Anda di halaman 1dari 26

Penanggulangan Bencana di Berbagai

Lini dan Pemberdayaan Masyarakat


Pasca Bencana
ELLY TRISNAWATI, 2019_MK. MANAJEMEN BENCANA
Flashback_be reminder !!!

10 risiko bencana di Indonesia :

GEMPA BUMI TSUNAMI LETUSAN GUNUNG


BERAPI
KEKERINGAN TANAH LONGSOR (GERAKAN TANAH

KEBAKARAN HUTAN & LAHAN BANJIR


CUACA EKSTRIM
(PUTTING BELIUNG)

GELOMBANG EKSTRIM
BANJIR BANDANG DAN ABRASI
PENANGGULANGAN BENCANA
RESPONSIF GENDER
 Pada situasi bencana, perempuan dan anak2 merupakan kelompok yg memiliki kerentanan lebih
besar berhadapan dg bencana. Baik sebelum, saat maupun pasca bencana
 Perempuan dan anak2 rentan mengalami kekerasan saat darurat bencana  saat tjd bencana,
suatu system social, norma social dan kepemimpinan local tidka berjalan krn terdampak bencana.
Organisasi yg menjaga tertib social jg seringkali tdk berjalan krn pemimpinnya terdampak
 Tinggal bersamaan dg org asing yg bukan keluarga (bercampur) dan berjalan dlm waktu lama,
berisiko memunculkan potensi kekerasan akan meningkat, fasilitas MCK/WC minim, penjagaan
keamanan minim
 Faktor lain yg menyebabkan kekerasan bs tejadi adl  system tanggap darurat dan bantuan
kemanusiaan yg kurang sensitif pada pemenuhan hak anak dan perempuan.
 Bantuan khusus utk perempuan dan anak tdk
sesuai dg kebutuhan
 Bentuk kekerasan antara lain :
 Ketiadaan fasilitas sesuai kebutuhan perempuan
dan anak2  mjd cikal bakal kekerasan
 Tdk tersedianya system yg memungkinkan
perempuan dan anak apabila tjd kekerasan
PEREMPUAN DAN ANAK terdampak bencana, akan  Ketiadaan menu khusus bumil, buteki, dan anak2
menghadapi kondisi sbb :
 Kurangnya hunian darurat yg menjamin privasi
 Penyediaan MCK bercampur dg laki2, atau jumlah perempuan dan anak  potensi pelecehan
MCK khusus perempuan minim  MCK perempuan seksual. Tdk adanya ruang khusus laktasi.
seharusnya 2x lbh byk dibanding MCK laki2 (Standar
Internasional Bantuan Kemanuasiaan)
Kerentanan yang dialami oleh perempuan, anak,  Upaya utk mengatasinya sbb :
lansia dan kelompok difabel dlm situasi bencana,  Perempuan dan klp rentan lainnya hrs
dipengaruhi oleh : mendapatkan pengetahuan dan pelatihan 
 Minimnya akses dan control klp yg rentan thd bantuan kemanusiaan adalah hak yg wajib
sumber daya utk bertahan hidup dan pemulihan dipenuhi, bukan sekedar donasi.
diri pasca bencana  Perempuan hrs dipaparkan ttg standar
minimum bantuan kemanusiaan  pemimpin
 Minimnya akses dan control yg disebabkan oleh organisasi perempuan hrs mempunyai akses
budaya dan system social yg menempatkan thd kebijakan2 dan regulasi kebencanaan
perempuan maupun klp rentan sbg klp terpinggir,  Kekerasan pd perempuan dan anak dlm situasi
antara tdk ada pelibatan dlm renval program bencana bs diatasi dg mitigasi bencana,
penanggulangan bencana shg kebutuhan klp kesiapsiagaan, dan perencanaan bantuan
rentan tdk mjd prioritas dlm penyediaan sumber darurat yg mengutamakan perempuan dan
daya penanganan bencana anak2
LLHPB sebagai salah satu klp perempuan potensi dlm upaya
penanggulangan bencana yg berkeadilan gender

 Penguatan kompetensi kebencanaan di dlm jaringan internal organisasi


 Peningkatan kompetensi dari fiqih kebencanaan, regulasi kebencanaan, sampai manajemen
bencana secara umum maupun standar minimal bantuan kemanusiaan
 Bbrp hal yg sdh dilakukan :
 Pendampingan dg melakukan perencanaan, monitoring, dan evaluasi pemenuhan hak2 perempuan dan
anak dalam kondisi darurat bencana
 Memberikan pelayanan langsung kpd warga terdampak di lapangan
 Membuat model aduan dan advokasi untuk memfasilitasi jika ada potensi kekerasan thd anak dan
perempuan di lokasi pengungsian atau darurat bencana
KAMPANYE “SAFE SCHOOL”  sekolah
Contoh program yg aman thd semua aktivitas civitas
dlm mengurangi akademikanya, al :
kekerasan pd • Bangunan sekolah hrs kuat dan aman
anak pd situasi • Seluruh warga sekolah mengetahui cara
bencana menghadapi situasi gawat darurat dan
kebencanaan

Contoh penerapan program


Program tsb dilakukan di KRB
ANTISIPATIF (Kawasan Rawan Bencana III
di lereng Gn. Merapi dan
wilayah Jatim
 Upaya pengurangan risiko bencana
Pengurangan harus hadir di berbagai lini, salah
satunya di dunia pendidikan. Ada
Risiko Bencana di upaya yang diinisiasi oleh
Muhammadiyah, sejak 2010 
Sekolah Gagasan SEKOLAH SIAGA
BENCANA (SSB) pasca erupsi
Merapi.
 Data BNPB  sebanyak 313
fasilitas pendidikan yg rusak
sepanjang peristiwa bencana di thn
2018
 Data MDMC  22 dari 38 AUM di
Sulawesi Tengah terdampak gempa
bumi dan tsunami
Kerusakan Bangunan Sekolah
memberikan efek DOMINO pd proses
pendidikan scr keseluruhan!!!
 SEKOLAH SIAGA BENCANA penting? Why??? :
• Blm adanya sisipan materi mengenai kebencanaan di sekolah  sedangkan Indonesia mrpkn Negara
dg tingkat kerawanan bencana yg sgt tinggi
• Memberikan informasi kpd guru dan siswa seberapa tingkat keamanan sekolah tsb dari potensi bencana
 INTEGRASI MATERI KEBENCANAAN dalam MUATAN KURIKULUM
• Muatan materi ttg kerawanan local, spt sekolah daerah pesisir pantai, maka prioritas materi ttg tsunami.
Daerah sekitar sungai, maka penting memahami banjir dan upaya penanggulangannya. Dll

Sekolah makin RENTAN jika tdk ada


pemahaman ttg kebencanaan. Sekolah
akan mjd POTENSI jika guru dan siswa
terdidik dg baik mengenai kebencanaan
Sekolah Aman Bencana memungkinkan anak2 utk
terlibat dalam penanganan, dimulai dari :
 Berbagi informasi, sampai konsultasi
 Level menengah spt : kolaborasi, mencapai
keputusan bersama sampai pd munculnya
gagasan yg diinisiasi oleh anak sekolah

Perlu dibuat penyelenggaraan manajemen di


sekolah, meliputi :
Berlindung di bawah meja saat terjadi gempa  SOP
 Jalur evakuasi
PENDIDIKAN  Pemetaan  merancang peta
PENGURANGAN RISIKO  Penyelenggaraan simulasi
BENCANA DI SEKOLAH 
masuk dlm kurikulum
pembelajaran dan ekstra
kulikuler
Keberadaan LKS bencana

Mendorong peningkatan pengetahuan siswa akan


kebencanaan, bukan hnya level penyadaran, tp jg
kemampuan komunikasi mengenai kebencanaan

SIMULASI MENGHINDARI BENCANA

Beberapa contoh aktualisasi


Sekolah Aman Bencana :
 SD Muhammadiyah Antapani
Bandung
 SD Muhammadiyah Bantul Kota
 SMA Inklusi Malang
DESA TANGGUH BENCANA
o BENCANA adalah : peristiwa atau rangkaian peristiwa yg mengancam dan mengganggu kehidupan dan
penghidupan masyarakat yg disebabkan oleh faktor alam dan/atau non alam maupun faktor manusia
shg mengakibatkan timbulnya korban jiwa, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dampak
psikologis (UU Nomor 14 Tahun 2007)

o HAL AWAL UTAMA YANG PERLU DILAKUKAN DLM SIAP SIAGA BENCANA adalah  dengan
PENYADARAN akan ancaman bencana melalui berbagai cara dan media, al : pendidikan, baik formal
maupun non formal ; pelatihan bagi semua usia; serta peningkatan ketrampilan dlm penanggulangan
bencana

Langkah2 tsb mjd program besar di sebuah DESA, yg semuanya


memerlukan kebijakan pemerintah setempat dlm mengalokasikan anggaran
dlam upaya mewujudkan dan membudayakan mitigasi bencana dlm
masyarakat
Cakupan Mitigasi Bencana cukup luas, antara lain :
 Penyiapan rumah tinggal yg tahan bencana
 Infrastruktur yg memadai
 Penanaman jiwa mandiri dg pembekalan berbagai skill warga,
terutama para pemudanya  dlm rangka memiliki
kemampuan dlam melakukan berbagai hal utk bertahan
hidup di saat tjd bencana
HOSPITAL Program HPCRED bertujuan :
PREPAREDNESS AND Memperkuat kapasitas rumah sakit
COMMUNITY READINESS dan masyarakat di sekitar rumah
sakit.
FOR EMERGENCY AND
DISASTER/HPCRED
Program ini menitikberatkan pada RS
dg melibatkan masyarakat yg berada
RUMAH SAKIT dan MASYARAKAT AMAN BENCANA di sekitar RS dlm membuat Sistem
Penanggulangan Gawat Darurat
Terpadu (SPGDT)
Dalam konteks penangangan
bencana, RS merupakan
stakeholder penting!!!
LPB/Lembaga Penanggulangan
Bencana PP Muhammadiyah atau yg
dikenal dg MDMC menginiasi
program Kesiapsiagaan RS dan
Kesiapan Masyarakat untuk
Kedaruratan dan Bencana atau
Hospital Preparedness and
Community Readiness for
Emergency and Disaster (HPCRED)
4 Standar RS Aman Bencana
Bangunan & Infrastruktur
Manajeman
Kerjasama &
Integrasi
Sumber Daya
Manusia
11 Parameter RS Aman Bencana

Memiliki system manajemen RS yg mampu bekerja


1
dalam situasi bencana

2 Memiliki Buku Dokumen


Rencana Penanggulangan
Bencana RS, Renstra dan
Asuransi
3 Memiliki sumber daya yg terlatih dalam RS AMAN
kebencanaan BENCANA !!
!

4 Memiliki sistem pengembangan sumber daya


manusia di bidang kebencanaan

5 Memiliki struktur bangunan yg aman dari risiko


kejadian bahaya atau bencana
6 Memiliki mekanisme atau prosedur
perlindungan thd fasilitas kesehatan dan alat2
kesehatan

7 Kapasitas cadangan

8 Infrastruktur penangan bencana


9 RS melakukan pengembangan komunitas

1 RS memiliki dokumen kerjasama dg instansi2


0 daerah di mana RS berada

1 Aktif dalam mengembangkan sistem


1 penanggulangan bencana di kabupaten atau
kota setempat
Pemberdayaan Pasca Bencana
Pemberdayaan korban bencana dilakukan stlh masa tanggap darurat dinyatakan selesai
dan memasuki masa rehabilitasi. Hal ini dikarenakan pd masa tanggap darurat
penanganan bencana msh focus pd pencarian dan evakuasi korban.

Terapi trauma healing di lokasi


pengungsian oleh relawan
TAHAPAN DALAM PEMBERDAYAAN KORBAN BENCANA :
 Pertama : Melakukan koordinasi dg pemerintah, relawan baik dari NGO maupun
organisasi keagamaan dan kemasyarakatan yg melakukan penangangan bencana
pd masa tanggap darurat. Koordinasi ini sbg langkah awal utk mendapatkan
informasi mengenai kondisi masyarakat korban bencana dan lokasi titik2 yg mjd
lokasi pengungsian
 Kedua : Melakukan observasi berdasar informasi yg telah diterima sblmnya
sekaligus melakukan assessment awal. Upaya ini merupakan langkah awal utk
melakukan pemetaan dan analisis social  focus utama pd aspek psikologis
 Ketiga : Melakukan koordinasi dlm tim internal pemberdayaan berdasar hasil
observasi dan assessment awal utk menentukan lokasi dan subyek pemberdayaan
TAHAPAN DALAM PEMBERDAYAAN KORBAN BENCANA (lanjutan) :
 Keempat : Melakukan koordinasi dg subyek pemberdayaan scr intensif dan persuasive utk
membangun kesamaan persepsi ttg ruh dalam pemberdayaan
 Kelima : Mendorong masyarakat utk berkelompok karena pemberdayaan berbasis
kelompok atau komunitas bukan perseorangan. Kelompok menentukan opinion leader
yaitu anggota yg dipandang mampu mengorganisasi, mengkoordinir, memotivasi utk
berpartisipasi dlm pemberdayaan
 Keenam : menyusun perencanaan program dan kegiatan pemberdayaan scr bersama
antara tim dan subyek pemberdayaan yg telah berkelompok. Perencanaan ini berbasis
kebutuhan (aspek pendidikan, kesehatan, ekonomi, social)
 Ketujuh : Implentasi program dan kegiatan pemberdayaan
 Kedelapan : Monitoring dan evaluasi dg melibatkan kelompok utk mengetahui hasil dan
manfaat yg dirasakan dg brbagai program pemberdayaan
 Kesembilan : melalukan koordinasi antar tim, kelompok atau subyek pemberdayaan,
pemerintah dan stakeholder terkait utk merumuskan exit strategy  keberlanjutan
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai