Adinda
Mutiara
aisyah
winanda
rahman
Latar belakang
Kedatangan bangsa
penjajahan bangsa
barat ke indonesia
barat
Pengaruh
Kebijakan Melawan
Pemerintah Kolonial Keserakahan
terhadap Bangsa Penjajah
Indonesia
Latar belakang penjajahan bangsa barat
Spanyol
Orang Spanyol merupakan pelopor dalam pelopor
pelayaran dan penjelajahan samudra untuk
menemukan dunia baru. Keberhasilan Columbus dalam
menemukan dunia baru, mendorong para pelaut lain
untuk melanjutkan penjelajahn ke samudra timur dan
menemukan daerah penghasil rempah-rempah.
Berangkatlah ekspedisi yang dipimpin oleh Magellan
disertai oleh seorang kapten kapal yang bernama Yan
Sebastian del Cano. Magellan dan rombongan
mendapatkan perlawanan dari rakyan Mactan
kemudian oleh del Cano memimpin
bergerak ke arah selatan dan menemukan Kepulauan
Maluku. Di Maluku mereka memenuhi kapal dengan
rempah-rempah kemudian kembali ke Spanyol lagi
melalui Tanjung Harapan di Afrika Selatan.
Portugis
Kedatangan Bangsa Portugis di Maluku Dari Lisbon, Portugis
pada tahun 1486 Bartolomeo Diaz melakukan pelayaran
pertama menyusuri pantai barat Afrika. Ia bermaksud melakukan
pelayaran ke India, namun gagal. Perjalanan selanjutnya Portugis
mencapai Malaka tahun 1511 di bawah pimpinan Alfonso
d’Albuquerque. Ia berhasil menguasai Malaka, dan selanjutnya
memasuki wilayah Nusantara. Pada tahun 1512 bangsa Portugis
telah berhasil sampai di Maluku.
Inggris
Ekspedisi Bangsa Inggris Persekutuan dagang EIC (East Indian
Company) sebagai gabungan dari para pengusaha Inggris.
Walaupun Inggris tiba di kepulauan Nusantara, namun
pengaruhnya tidak terlalu banyak seperti halnya Belanda. Hal ini
disebabkan EIC terdesak oleh Belanda, sehingga Inggris
menyingkir ke India/ Asia Selatan dan Asia Timur.
Belanda
Kedatangan Bangsa Belanda di Jakarta Jakarta merupakan
pelabuhan penting di Pulau Jawa yang kemudian menjadi markas
VOC di Indonesia. Bagaimana proses kedatangan Belanda di
Indonesia? Seorang pelaut Belanda Cornelis de Houtman,
memimpin ekspedisi ke Indonesia. Pada tahun 1595 armada
mengarungi ujung selatan Afrika, selanjutnya terus menuju ke arah
timur melewati Samudra Hindia. Tahun 1596 armada Houtman tiba
di Pelabuhan Banten melalui Selat Sunda. Kedatangan Houtman di
Indonesia kemudian disusul ekspedisi-ekspedisi lainnya. Banyaknya
pedagang Belanda di Indonesia maka muncullah persaingan di
antara mereka sendiri. Untuk mencegah persaingan tidak sehat,
maka pada tahun 1602 didirikan VOC (Vereenigde Oost Indische
Compagnie/Perserikatan Maskapai Hindia Timur) merupakan
merger (penggabungan) dari beberapa perusahaan dagang
Belanda
Pengaruh Kebijakan Pemerintah Kolonial
terhadap Bangsa Indonesia
Tanam Paksa yang diberlakukan oleh Belanda memiliki ketentuan yang sangat memberatkan masyarakat
Indonesia. Apalagi pelaksanaan yang lebih berat karena penuh dengan penyelewengan sehingga semakin
menambah penderitaan rakyat Indonesia. Banyak ketentuan yang diselewengkan baik oleh pegawai barat
maupun pribumi. Praktik- praktik penekanan dan pemaksaan terhadap rakyat tersebut antara lain adalah :
Ketentuan bahwa tanah yang digunakan untuk tanaman wajib hanya 1/5 bagian dari tanah yang dimiliki
rakyat, kenyataanya selalu lebih bahkan sampai 1⁄2 bagian dari tanah yang dimiliki rakyat.
Kelebihan hasil panen tanaman wajib tidak pernah dibayarkan.
Waktu untuk kerja wajib lebih dari 66 hari tanpa imbalan yang memadai.
Tanah yang digunakan para petani untuk tanaman wajib tetap dikenakan pajak
Melawan Keserakahan Penjajah
(Perlawanan Rakyat Maluku Melawan
VOC)
Pada tahun 1605 Belanda mulai memasuki wilayah Maluku dan berhasil merebut benteng
Portugis di Ambon. Praktik monopoli dengan sistem pelayaran Hongi menimbulkan
kesengsaran rakyat. Pada tahun 1635 muncul perlawanan rakyat Maluku terhadap VOC
di bawah pimpinan Kakiali, Kapten Hitu. Perlawanan segera meluas ke berbagai daerah.
Oleh karena kedudukan VOC terancam, maka Gubernur Jederal Van Diemen dari
Batavia dua kali datang ke Maluku (1637 dan 1638) untuk menegakkan kekuasaan
Kompeni.
Sampai akhir abad ke-17 tidak ada lagi perlawanan menentang VOC. Pada akhir abad
ke-18, muncul lagi perlawanan rakyat Maluku di bawah pimpinan Sultan Jamaluddin,
namun segera dapat ditangkap dan diasingkan ke Sailan (Sri Langka). Menjelang akhir
abad ke-18 (1797) muncullah perlawanan besar rakyat Maluku di bawah pimpinan Sultan
Nuku dari Tidore. Sultan Nuku berhasil merebut kembali Tidore dari tangan VOC. Akan
tetapi setelah Sultan Nuku meninggal (1805), VOC dapat menguasai kembali wilayah
Tidore.
Perlawanan Pattimura terjadi di Saparua, yaitu sebuah kota kecil di dekat pulau Ambon.
Sebab-sebab terjadinya perlawanan terhadap Belanda adalah :
1. Rakyat Maluku menolak kehadiran Belanda karena pengalaman mereka yang menderita
dibawah VOC
2. Pemerintah Belanda menindas rakyat Maluku dengan diberlakukannya kembali
penyerahan wajib dan kerja wajib
3. Dikuasainya benteng Duursteide oleh pasukan Belanda
Akibat penderitaan yang panjang rakyat menentang Belanda dibawah pimpinan Thomas
Matulesi atau Pattimura. Tanggal 15 Mei 1817 rakyat Maluku mulai bergerak dengan
membakar perahu-perahu milik Belanda di pelabuhan Porto. Selanjutnya rakyat menyerang
penjara Duurstede. Pada bulan Oktober 1817 pasukan Belanda dikerahkan secara besar-
besaran, Belanda berhasil menangkap Pattimura dan kawan-kawan dan pada tanggal 16
Nopember 1817. Pattimura dijatuhi hukuman mati ditiang gantungan, dan berakhir lah
perlawanan rakyat Maluku.
Mataram Menghadapi VOC
Pada abad ke-17 di Sulawesi Selatan telah muncul beberapa kerajaan kecil seperti Gowa, Tello,
Sopeng, dan Bone. Di antara kerajaan tersebut yang muncul menjadi kerajaan yang paling kuat
ialah Gowa, yang lebih dikenal dengan nama Makasar.
Adapun faktor-faktor yang mendorong perkembangan Makasar, antara lain
Letak Makasar yang sangat strategis dalam lalu lintas perdagangan Malaka-Batavia-Maluku.
Jatuhnya Malaka ke tangan Portugis tahun 1511.
Timbulnya Banjarmasin sebagai daerah penghasil lada, yang hasilnya dikirim ke Makasar.
Usaha penetrasi kekuasaan terhadap Makasar oleh VOC dalam rangka melaksanakan
monopolinya menyebabkan hubungan Makasar - VOC yang semula baik menjadi retak bahkan
akhirnya menjadi perlawanan. Hal ini dikarenakan Makasar selalu menerobos monopoli VOC dan
selalu membantu rakyat Maluku melawan Kompeni. Pertempuran besar meletus pada tahun 1666,
ketika Makasar di bawah pemerintahan Sultan Hasanuddin (1654-1670). Dalam hal ini VOC berkoalisi
dengan Kapten Jonker dari Ambon, Aru Palaka dari Bone, dan di pihak VOC sendiri dipimpin oleh
Speelman. Makasar dikepung dari darat dan laut, yang akhirnya pertahanan Makasar berhasil
dipatahkan oleh VOC. Para pemimpin yang tidak mau
menyerah, seperti Karaeng Galesung dan Karaeng Bontomarannu melarikan diri ke Jawa
Sultan Hasanuddin dipaksa menandatangani Perjanjian Bongaya pada tanggal 18
November 1667, yang isinya :
1. Wilayah Makasar terbatas pada Goa, wilayah Bone dikembalikan kepada Aru Palaka.
2. Kapal Makasar dilarang berlayar tanpa izin VOC.
3. Makasar tertutup untuk semua bangsa, kecuali VOC dengan hak monopolinya.
4. Semua benteng harus dihancurkan, kecuali satu benteng Ujung Pandang yang kemudian
diganti dengan nama Benteng Roterrdam.
5. Makasar harus mengganti kerugian perang sebesar 250.000 ringgit.
Perlawanan Banten Terhadap VOC
Pada waktu orang-orang Belanda datang pertama kali di Banten (1596), Banten berada di
bawah pemerintahan Maulana Muhammad. Pada saat itu Banten telah berkembang menjadi
kota bandar yang ramai. Wilayah Banten meliputi seluruh Banten, Priangan, dan Cirebon.
Maksud kedatangan Belanda yang semula berdagang, maka disambut dengan baik. Akan
tetapi setelah Kompeni malakukan monopoli dan penetrasi politik, hubungan Banten - VOC
menjadi buruk, bahkan sering terjadi pertentangan; lebih-lebih setelah VOC berhasil
menduduki kota Jayakarta pada tahun 1619.
Pertentangan Banten - VOC menjadi perlawanan besar, setelah Banten di bawah
pemerintahan Sultan Ageng Tirtoyoso ( 1651 - 1682). Dalam hal ini VOC melakukan politik
"devide et impera". Pada tahun 1671 Sultan Ageng Tirtoyoso mengangkat putra mahkota
(dikenal dengan sebutan Sultan Haji karena pernah naik haji) sebagai pembantu yang
mengurusi urusan dalam negeri, sedangkan urusan luar negeri dipercayakan kepada
Pangeran Purboyo ( adik Sultan Haji). Atas hasutan VOC, Sultan Haji mencurigai ayahnya dan
menyatakan bahwa ayahnya ingin mengangkat Pangeran Purboyo sebagai raja Banten.
Pada tahun 1680, Sultan Haji berusaha merebut kekuasaan, sehingga terjadilah perang
terbuka antara Sultan Haji yang dibantu VOC melawan Sultan Ageng Tirtoyoso (ayahnya)
yang dibantu Pangeran Purboyo. Sultan Ageng Tirtoyoso dan Pangeran Purboyo terdesak ke
luar kota, dan akhirnya Sultan Ageng Tirtoyoso berhasil di tawan oleh VOC; sedangkan
Pangeran Purboyo mengundurkan diri ke daerah Priangan.
Pada tahun 1682 Sultan Haji dipaksa oleh VOC untuk menandatangani suatu perjanjian yang
isinya :
1. VOC mendapat hak monopoli dagang di Banten dan daerah pengaruhnya.
2. Banten dilarang berdagang di Maluku.
3. Banten melepaskan haknya atas Cirebon.
4. Sungai Cisadane menjadi batas wilayah Banten dengan VOC.
Sejak adanya perjanjian ini, maka penguasa Banten sebenarnya ialah VOC.
Apa isi perjanjian Bongaya ?
Apa pendapat ... Tentang perlawanan
Makassar?
Apa isi kentetuan Sistem Sewa Tanah Rafles ?