Kelompok Rentan Gizi Update
Kelompok Rentan Gizi Update
RENTAN
GIZI
Nunuk Nugrohowati,drg, MS
FK UPN V JKT
Nunuk N, drg, MS
Depatemen IKM
FK UPN V JKT
MASALAH GIZI DI MASYARAKAT
• Kejadian bencana di Indonesia terus meningkat dari tahun ke
tahun
• Data bencana di Indonesia: ant tahun 2003-2005 terjadi 1.429
kejadian, bencana hidrometeorologi adl bencana paling sering
terjadi 53,3 % dari total, selain itu terjd penebangan hutan tidak
terkendali, pembakaran hutan, proses industri, dsb yg dpt
menyebabkan terjd banjir, tanah longsor yang akhirnya
berakibat kekurangan gizi
• Penyebab langsung kekurangan gizi adl penyakit / asupan
makan tidak mencukupi, akibat dari tidak cukupnya pangan,
kesehatan, perawatan pada tingkat rumah tangga/masy.
• Permasalahan sampai saat ini masih dihadapi adl kebutuhan
pangan, khususnya yang terkait dengan pemenuhan nilai gizi
yang memenuhi standar minimal terutama pada kelompok rentan.
• FAO / WHO, 1982, mengatakan: untuk mengatasi masalah gizi
telah mendeklarasikan yang disebut dengan “Problem Solving
Oriented”, dimana :
Pertama identifikasi what nutrition problem has;
berikutnya how great the problem is.
• Status Gizi Masyarakat dipengaruhi oleh :
1. Konsumsi Makanan
2. status kesehatan masyarakatnya.
Keduanya ditentukan oleh beberapa faktor:
· Kultur sosial-ekonomi
· Sanitasi lingkungan
· Produksi dan ketersediaan makanan .
· Pendidikan, Pengetahuan dan pelayanan kesehatan.
Status Defisiensi akan terjadi dari makro or mikronutrients ;terlihat
dari gejala defisiensi vitamin yang terlarut dalam air akan lebih
segera terlihat daripada yang terlarut dalam lemak.
Utk pertumbuhan bayi dengan baik, zat-zat gizi yang sangat dibutuhkan ialah :
a. Protein, dibutuhkan 3-4 gram/kilogram berat badan.
b. Calsium (Ca)
c. Vitamin D tetapi karena Indonesia berada di daerah tropis maka hal ini tidak
begitu menjadi masalah.
d. Vitamin A dan K yang harus diberikan sejak post natal.
e. Fe (zat besi) diperlukan karena didalam proses kelahiran sebagian Fe ikut
terbuang.
Secara alamiah sebenarnya zat-zat gizi tersebut sudah terkandung didalam
ASI (air susu ibu).
Apabila gizi makan ibu cukup baik dan anak diberi ASI pada umur sampai 4
bulan, zat-zat gizi tersebut sudah dapat mencukupi.
ASI juga memp keunggulan, yakni mengandung immunoglobulin yang
memberi daya tahan tubuh pada bayi, yang berasal dari tubuh ibu.
Immunoglobulin ini dpt bertahan pd anak sampai dgn bayi berumur 6 bulan.
Pemberian ASI saja tanpa makanan tambahan lain sampai pada umur 4
bulan ini disebut pemberian ASI eksklusif.
Peralihan ASI kepada makanan tambahan (PMT) harus dilakukan sesuai
dengan kondisi anatomi dan fungsional alat pencernaan bayi. Setelah masa
pemberian ASI eksklusif berakhir maka:
1. mulai umur 4 bulan bayi diberi makanan tambahan, itupun makanan yang
sangat halus
2. mulai umur 9 bulan sudah dapat diberikan makanan tambahan yang
lunak sampai dengan umur 18 bulan
3. ASI tetap diteruskan dan mulai umur 18 bulan dapat diberikan makanan
tambahan agak keras (semisolid) sampai dengan umur 2 tahun.
4. Umur 2 tahun, ASI diberhentikan/anak disapih, sudah dapat diberi
makanan orang dewasa. Jumlah makanan tambahan makin lama makin
meningkat, sesuai kebutuhan kalori yang diperlukan bayi /anak untuk
berkembang.
Makanan tambahan adalah makanan bergizi sebagai tambahan
selain makanan utama bagi kelompok sasaran guna memenuhi
kebutuhan gizi
Kelomp umur yg memp kesehatan lebih baik dibanding kesehatan anak balita.
Masalah-masalah yang timbul pada kelompok ini :
a. BB rendah,
b. defisiensi Fe (kurang darah)
c. defisiensi vitamin E.
Masalah ini timbul karena pada usia ini anak sangat aktif bermain, banyak
kegiatan di sekolah / lingkungan rumah. Oleh krn itu kelomp ini kadang-kadang
nafsu makanan menurun krn konsumsi makanan takseimbang dgn kalori yang
diperlukan.
Program UKS (Usaha Kesehatan Sekolah) adalah sangat tepat untuk membina
dan meningkatkan gizi dan kesehatan kelompok ini.
Pada anak remaja puteri mulai terjadi menarche (awal menstruasi) yang
berarti mulai terjadi pembuangan Fe. Apbl kekurangan konsumsi makanan,
khususnya Fe maka akan terjadi kekurangan Fe (anemia).
Apabila kebutuhan kalori, protein, vitamin, mineral yang meningkat ini tidak
dapat dipenuhi melalui konsumsi makanan oleh ibu hamil, akan terjadi
kekurangan gizi. Kekurangan gizi pada ibu hamil dapat berakibat:
a. Berat badan bayi pada waktu lahir rendah (BBLR).
b. Kelahiran prematur (lahir belum cukup umur kehamilan)
c. Lahir dengan berbagai kesulitan dan lahir mati.
6. Ibu Menyusui
Air susu ibu (ASI) adalah makanan utama bayi , Untuk menjamin kecukupan
ASI bagi bayi, makanan ibu yang sedang menyusui harus diperhatikan.
Sekresi ASI rata-rata 800-850 mililiter per hari dan mengandung:
1. kalori 60-65 kalori,
2. protein 1,0-1,2 gram
3. dan lemak 2,5-3,5 gram, ketiganya pada setiap 100 mililiter.
Zat-zat ini diambil dari tubuh ibu dan harus digantikan dengan suplai
makanan ibu sehari-hari.
Maka ibu sedang menyusui memerlukan tambahan 800 kalori sehari dan
tambahan protein 25 gram sehari, diatas kebutuhan bila ibu tidak menyusui.
Dalam batas-batas tertentu kebutuhan bayi akan zat-zat gizi ini diambil dari
tubuh ibunya tanpa menghiraukan apakah ibunya mempunyai persediaan
cukup atau tidak.
Bila konsumsi makanan ibu tidak mencukupi, zat dalam ASI akan
terpengaruh, ASI akan tetap memberikan jatah yang diperlukan oleh anaknya
dengan mengambil jaringan ibunya, akibatnya ibunya menjadi kurus.
Bila konsumsi Ca ibu berkurang, Ca akan diambil dari cadangan Ca jaringan
ibunya sehingga memberikan osteoporosis dan kerusakan gigi (caries dentis).
7. Kelompok Usia lanjut (Usila)
Kelompok usia lanjut termasuk kelompok rentan gizi meskipun kelompok ini
tidak dalam proses pertumbuhan dan perkembangan. Hal ini disebabkan
kelompok usia ini mengalami kelainan/gangguan gizi.
Pada usia ini sudah mengalami penurunan fungsi organ tubuh maka sering
terjadi gangguan gizi, misal:
1. pada usila beberapa gigi-geligi / semuanya tanggal terjadi kesulitan
mengunyah makanan, apabila makanan tidak diolah sempurna akan terjadi
gangguan dalam pencernaan dan penyerapan oleh usus.
2. Fungsi alat pencernaan dan kelenjar-kelenjarnya juga sudah menurun
sehingga yang diperlukan adalah makanan yang mudah dicerna dan tidak
memberatkan fungsi kelenjar pencernaan.
3. Makanan yang tidak banyak mengandung lemak pada umumnya mudah
dicerna. Kadar serat yang tidak dapat dicerna sebaiknya tidak dikonsumsi
oleh usila namun demikian makanan yang mengandung serat yang lain
harus banyak, agar dapat melancarkan peristaltik dan dengan demikian
melancarkan defekasi (buang air besar).
4. Keperluan energi pada usila sudah menurun, oleh sebab itu konsumsi
makanan untuk usila secara kuantitas berbeda dengan pada kelompok
rentan yang lain, kualitas makanan dalam arti keseimbangan zat gizi harus
dijaga.
5. Kegemukan pada usila sangat merugikan bagi usila sendiri karena
merupakan resiko untuk berbagai penyakit seperti : kardiovaskuler,
diabetes melitus, hipertensi, dan sebagainya
Makanan tambahan