Anda di halaman 1dari 31

Infeksi Saluran

Kemih
Kelompok 2

1. Annisa Gusfany (1708109010022)


2. Asra Ramadhani (1708109010023)
3. Assyura Fatwa (1708109010019)
4. Jihar Maulisia Nusaf (1708109010025)
5. M.Miftahul Hasan (1708109010016)
6. Nabila Risti Rachmadi (1708109010046)
7. Ratu Ikramah Rizki (1708109010020)
8. Fera Dita Nabila (1708109010029)
2
Kasus

LS, Seorang Wanita berusia 20 tahun tanpa riwayat


infeksi saluran kemih sebelumnya, mengeluh rasa nyeri
dan terbakar pada saat berkemih, sering berkemih
dengan dengan volume urin yang sangat sedikit dan
nyeri perut. LS mengalami demam. Hasil pewarnaan
Gram urin menunjukkan adanya infeksi Gram negatif.
Hasil Urinalisis menunjukkan hasil sebagai berikut
• Warna urin kuning
• pH 8,0
• Protein,Glukosa,Keton,Bilirubin,dan darah, semua (-)
• Leukosit 10-15 sel/LPF
• Eritrosit 0-1 sel/LPF
• Bakteri, positif
• Sel Epitel 3-5 sel/LPF
Hasil Pemeriksaan LS dinyatkan mengalami ISK bagian
bawah

3
Pengertian

Infeksi saluran kemih (ISK) adalah infeksi yang sering menyerang pria
maupun wanita dari berbagai usia dengan berbagai tampilan klinis dan
episode. ISK sering menyebabkan morbiditas dan dapat secara signifikan
menjadi mortalitas. Walaupun saluran kemih normalnya bebas dari
pertumbuhan bakteri, bakteri yang umumnya naik dari rektum dapat
menyebabkan terjadinya ISK. Ketika virulensi meningkat atau pertahanan
inang menurun, adanya inokulasi bakteri dan kolonisasi, maka infeksi pada
saluran kemih dapat terjadi.

(Guideline Penatalaksanaan Infeksi Saluran Kemih dan Genitalia Pria, 2015)

4
Pembagian ISK

Infeksi saluran kemih (ISK) dari segiklinik dibagi menjadi 2 yaitu :


1. Infeksi saluran kemih tanpa komplikasi (simple/uncomplicated urinary tract infection)
yaitu bila infeksi saluran kemih tanpa faktor penyulit dan tidak didapatkan gangguan
struktur maupun fungsi saluran kemih.
2. Infeksi saluran kemih terkomplikasi (complicated urinary tract infection) yaitu bila
terdapat hal-hal tertentu sebagai infeksi saluran kemih dan kelainan struktur maupun
fungsional yang merubah aliran urin seperti obstruksi aliran urin, batu saluran kemih,
kista ginjal, tumor ginjal, ginjal, residu urin dalam kandung kemih.
Perbedaan antara infeksi saluran kemih terkomplikasi dan tidak terkomplikasi yaitu dalam
hal kebutuhan pemeriksan penunjang untuk penegakan diagnosis,lama dan
penatalaksanaan,serta gejala infeksi saluran kemih

(Suwitra dan Mangatas, 2004)

5
ANALISIS KASUS
Name : LM
Hasil Urinalisis : AGE: 20
GENDER: Female

• Warna urin kuning


• pH 8,0
• Protein,Glukosa,Keton,Bilirubin,dan darah, semua (-)
• Leukosit 10-15 sel/LPF
• Eritrosit 0-1 sel/LPF
• Bakteri, positif
• Sel Epitel 3-5 sel/LPF

6
ANALISIS KASUS
Name : LM
Hasil Urinalisis AGE: 20
GENDER: Female
Tes Glukosa : Untuk mengetahui kadar glukosa dalam
darah sehingga diketahui ada atau tidaknya
komplikasi yang diakibatkan oleh glukosaria (
kelebihan gula di dalam urin)

Tes Keton : digunakan untuk melihat


kemampuan ginjal dalam mengeksresikan Tes Protein : Untuk mengetahui jumlah
keton dan jika kemampuan ginjal telah eksresi albumin dan globulin dalam batas
melampaui batas dalam mengeksresikan keton normal atau tidak
yang akan terjadi adalah ketonemia.

Bilirubin : untuk melihat ada atau tidaknya bilirubin


Darah : disini dilihat hemoglobulin yang terdapat
direct ( terkonjugasi) di dalam urin yang nantinya akan
didalam darah tersedia atau tidak.
menunjukkan gangguan bilirubinuria ( hepatitis
infeksiosa, toksis hepar).

Guideline Penatalaksanaan Infeksi Saluran Kemih dan Genitalia Pria, 2015) 7


Hasil pemeriksaan
normal

(Pedoman Interpretasi Data Klinik, 2011)

8
Hasil pemeriksaan ANALISIS KASUS
Name : LM
normal AGE: 20
GENDER: Female

pH urin (normal 5,0-7,5)


Deskripsi
Dipengaruhi oleh diet dan vegetarian dimana asupan asam sangat rendah
sehingga membuat urin menjadi alkali. pH urin mempengaruhi terbentuknya
Kristal. Misalnya pada pH urin asam dan peningkatan mempermudah terbentuknya
kristal asam urat .
PH alkalin disebabkan:
o adanya organisme pengurai yang memproduksi protease seperti proteus,
Klebsiella atau E. coli
o ginjal tubular asidosis akibat terapi amfoterisin
o Penyakit ginjal kronik
o Intoksikasi salisilat
pH asam disebabkan karena :
o emfi sema pulmonal
o diare, dehidrasi
o kelaparan (starvation)
o asidosis diabetik 9
Hasil pemeriksaan ANALISIS KASUS
Name : LM
normal AGE: 20
GENDER: Female

Eritrosit/LPK (0-1 sel/LPF) Normal (0-3)

Leukosit/LPK (10-15 sel/LPF) Normal (0-4)


Peningkatan leukosit mengindikasikan adanya infeksi. Adanya infeksi juga
didukung oleh peningkatan nadi dan respiratory rate (RR) meskipun peningkatan
RR tidak terlalu tinggi. Adanya infeksi harus memenuhi dua diantara kondisi
berikut :
Peningkatan suhu
Peningkatan leukosit (WBC)
Peningkatan RR
Peningkatan nadi

Sel Epitel/LPK (3-5 sel/LPF) Normal (0 -3)

10
Sign and ANALISIS KASUS
Name : LM
Symptoms : AGE: 20
GENDER: Female

• Rasa nyeri dan terbakar saat berkemih


• Sering berkemih dengan volume sedikit SISTITIS
• Nyeri pada bagian perut

Guideline Penatalaksanaan Infeksi Saluran


Kemih dan Genitalia Pria 2015

Gejala iritatif berupa Sistitis ditandai dengan adanya


• disuria, • leukosituria,
• frekuensi, urgensi, berkemih dengan • bakteriuria,
jumlah urin yang sedikit, • nitrit, atau leukosit esterase positif pada
• dan kadang disertai nyeri supra pubis. urinalisis.
Bila dilakukan pemeriksaan kultur urin
positif. 11
Sign and ANALISIS KASUS
Name : LM
Symptoms : AGE: 20
GENDER: Female

Sumber : Pharmacotherapy A Phatophysiology Appoach Tenth Edition 2017


12
Faktor Risiko

Pada wanita faktor risiko terjadinya sistitis berbeda pada usia muda dan usia tua.
 Pada wanita usia muda dan premenopause faktor risikonya berupa hubungan
seksual, penggunaan spermatisida, partner seksual baru, ibu dengan riwayat
ISK, riwayat ISK pada masa kanak-kanak.
 Sedangkan pada wanita tua dan post menopause faktor risiko terjadinya sistitis
adalah riwayat ISK sebelum menopause, inkontinensia, vaginitis atrofi karena
defisiensi estrogen, sistokel, peningkatan volume urin pasca berkemih,
golongan darah, kateterisasi dan status fungsional yang memburuk pada
wanita tua di rumah jompo.

Pada pria, angka kejadiannya hanya sedikit dan paling sering terjadi
pada usia 15-50 tahun.

Sumber : Guideline Penatalaksanaan Infeksi Saluran Kemih dan Genitalia Pria 2015
Faktor Risiko

Sumber : PSAP (Pharmacotherapy Self-Asessment Program) Book


Faktor Risiko
lainnya

Faktor risiko lainnya :


- Faktor kebersihan
- Cara membasuh saat buang air kecil maupun buang air besar
- Sering menahan buang air kecil
ANALISIS KASUS
Faktor Risiko Name : LM
AGE: 20
GENDER: Female
Faktor risiko lainnya :
- Faktor kebersihan
- Cara membasuh saat buang air kecil maupun buang air besar
- Sering menahan buang air kecil

Teridentifikasi :
1. Jenis Kelamin/ Gender
Perempuan lebih berisiko ISK dari pada laki-laki

Tak teridentifikasi :
1. Aktivitas seksual pasien
2. Riwayat ISK pasien
3. Riwayat keluarga pasien
4. Diabetes atau tidak
5. Faktor kebersihan
● Pathogenesis of urinary
tract infections.

2015. Urinary tract infections: epidemiology, mechanisms of infection and


treatment options. Nat Rev Microbiol. 2015 May ; 13(5): 269–284.
doi:10.1038/nrmicro3432.
Cystitis: From Urothelial Cell Biology. Biomed research Intl. Hindawi Publishing
(Campbell- Walsh.Urology,2016)
Pertanyaan
04
01 Antibiotik apa yang tepat diberikan untuk infeksi LS?

Apakah yang menjadi terget terapi LS ?


05
02
Berapa lama terapi harus diberikan ?

Hal-Hal apa sajakah yang harus


dipertimbangkan sebelum memilih
06
Rencana monitoring apa yang akan dilakukan untuk LS?

07
antibiotik untuk LS ?

03
Apakah LS memerlukan uji kultur dan
Apakah LS hamil, apakah obat yang dipilih untuk jawaban
no.4 masih dapat diberikan ?
sensitivitas dari sampel urinnya ? 2
0
Pertanyaan 1

1. Hilangnya simptom (rasa nyeri dan terbakar) yang dirasakan


2. Mengobati dan mencegah terjadinya infeksi
3. Perubahan kriteria hasil urinalisis menjadi normal
4. Eradikasi organisme yang terindikasi menginfeksi LS
5. Mencegah terjadinya komplikasi dan resistensi antimikroba

(Dipiro, 2015)

21
Pertanyaan 2

1. Keparahan gejala yang dialami pasien LS.

2. Efektivitas, sensitivitas dan spektrum dari antibiotik yang dipilih.

3. Adanya komplikasi penyakit lain atau tidak pada pasien LS.

4. Penggunaan antibiotik sebelumnya yang dapat menyebabkan bakteri resisten sehingga berpotensi untuk
timbulnya resistensi dan resiko superinfeksi.

5. Cocok atau tidak dengan pasien dengan mempertimbangkan faktor individual pasien, misalnya usia, faktor
genetik, riwayat alergi dan keadaan hamil.

6. Toksisitas rendah.

7. Biaya atau harga obat yang dipilih.

8. Apakah perlu penggunaan antibiotik Profilaksis atau tidak.

(NICE, 2018)
• uji sensitivitas antibiotik digunakan untuk menguji sensitivitas
Pertanyaan 3 antibiotik terhadap suatu bakteri dengan tujuan untuk
mengetahui daya kerja/ efektivitas dari suatu antibiotik dalam
membunuh bakteri.
• uji sensitivitas antibiotik di rumah sakit atau klinik setempat perlu
dilakukan karena :
1. Berhubungan dengan dasar pemilihan antibiotik untuk terapi
Uji sensitivitas antimikroba dilakukan bila pasca pengobatan
masih terdapat gejala
2. Pasien yang gejalanya berhenti tapi muncul kembali dalam 2
minggu
(Guideline
IAU)
• Berdasarkan Guideline EUA, trimetoprim/sulfonamida harus
dipertimbangkan sebagai obat pilihan pertama di daerah dengan
tingkat resistensi yang diketahui untuk E.coli yaitu < 20%

23
Kultur yang direkomendasi untuk mereka yang :

1. Diduga 2. Gejala yang tidak


menderita hilang atau terjadi
pielonefritis akut kembali dalam 2 – 4
minggu setelah
penyelesaian terapi 5. Pria yang
diduga ISK

3. Wanita
yang 4. Wanita
menunjukkan hamil
gejala yang
tidak khas
2
(Guideline IAU dan EUA)
4
Dipiro,
Pharmacotherapy_Handbook
7th Edition

25
Pertanyaan 4 dan 5

Pilihan antibiotik untuk terapi sebaiknya dengan panduan pola


resistensi kuman dan uji sensitivitas antibiotik di rumah sakit
atau klinik setempat, tolerabilitas obat dan reaksi negatif, efek
ekologi negatif, biaya, dan ketersediaan obat. Lama pemberian
antibiotik tergantung dari obat yang digunakan dan berkisar
dari 1-7 hari (IAUI, 2015)

Terapi farmakologi yang dibutuhkan oleh LS adalah antibiotik


Trimethoprim-sulfamethoxazole atau flourokuinolon
(kecuali moxifloxacin).

• Flourokuinolon diberikan apabila pasien yang


kemungkinan mengalami pyelonefritis. Namun pada
kasus ini, gejala yang dialami LS tidak menunjukkan
adanya kemungkinan pyelonefritis seperti demam yang
tinggi.

• Di daerah dengan tingkat resistensi E. coli terhadap


trimethoprim-sulfamethoxazole lebih dari 20%, maka
dapat digunakan nitrofurantoin atau fosfomycin.
2
• Amoksisilin atau ampisilin tidak dianjurkan karena 6
tingginya insiden resistensi terhadap E. coli (Dipiro, 2015)
Lama Pemberian Antibiotik dan Mekanisme Kerja Trimethoprime-
Sulfametoxazole

Pilihan antibiotik untuk terapi sebaiknya dengan panduan


pola resistensi kuman dan uji sensitivitas antibiotik di
rumah sakit atau klinik setempat, tolerabilitas obat dan
reaksi negatif, efek ekologi negatif, biaya, dan ketersediaan
obat. Lama pemberian antibiotik tergantung dari obat yang
digunakan dan berkisar dari 1-7 hari (IAUI, 2015)

Di daerah dengan tingkat resistensi E. coli terhadap


trimethoprim-sulfamethoxazole lebih dari 20%, maka
dapat digunakan nitrofurantoin atau fosfomycin.

27
Pertayaan 6

01 Dilakukan Urinalisis dan/atau kultur urin apabila


pasca pengobatan masih terdapat gejala.

02
Dilakukan kultur urin dan uji sensitivitas antimikroba pada
pasien yang gejalanya berhenti tapi muncul kembali dalam 2
minggu.
Pertanyaan 7

Antibiotik yang disarankan untuk


LS pada saat LS tidak hamil adalah
Trimethoprim sulfamethoxazole.
Antibiotik ini tidak tepat dipilih
apabila pasien dalam kondisi
hamil. Trimetoprim- Using products containing trimethoprim is discouraged
Sulfametoxazole menurut US Food
and Drugs Administration (FDA)
during the first trimester, and sulfonamides should be
termasuk ke dalam risiko avoided in late pregnancy. Trimethoprim is a folic acid
kehamilan kategori D (ada bukti antagonist and its use during the first trimester has been
berisiko) .
associated with structural defects, such as neural tube and
cardiovascular defects. sulfamethoxazole can persist in
neonatal circulation for several days after delivery if taken
near term.

2
9
Terapi Antibiotik Lain

*diberikan selama 7 hari

Octaviyanti, D. Tata Laksana dan Pencegahan Infeksi Saluran Kemih


pada Kehamilan. J. Indon Med Assoc. 62(12)482-490. 3
0
THANKS
Any Question ?

31

Anda mungkin juga menyukai