Anda di halaman 1dari 6

REVIEW JURNAL

Penanganan Gawat Darurat Tension Pnemouthoraks Dengan Neddle


Thoracocentesis ICS Ke-5 & Pemasangan Mini- WSD

Untuk Menyelesaikan Tugas Profesi Stase Keperawatan Gadar dan Kritis

Disusun Oleh:
M.REZA APRIANDI

NIM:
11194691910048

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

FAKULTAS KESEHATAN

UNIVERSITAS SARI MULIA

BANJARMASIN

2020
LEMBAR PERSETUJUAN

JUDUL REVIEW JURNAL : MANAGEMENT OF EMERGENCY TENSION


PNEUMOTORAKS WITH NEEDLE THORACOCENTESIS
ICS 5 & MINI-WSD INSTALLATION
NAMA MAHASISWA : M.REZA APRIANDI

NIM : 1194691910048

Banjarmasin, 9 April 2020

Menyetujui,

RSUD Ulin Banjarmasin Program Studi Profesi Ners


Fakultas Kesehatan
Universitas Sari Mulia
Preseptor Klinik (PK) Preseptor Akademik (PA)

…………………………………. ………………………………….
NIK. ..................... NIK. ......................
LEMBAR PENGESAHAN

JUDUL KASUS : MANAGEMENT OF EMERGENCY TENSION


PNEUMOTORAKS WITH NEEDLE THORACOCENTESIS
ICS 5 & MINI-WSD INSTALLATION
NAMA MAHASISWA : M.REZA APRIANDI

NIM : 1194691910048

Banjarmasin,9 April 2020

Menyetujui,

RSUD Ulin Banjarmasin Program Studi Profesi Ners


Fakultas Kesehatan
Universitas Sari Mulia
Preseptor Klinik (PK) Preseptor Akademik (PA)

…………………………………. ……………………………

NIK. ..................... NIK. ......................


REVIEW JURNAL

Penulis Ricat Hinaywan Malik


Tahun Terbit 2020
Judul Penanganan Gawat Darurat Tension Pnemouthoraks Dengan Neddle
Thoracocentesis ICS Ke-5 & Pemasangan Mini- WSD.
(MANAGEMENT OF EMERGENCY TENSION PNEUMOTORAKS
WITH NEEDLE THORACOCENTESIS ICS 5 & MINI-WSD
INSTALLATION).

Lembaga penerbit FORIKES (Forum Ilmiah Kesehatan) Ponorogo, Indonesia


Volume, nomer & Vol11, No.3 & Hal. 1-21
Halaman
Tanggal terbit Januari 2020
Reviewer (mahasiswa- M.Reza Apriandi S.Kep – Nim : 11194691910048
npm)

1. Pendahuluaan
a. Latar Belakang Saya mereview Journal ini yaitu Tension pneumothorax merupakan
keadaan gawat darurat dengan angka kematian tinggi karena bisa
menyebabkan kematian dan membuat paru kolaps yang bisa
ditangani dengan tindakan sederhana. Selain banyak disebabkan
karena trauma toraks, tension pneumothorax jarang disebabkan
penyakit infeksi seperti tuberkulosis paru. Selama ini penanganannya
dengan needle thoracocentesis di sela iga kedua linea mid-klavikula
dan pemasangan chest tube-WSD di sela iga kelima.
b. Alasan Bagaimana Penanganan Gawat Darurat Tension Pnemouthoraks
Dengan Neddle Thoracocentesis ICS Ke-5 & Pemasangan Mini- WSD
apakah efektif atau tidak.
c. Tujuan Menurut saya tujuannya untuk mendiskusikan penanganan emergensi
dengan keterbatasan fasilitas dan sumber daya pada pasien tension
pneumothorax menggunakan needle thoracocentesis di sela iga
kelima linea mid-klavikula dan pemasangan mini-WSD. Overview di
IGD untuk penanganan pertama pasien tension Pnemouthoraks
apakah efektif atau tidak.
d. Teori & hasil Menurut teori sebelumnya yaitu Jurnal Penelitian Kesehatan SUARA
penelitian FORIKES, Volume 1-6 (2010-2015) bahwa penanangan yang sering
sebelumnya dilakukan pada pasien Tension Pnemouthoraks yaitu menggunakan
needle thoracocentesis.
2. Metodelogi
penelitian
a. Subjek penelitian Subjek penelitiannya yaitu seorang laki-laki yang mengalami tension
pnemouthoraks, dirawat di bangsal rumah sakit dengan sesak nafas
yang semakin memberat 1 minggu terakhir, batuk berdahak jarang,
dan demam. Pemeriksaan fisik: komposmentis, TD normal, HR
132x/min, RR 36 x/min, suhu 37,5oC, SpO2 80%. Terdapat
peningkatan JVP, dada asimetris (kiri lebih tinggi dibanding kanan),
gerak dada kanan tertinggal, tak ada nyeri tekan dada, dada kanan
hipersonor, auskultasi dada kanan terdengar seperti udara yang
melewati pipa air, dada kiri terdengar ronki kasar. Penunjang:
leukositosis, VCT positif HIV, foto toraks menunjukkan pneumotoraks
kanan berat dan TB aktif paru kiri. Pasien didiagnosis tension
pneumothorax sekunder karena TB paru, selain AIDS.
b. Teknik Teknik yang dilakukan yaitu dengan Pengumpulan data dilakukan
dengan menggunakan stetoskop untuk pemeriksaan auskultasi
pernapasan dan lembar observasi untuk mengamati tanda dan gejala
pada pasien Tension Pnemouthoraks. Yaitu gejalanya berupa akral
dingin, ujung jari terjadi acrosianosis, terjadinya ekspansi paru di
bagian trauma yang terkena Tension Pnemouthoraks, Trachea
mediasternum bergeser, terjadi nya syok, dan pasien sulit bernafas
dan ada peningkatan JVD. Pengolahan dan analisa data secara
komputerisasi dengan menggunakan program SPSS, termasuk uji Mc
Nemar.
c. Pengumpulan data Analisa data pada penelitian ini menggunakan Uji Mc Nemar adalah
digunakan untuk menganalisis efek penggunaan neddle
Thoracosintesis dan wsd pada pasien Tension
Pnemouthoraks.dilakukan di RS Ortopedi Prof.DR.R.Soeharso, RSUD
Dr.Moewardi, FK UNS, FK Unissula
Indonesia.
d. Alat pengumpulan yaitu dengan Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan
data stetoskop untuk pemeriksaan auskultasi pernapasan dan lembar
observasi Tension Pnemouthoraks untuk mengamati Jalan Napas
pada responden (pre dan posttest)untuk melihat apakah pasien
Tension Pnemouthoraks atau bukan. Bersihan jalan napas diukur
dengan tanda-tanda sesak napas, batuk, peningkatan frekuensi
pernapasan, sputum dan suara napas tambahan (ronchi). Pengolahan
dan analisa data secara komputerisasi dengan menggunakan
program SPSS, termasuk uji Mc Nemar.
e. Prosedur penelitan ini menggunakan pendekatan eksprimen dengan one group
penelitian pretest posttest design dengan melihat keadaan pasien sebelum dan
sesuah dilakukan tindakan.
f. Analisis data Analisa data dengan menggunakan program SPSS termasuk uji Mc
Nemar.
3. Hasil dan
Pembahasan
a. Hasil Hasil yang didapatkan pada pasien ini yaitu terdapat perbaikan klinis.
Pasien bertahan hidup hingga dapat dilakukan tindakan definitif dan
penanganan lebih lanjut oleh ahlinya.
b. Pembahasan Dari hasil penelitian dengan menggunakan uji statistik Mc Nemar Test
didapatkan bahwa Neddle Thoracocsintesis di ICS ke-5 dan
pemasangan Mini WSD terhadap pada pasien Tension Pnemoutoraks
efektif dalam penanganannya karena sesuai dengan primary survey
yang dilakukan dan pada saat dilakukan terdapat Pasien bertahan
hidup hingga dapat dilakukan tindakan definitif dan penanganan lebih
lanjut oleh ahlinya, dan memperbaiki keadaan klinis pasien tension
pneumothorax. Jadi penanganan ini sangat efektif diawal kejadian
pasien terkena tension pnemouthoraks karena pada pasien ini harus
dilakukan tindakan diawal mungkin agar mengurangi angka kematian,
karena pasien dengan tension pnemouthoraks terjadi sesak nafas
yang progresif berat jadi harus dilakukan tindakan diawal mungkin
agar pasien tidak kekurangan oksigen dan mengurangi terjadinya
hipoksa.
4. Kesimpulan,
keterbatasan saran
dan rekomendasi
a. Kesimpulan N Jadi kesimpulannya yaitu Needle thoracocentesis sela iga kelima linea
mid-aksila dan mini-WSD lebih mudah dilakukan dan memperbaiki
keadaan klinis pasien tension pneumothorax.
b. Keterbatasan Keterbatan pada penelitian ini yaitu hanya berfokus pada 2 tindakan
saja tidak mengukur tindakan yang lainnya.
c. Saran S Saran saya dalam penelitian ini yaitu jangan hanya fokus kedua
tindakan saja pada pasien Tension Pnemouthoraks tapi masukan juga
tindakan yang lainnya seperti terapi cairan atau tindakan jaw thrust
untuk penanganan pertama, dan juga buka semua pakaian pasien
agar pasien tidak merasa sesak.
d. Rekomendasi Rekomendasi saya yaitu sesuaikan protocol nya mulai dengan Primay
Survey sesuai dengan penelitian yang lain dan juga Secondery
Suverynya agar penanganan tidak berfokus pada 2 tindakan.
5. Kekuatan dan
Kelemahan jurnal
oleh reviewer
a. Kekuatan Menurut saya kekuatan pada journal ini yaitu tebaru dan masuk dalam
forum jurnal penelitian keseahatan forikes dan menpunyai ISSN nya
kuat di tindakan Primay Survey dan Secondary Survey yaitu dengan
dilakukannya Neddle Thoracosintesis dan Pemasangan Mini WSD
sesuai dengan ilmu kesehatan yaitu penanganan pertama pada
pasien Tension Pnemouthorax.
b. Kelemahan Kekurangannya yaitu menurut saya yaitu pada journal ini hanya
berfokus pada penanganan di IGD saja dan hanya fokus kedua
tindakan yaitu Neddle Thoracosintesis dan Pemasangan Mini WSD,
untuk tindakan lainnya seperti lakukan jaw Thrust dan posisi tubuh
dan disenfektan area luka tidak di tunjukan di journal ini.
6. Implikasi
Keperawatan
a. RS (IGD atau ICU) Pengguanaan nya pada saat penanganan pertama di IGD tepat untuk
menyelamatkan nyawa seseorang yang terkena Tension
Pnemouthoraks bagus untuk tindakan pertama pada pasien Tension
Pnemouthoraks yang dilakukan primay survey dan secondery survey.
b. Pendidikan Menurut saya journal ini diiharapkan dapat digunakan sebagai bahan
referensi untuk meningkatkan kualitas pendidikan dan bahan acuan
bagi peneliti selanjutnya untuk dapat meningkatkan kualitas dan
wawasan bagi mahasiswa dan mahasiswi pada pasien tension
pnemouthoraks.
Penelitian ini juga diharapkan dapat memberi masukan kepada rumah
sakit khususnya di ruang IGD dalam mengurangi angka kematian
dengan diagnosa Tension Pnemouthoraks.

Anda mungkin juga menyukai