Anda di halaman 1dari 11

KEPERAWATAN

BENCANA

PENGURANGAN RESIKO ,
PENCEGAHAN PENYAKIT DAN PROMOSI
KESEHATAN
OLEH : KELOMPOK 2
DEFINISI BENCANA

 Bencana merupakan setiap kejadian yang menyebabkan kerusakan,


gangguan ekologis, hilangnya nyawa manusia, atau memburuknya derajat
kesehatan atau pelayanan kesehatan pada skala tertentu yang memerlukan
respons dari luar masyarakat atau pelayanan kesehatan pada skala tertentu yang
memerlukan respons dari luar masyarakat atau wilayah yang terkena
(WHO,2001).
 Bencana adalah peristiwa atau kejadian pada suatu yang mengakibatkan
ekologi, kerugian kehidupan manusia, serta memburuknya kesehatan dan
pelayanan kesehatan yang bermakna sehingga memerlukan bantuan luar biasa
dari pihak luar (Depkes RI ,2001)
JENIS BENCANA
 Bencana dikelompokkan menjadi 2 jenis, yaitu :
 1. Bencana Alam (Natural Disaster)
Kejadian- kejadian alami seperti banjir, genangan, gempa bumi, gunung meletus,
badai, kekeringan, wabah dan lainnya
 2. Bencana Ulah Manusia (Man-made Disaster)
Kejadian – kejadian karena perbuatan manusia seperti tabrakan pesawat udara atau
kendaraan kebakaran, huru-hara, sabotase, ledakan, gangguan listrik, gangguan
komunikasi, gangguan transportasi dan lainnya.
 Sedangkan cakupan bencana berdasarkan wilayah dibagi menjadi 2, yaitu :
1. Bencana Lokal
 Bencana ini biasanya memberikan dampak pada wilayah sekitarnya yang berdeka
tan. Seperti kebakaran, ledakan, terorisme, kebocoran bahan kimia, dan lainnya.
 2. Bencana Regional
Bencana ini memberikan dampak atau pengaruh pada area geografis yang cukup
luas, dan biasanya disebabkan oleh factor alam seperti badai, banjir, letusan
gunung, tornado, dan lainnya.
FASE – FASE BENCANA
 Fase Pre-impact
Merupakan warning phase, tahap awal dari bencana. Informasi didapat dari
badan satelit dan meteorologi cuaca,fase ini seharusnya dilakukan persiapan
baik oleh pemerintah,lembaga dan warga masyarakat.
 Fase Impact
Merupakan fase terjadinya klimaks dari bencana.Inilah dimana saat manusia
sekuat tenaga mencoba untuk bertahan hidup (survive). Fase impact ini terus
berlanjut hingga terjadi kerusakan dan bantuan-bantuan darurat dilakukan..
 Fase Post-impact
Merupakan saat dimulainya perbaikan dan penyyembuhan dari fase darurat,
juga tahap dimana masyarakat mulai berusaha kembali pada fungsi komunitas
normal. Secara umum dalam fase post-impact ini para korban akan mengalami
tahap respon psikologis mulai dari penolakan (denial),marah(angry),tawar
menawar (bergaining) depresi (depression) hingga penerimaan (acceptance)
PENCEGAHAN PENYAKIT PADA SAAT BENCANA

 Pengendalian penyakit
Pengendalian penyakit dilaksanakan dengan pengamatan penyakit (surveilans),
promotif, preventif dan pelayanan kesehatan (penanganan kasus) yang dilakukan di
lokasi bencana termasuk di pengungsian. Tujuan pengendalian penyakit pada saat
bencana adalah mencegah kejadian luar biasa (KLB) penyakit menular potensi wabah,
seperti penyakit diare, ISPA, malaria, DBD, penyakit‐penyakit yang dapat dicegah
dengan imunisasi (P3DI), keracunan dan mencegah penyakit‐penyakit yang spesifik
lokal.
 Pengendalian vektor
1) Ada beberapa upaya yang bisa dilakukan dalam pengawasan dan pengendalian
vektor yaitu :
2) a. Pembuangan sampah atau sisa makanan dengan baik
3) b. Jika diperlukan maka bisa menggunakan insektisida
4) c. Tetap menjaga kebersihan individu selama berada di lokasi pengungsian
5) d. Penyediaan Sarana Pembuangan Air Limbah (SPAL) dan pembuangan sampah yang
baik
6) e. Kebiasaan penanganan makanan secara higienis
 Imunisasi
Sasaran imunisasi adalah semua anak umur 9 – 59 bulan untuk diberikan
imunisasi campak tambahan terintegrasi dengan pemberian vitamin A dan kelompok
populasi berisiko tinggi perdasarkan hasil penilaian cepat pasca bencana misalnya
petugas kesehatan/ sukarelawan diberikan imunisasi TT.
Vaksin yang paling banyak digunakan dalam kondisi darurat adalah vaksin
campak, meningitis, polio, dan demam kuning. Imunisasi campak sebaiknya diberikan
sesegera mungkin pada kondisi bencana tanpa menunggu adanya kasus jika cakupan
imunisasi kurang dari 90%. Polio bukan penyakit mematikan dalam kondisi darurat
bencana tetapi penyakit ini berhubungan dengan rendahnya sanitasi dan air bersih
 Air bersih dan sanitasi dasar
Ketersediaan air bersih yang memadai oleh pengungsi digunakan untuk
memelihara kesehatannya karena tanpa adanya air bersih sangat berpengaruh terhadap
kebersihan dan meningkatkan risiko terjadinya penularan penyakit seperti diare, typhus,
scabies dan penyakit lainnya.
Pengelolaan sampah di tempat penampungan pengungsi harus mendapat
perhatian dari semua pihak, mengingat risiko yang dapat ditimbulkannya bilamana
tidak dikelola dengan baik seperti munculnya lalat, tikus, bau, serta dapat mencemari
sumber/persediaan air bersih yang ada.
 Surveilans
Surveilans penyakit dan faktor risiko pada umumnya merupakan suatu upaya
untuk menyediakan informasi kebutuhan pelayanan kesehatan di lokasi bencana dan
pengungsian. Proses kegiatan surveilans dilakukan mulai dari pos kesehatan di lokasi
pengungsian, puskesmas, rumah sakit, dinas kesehatan kabupaten/ kota hingga dinas
kesehatan provinsi.
 Surveilans faktor risiko adalah surveilans yang dilakukan terhadap kondisi
lingkungan disekitar lokasi bencana, lokasi penampungan pengungsi yang dapat
menjadi faktor risiko penyebaran penyakit pada para pengungsi.
 Kegiatan ini dilakukan dengan cara menidentifikasi :
 a. Cakupan pelayanan air bersih;
 b. Cakupan pemanfaatan sarana pembuangan kotoran;
 c. Pengelolaan sampah;
 d. Pengamanan makanan;
 e. Kepadatan vektor;
 f. Kebersihan lingkungan;
 g. Tempat-tempat yang berpotensi menjadi tempat perindukan vektor (genangan air,
sumber pencemaran, dll)
PROMOSI KESEHATAN DALAM BENCANA

Kegiatan promosi kesehtan yang dilakukan:


 Kajian dan analisis data yang meliputi :
1. Sarana dan prasarana kesehatan meliputi sumber air bersih,jamban, pos kesehatan ,
Puskesmas, rumah sakit lapangan, dapur umum, sarana umun seperti mushola,
posko relawan,, tenaga promkes/tenaga kesmas, kader, relawan dan lain sebagainya
2. Data sasaran : jumlah Ibu hamil, ibu menyusui, bayi, balita, remaja, lansia/
orangtua, orang dengan berkebutuhan khusus dan orang sakit
3. Jumlah titik pengungsian dan hunian sementara
4. Jumlah pengungsi dan sasaran di setiap titik pengungsian
5. Lintas program, lintas sektor,, Universitas dan mitra lainnya yang memiliki
kegiatan promkes dan pemberdayaan masyarakat
6. Regulasi pemerintah setempat dalam hal melakukan upaya promotif dan preventif.
7. Dilanjutkan dengan analisis data berdasarkan potensi dan sumberdaya yang ada
diwilayah terdampak bencana.
 Perencanaan
Berdasarkan kajian dan analisis data, akan menghasilkan berbagai program dan
kegiatan, dengan mempertimbangkan sumberdaya yang ada.
 Implementasi kegiatan, yang mencakup:
1. Pemasangan media promosi kesehatan berupa spanduk, poster, stiker
2. Pemutaran film kesehatan, religi, pendidikan, hiburan dan diselingi pesan
kesehatan,
3. Senam bersama (masyarakat umum)termasuk senam lansia
4. Konseling, penyuluhan kelompok, keluarga dan lingkungan dengan berbagai pesan
kesehatan (PHBS di pengungsian)
 Promosi kesehatan dalam kondisi darurat untuk meningkatkan pemahaman keluarga
dan masyarakat untuk melakukan PHBS di pengungsian , yaitu:
1)ASI terus diberikan pada bayi
2) Biasakan cuci tangan pakai sabun
3) Menggunakan air bersih
4) Buang air besar dan kecil di jamban
5) Buang sampah pada tempatnya
6) Makan makanan bergizi
7) Tidak merokok
8) Memanfaatkan layanan kesehatan
9) Mengelola strees
10) Melindungi anak
11) Bermain sambil belajar
SEKIAN
DAN
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai