simetri
Pemeriksaan 2. Destrusi tulang
radiologis 3. Kalsifikasi intrakranium yang abnormal
Penatalaksanaan Medis

Selama Kejang
1. Berikan privasi dan perlindungan
2. Mengamankan pasien
3. Hindarkan benturan kepala atau bagian tubuh lainnya
4. Longgarkan bajunya
5. Biarkan kejang berlangsung
6. Ajarkan penderita untuk mengenali tanda2 awal
7. Bila serangan berulang-ulang dalam waktu singkat atau
penyandang terluka berat, bawa ia ke dokter atau
rumah sakit terdekat
LANJUTAN…..

Setelah kejang
1. Penderita akan bingung atau mengantuk setelah kejang terjadi.
2. Pertahankan pasien pada salah satu sisi untuk mencegah aspirasi.
Yakinkan bahwa jalan napas paten.
3. Biasanya terdapat periode ekonfusi setelah kejang grand mal
4. Periode apnea pendek dapat terjadi selama atau secara tiba- tiba
5. Pasien pada saaat bangun, harus diorientasikan terhadap
lingkungan
6. Beri penderita minum untuk mengembalikan energi yg hilang
selama kejang dan biarkan penderita beristirahat.
7. Jika pasien mengalami serangan berat setelah kejang (postiktal),
coba untuk menangani situasi dengan pendekatan yang lembut
dan member restrein yang lembut
8. Laporkan adanya serangan pada kerabat terdekatnya. Ini penting
untuk pemberian pengobatan oleh dokter
Lanjutan…..

Pencegahan
Program skrining untuk mengidentifikasi anak
gangguan kejang pada usia dini, dan program
pencegahan kejang dilakukan dengan penggunaan
obat-obat anti konvulsan secara bijaksana dan
memodifikasi gaya hidup merupakan bagian dari
rencana pencegahan ini.
Lanjutan….

Pengobatan
Pengobatan epilepsi adalah pengobatan jangka panjang.
Penderita akan diberikan obat antikonvulsan untuk mengatasi
kejang sesuai dengan jenis serangan. Penggunaan obat dalam
waktu yang lama biasanya akan menyebabkan masalah dalam
kepatuhan minum obat (compliance) seta beberapa efek samping
yang mungkin timbul seperti pertumbuhan gusi, mengantuk,
hiperaktif, sakit kepala, dll. Penyembuhan akan terjadi pada 30-40%
anak dengan epilepsi. Lama pengobatan tergantung jenis epilepsi
dan etiologinya. Pada serangan ringan selama 2-3th sudah cukup,
sedang yang berat pengobatan bisa lebih dari 5th.
Pada epilepsi umum sekunder, obat-obat yang menjadi lini
pertama pengobatan adalah karbamazepin dan fenitoin.
Gabapentin, lamotrigine, fenobarbital, primidone, tiagabine,
topiramate, dan asam valproat digunakan sebagai pengobatan lini
kedua.
Lanjutan….

Bila plasma konsentrasi obat di ambang atas tingkat


terapeutis namun penderita masih kejang dan AED tak
ada efek samping, maka dosis harus ditingkatkan. Bila
perlu diberikan gabungan dari 2 atau lebih AED, bila tak
mempan diberikan AED tingkat kedua sebagai add on.
1. Fenitoin (PHT)
2. Karbamazepin (CBZ)
3. Fenobarbital (PB)
4. Asam valproat (VPA)
5. Gabapentin (GBP)
6. Lamotrigin (LTG)
7. Topiramate (TPM)
8. Tiagabine (TGB)
Penatalaksanaan Keperawatan
PENGKAJIAN
Pengkajian pada pasien dengan epilepsi antara lain:
1. Anamnesa
2. Riwayat kesehatan
3. Riwayat penyakit dahulu
4. Riwayat kesehatan keluarga
5. Pengkajian Psiko-sosio-spiritual
6. Pemeriksaan fisik

Selain itu juga dilakukan pemeriksaan 6B, yaitu:


1. B1 (Breathing)
2. B2 (Blood)
3. B3 (Brain)
4. B4 (Bladder)
5. B5 (Bowel)
6. B6 (Bone)
DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri akut b.d nyeri kepala sekunder respons pascakejang
(Postikal).
2. Resiko cedera b.d kejang berulang, ketidaktahuan tentang
epilepsi dan cara penanganan saat kejang serta penurunan
tingkat kesadaran.
3. Ansietas b.d kejang berulang, penyakit yang diderita.
4. Koping individu tidak efektif b.d depresi akibat epilepsi,
stigma sosial yang berkaitan dengan epilepsi, penyakit yang
kronis.
5. Kurang pengetahuan b.d baru pertama didiagnosa, seringnya
aktifitas kejang, status perkembangan dan usia.
6. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas b.d spasme pada jalan
nafas, obstruksi trakeobronkial.
7. Hambatan mobilitas fisik b.d penurunan kendali dan masa
otot, gangguan sensori perceptual
INTERVENSI KEPERAWATAN
Nyeri akut b.d nyeri kepala sekunder respons
pascakejang (Postikal).
NOC NIC

Pain management
1. Lakukan pengkajian nyeri secara
Kriteria hasilː
komprehensif termasuk lokasi,
Pain level
karakteristik, durasi, frekuensi dan
1. Mampu mengontrol nyeri (tahu
faktor presipitasi)
penyebab nyeri, mampu
2. Kaji tipe dan sumber nyeri
menggunakan tehnik
3. Ajarkan tehnik nonfarmakologi
nonfarmakologi untuk mengurangi
4. Kolaborasi dengan dokter untuk
nyeri, mencari bantuan)
pemberian analgetic
Pain control
Analgesic administration
1. Melaporkan bahwa nyeri berkurang
1. Tentukan lokasi, karakteristik, kualitas
dengan menggunakan management
dan derajat nyeri sebelum pemberian
nyeri (skala, intensitas, frekuensi dan
obat
tanda nyeri)
2. Cek instruksi doktertentang jenis obat,
Comfort level
dosis dan frekuensi
1. Mengatakan rasa nyaman setelah
3. Cek riwayat alergi
nyeri berkurang
4. Monitor vital sign sebelum dan sesudah
pemberian analgetic pertama kali
Resiko cedera b.d kejang berulang, ketidaktahuan tentang
epilepsi dan cara penanganan saat kejang serta penurunan
tingkat kesadaran.
NOC NIC

Environment Management (manajemen


Resiko kontrol lingkungan)
1. Klien terbebas dari cidera 1. Sediakan lingkungan yang aman untuk
2. Klien mampu menjelaskan pasien
cara/metode untuk mencegah 2. Identifikasi kebutuhan keamanan pasien,
injury/cidera sesuai dengan kondisi fisik dan kognitif
3. Klien mampu menjelaskan faktor psien dan riwayat penyakit terdahulu
resiko dari lingkungan/perilaku pasien
personal 3. Menghindarkan lingkungan yang
4. Mampu mengenali perubahan berbahaya (memindahkan perabotan)
status kesehatan 4. Menganjurkan keluarga menemani
pasien
Ansietas b.d kejang berulang, penyakit yang
diderita.
NOC NIC

Anxiety reduction (penurunan kecemasan)


1. Gunakan pendekatan yang
menenangkan
Kriteria hasil 2. Nyatakan dengan jelas harapan
1. Klien mampu mengidentifikasi dan terhadap pelaku pasien
mengungkapkan gejala cemas 3. Pahami prespektif pasien terhadap
2. Mengidentifikasi, mengungkapkan situasi stres
dan menunjukkan tehnik untuk 4. Temani pasien untuk memberikan
mengontrol cemas keamanan dan mengurangi takut
3. Vital sign dalam batas normal 5. Dengarkan dengan penuh perhatian
1. Postur tubuh, ekspresi wajah, bahasa 6. Identifikasi tingkat kecemasan
tubuh dan tingkat aktivitas 7. Bantu pasien mengenal situasi yang
menunjukkan berkurangnya menimbulkan kecemasan
kecemasan 8. Dorong pasien untuk mengungkapkan
perasaan, ketakutan, persepsi
9. Instruksikan pasien menggunakan
teknik relaksasi
Koping individu tidak efektif b.d depresi akibat epilepsi, stigma
sosial yang berkaitan dengan epilepsi, penyakit yang kronis.

NOC NIC

Kriteria hasil
Decision making
Dicision making
1. Role inhasmet
1. Menginformasikan pasien alternatif atau solusi
2. Sosial support
lain penanganan
3. Mengidentifikasi pola koping
2. Memfasilitasi pasien untuk membuat keputusan
yang efektif
3. Bantu pasien mengedintifikasi keuntungan,
4. Mengungkapkan secara
kerugian dari keadaan
verbal tentang koping yang
Role inhancement
efektif
1. Bantu pasien untuk identifikasi bermacam-
5. Mengatakan penurunan stres
macam nilai kehidupan
6. Klien mengatakan telah
2. Bantu pasien identifikasi strategi positif untuk
menerima tentang
mengatur pola nilai yang dimiliki
keadaannya
7. Mampu mengedintifikasi
strategi tentang koping
Lanjutan….
NIC

Koping enhancement
1. Anjurkan pasien mengedintifikasi
gambaran perubahan perubahan
peran yang realistis
2. Gunakan pendekatan tenang dan
meyakinkan
3. Hindari pengambilan keputusan pada
saat pasien berada dalam stres berat
4. Berikan informasi actual yang terkait
dengan diagnosis, terapi dan
prognosis
Kurang pengetahuan b.d baru pertama didiagnosa, seringnya
aktifitas kejang, status perkembangan dan usia

NOC NIC

Teaching : disease process


1. Jelaskan patofisiologi dari penyakit dan
Knowledge : disease process
bagaimana hal ini berhubungan dengan
Knowledge : health behavior
anatomi dan fisiologi, dengan cara yang
1. Pasien dan keluarga menyatakan
tepat
pemahaman tentang penyakit,
2. Gambarkan tanda dan gejala yang biasa
kondisi, prognosis dan program
muncul pada penyakit, dengan cara yang
pengobatan
tepat
2. Pasien dan keluarga mampu
3. Gambarkan proses penyakit, dengan cara
melaksanakan prosedur yang
yang tepat
dijelaskan secara benar
4. Identifikasi kemungkinan penyebab,
3. Pasien dan keluarga mampu
dengan cara yang tepat
menjelaskan kembali apa yang
5. Diskusikan perubahan gaya hidup yang
dijelaskan perawat/tim kesehatan
mungkin diperlukan untuk mencegah
lainnya
komplikasi di masa yang akan datang dan
atau proses pengontrolan penyakit
Ketidakefektifan bersihan jalan nafas b.d spasme
pada jalan nafas, obstruksi trakeobronkial.
NOC NIC

Respiratory status : ventilation


Respiratory status : Airway patency
Kriteria Hasil Airway suction
1. Mendemosntrasikan batuk efektif 1. Pastikan kebutuhan oral / tracheal
dan suara nafas yang bersih, tidak suctioning
ada sianosis dan dsypneu (mampu 2. Askultasi suara mafas sebelum dan
mengeluarkan sputum, mampu sesudah suctioning
bernafas dengan mudah, tidak ada 3. Infmasikan pada klien dan keluarga
pursed lips) tentang suctioning
2. Menunjukkan jalan nafas yang paten 4. Minta klien nafas dalam sebelum
( klien tidak merasa tercekik, irama suction dilakukan
nafas, frekuensi pernapasan dalam 5. Berikan O2dengan menggunakan nsal
rentang normal, tidak ada suara untuk memfasilitasi suction nasotrakeal
nafas normal) 6. Gunakan alat yang steril setiap
3. Mampu mengidentifikasikan dan melakukan tindakan
mencegah factor yang dpat
menghambat jalan nafas
LANJUTAN….

7. Anjurkan pasien untuk istirahat dan napas dalam


setelah kateter dikeluarkan dari nasotrakeal
NIC 8. Monitor status oksigen pasien
9. Ajarkan keluarga bagaimana cara melakukan suction
10. Hentikan suction dan berikan oksigen apabila pasien
menunjukan bradikardi, peninkatan saturasi O2 dll.
Airway Management
1. Buka jalan napas, gunakan teknik chin lift atau jaw
thrust bila perlu
2. Posisikan pasien untuk memaksimalakan ventilasi
3. Identifikasi pasien perlunya pemasangan alat jalan
napas buatan
4. Pasang mayo bila perlu
5. Lakukan fisioterapi dada jika perlu
6. Keluarkan sekre dengan batuk atau suction
7. Askultasi suara napas, catat adanya suara tambahan
8. Lakukan suction pada mayo
9. Berikan pelembab udara kassa basah NaCl lembab
10. Atur intake untuk cairan mengoptimalkan
keseimbangan
11. Monitor respirasi dan status O2
Hambatan mobilitas fisik b.d penurunan kendali
dan masa otot, gangguan sensori perceptual
NOC NIC

Joint movement : Active


Mobility Level Exercise therapy : ambilation
Self care : ASLs 1. Monitoring vital sign sebelum / sesudah
Transfer performace latihan dan latih respon pasien saat
Kriteria hasil : latiihan
1. Kilen meningkat dalam aktivitas 2. Konsultasikan dengan terapi fisik tentang
fisisk rencana ambulasi sesuai dengan
2. Mengerti tujuan dari peningkatan kebutuhan
mobilitas 3. Bantu klien untuk menggunakan tonhkat
3. Memverbalisasikan perasaan saat berjalan dan cegah terhadap cedera
dalam meningkatakan kekuatan 4. Ajarkkan oasien atau tenaga kesehatan
dan kemampuan perpindah lain tentang teknik ambulasi
4. Memperagakan penggunanan alat
5. Bantu untuk mobilisasi (walker)
LANJUTAN….

NIC

5. Kaji kemampuan pasien dalam


mobilisasi
6. Latih pasien dalam pemenuhan
kebutuhan ADLs secara mandiri
sesuai kemampuan
7. Dampingi dan bantu pasien saat
mobilisasi dan bantu penuhi
kebutuhan ADLs
8. Beriakan alat bantu jika klien
memerlukan
9. Ajarkan pasien bagaimana
merubah posisi dan berikan
bantuan jika diperlukan

Anda mungkin juga menyukai