Anda di halaman 1dari 23

HARTA BERSAMA, TALAK KHULUK,

SYIQAQ, LI’AN
KELOMPOK 3:
ARIF DERMAWAN H : 17-74-201-077

DIAN MAULINA : 17-74-201-081

M. LUTHFI : 17-74-201-119

YASSER ARDIANSYAH : 1774-201-065


PENGERTIAN HARTA BERSAMA

Secara bahasa, harta bersama adalah dua kata yang


terdiri dari kata harta dan bersama. Menurut kamus
besar bahasa Indonesia “harta dapat berarti barang-
barang (uang dan sebagainya) yang menjadi kekayaan
dan dapat berarti kekayaan berwujud dan tidak
berwujud yang bernilai. Harta bersama berarti harta
yang dipergunakan (dimanfaatkan) bersama-sama”
Jenis-Jenis Harta Bersama

1. Harta masing-masing suami istri yang telah dimilikinya


sebelum kawin baik diperolehnya karena mendapat wrisan
atau usaha-usaha lainnya, disebut sebagai harta bawaan.
2.  Harta masing-masing suami istri yang diperolehnya
selama berada dalam hubungan perkawinan, tetapi
diperoleh bukan karena usaha mereka bersama-sama
maupun sendiri-sendiri, tetapi diperolehnya karena hibah,
warisan, ataupun wasiatuntuk masing-masing.
3.  Harta yang diperoleh setelah mereka berada dalam
hubungan perkawinan atas usaha mereka berdua atau
salah satu pihak dari mereka disebut harta pencaharian.
JENIS-JENIS HARTA BERSAMA DALAM PASAL
91 KOMPILASI HUKUM ISLAM
1) Harta bersama sebagaimana tersebut dalam pasal 85 di
atas dapat berupa benda berwujud atau tidak berwujud.
2) Harta bersama yang berwujud dapat meliputi benda
tidak bergerak, benda bergerak, dan surat-surat
berharga.
3) Harta bersama yang tidak berwujud dapat berupa hak
maupun kewajiban.
4)  Harta bersama dapat dijadikan sebagai barang jaminan
oleh salah satu pihak atas persetujuan pihak yang
lainnya.
Ketentuan Hukum Tentang Harta Bersama

Dalam ketentuan pasal 35 undang-undang no. 1 tahun


1974 ; bahwa harta dalam perkawinan itu terdiri dari
harta bersama dan harta bawaan.

Undang-Undang No. 1 Tahun 1974 sebagai hukum


nasional adalah sebagai konsekwensi dari politik
hukum Indonesia yang telah menggariskan bahwa
pembangunan hukum nasional haruslah berdasarkan
hukumadat sebagai hukum kepribadian bangsa
Indonesia yang berdasarkan pancasila.
PENGERTIAN TALAK KHULU

Khulu’ yang terdiri dari lafaz kha-la-‘a yang berasal dari bahasa
Arab secara etimologi berarti menanggalkan atau membuka
pakaian. Dihubungkannya kata khulu’ dengan perkawinan
karena dala Al-Qur’an disebutkan suami itu sebagai pakaian
bagi istrinya dan istri itu merupakan pakaian bagi suaminya
Menurut fuqaha, khulu’ secara umum, yakni perceraian
dengan disertai sejumlah harta sebagai ‘iwadh yang diberikan
oleh istri kepada suami untuk menembus diri agar terlepas dari
ikatan perkawinan, baik dengan kata khulu’, mubara’ah
maupun talak. Secara khusus, yaitu talak atas dasar ‘iwadh
sebagai tebusan dari istri dengan kata-kata khulu’ (pelepasan)
atau yang semakna seperti mubara’ah (pembebasan).
KHULU DALAM PENDAPAT ULAMA FIQIH
1) Imam Hanafi mengatakan : “Khulu’ boleh dilakukan
dengan menggunakan redaksi jual beli, misalnya si
suami mengatakan kepada istrinya, “saya jual dirimu
kepadamu dengan harga sekian,” lalu istri menjawab,
“saya beli itu”. Atau si suami mengatakan kepada
istri, “Belilah talak (untukmu) dengan harga sekian”.
lalu si istri mengatakan, “baik, saya terima
tawaranmu”
2) Imam Syafi’I ; Mempunyai pendapat yang sama
tentang kebolehan khulu’ dengan menggunakan
redaksi jual beli.
Untuk maksud yang sama dengan kata khulu’ itu
ulama menggunakan beberapa kata, yaitu: fidhyah, shulh,
mubaraah. Walaupun dalam makna yang sama, namun
dibedakan dari segi jumlah ganti rugi atau iwadh yang
dugunakan.
Bila ganti rugi untuk putusnya hubungan perkawinan
itu adalah seluruh mahar yang diberikan waktu nikah
disebut khulu’. Bila ganti rugi adalah separuh dari mahar,
disebut shulh, bila ganti rugi itu lebih banyak dari mahar
yang diterima desebut fidyah dan bila istri bebas dari
ganti rugi disebut mubaraah.
Dasar Hukum Khulu’

 Mubah
Hukumnya menurut Jumhur Ulama adalah boleh
atau mubah. Isteri boleh-boleh saja untuk mengajukan
Khulu' manakala ia merasa tidak nyaman apabila tetap
hidup bersama suaminya, baik karena sifat-sifat buruk
suaminya, atau dikhawatirkan tidak memberikan hak-
haknya kembali atau karena ia takut ketaatan kepada
suaminya tidak menyebabkan berdiri dan terjaganya
ketentuan ketentuan Allah. Dalam kondisi seperti ini,
Khulu' bagi si isteri boleh dan sah-sah saja.
 Haram
Khulu' bisa haram hukumnya apabila dilakukan dalam
dua kondisi berikut ini:
A. Apabila si isteri meminta Khulu' kepada suaminya tanpa
ada alasan dan sebab yang jelas, padahal urusan rumah
tangganya baik-baik saja, tidak ada alasan yang dapat
dijadikan dasar oleh isteri untuk mengajukan Khulu'.
B. Apabila si suami sengaja menyakiti dan tidak
memberikan hak-hak si isteri dengan maksud agar si
isteri mengajukan Khulu', maka hal ini juga haram
hukumnya. Apabila Khulu' terjadi, si suami tidak berhak
mendapatkan dan mengambil 'iwadh, uang gantinya
karena maksudnya saja sudah salah dan berdosa.
Rukun dan Syarat Khulu’

1. Suami yang menceraikan istrinya dengan tebusan;


2. Istri yang meminta cerai dari suaminya dengan uang
tebusan;
3. Uang tebusan atau iwadh; dan
4. Alasan untuk terjadinya khulu’.
Pengertian Syiqaq

 Syiqaq menurut bahasa dapat diartikan


pertengkaran, sedangkan menurut istilah syiqaq berarti
krisis memuncak yang terjadi antara suami istri,
sehingga antara keduanya yaitu suami isteri sering
terjadi perselisihan yang menjadikan keduanya tidak
dapat dipertemukan (diselesaikan) dan kedua belah
pihak tidak dapat mengatasinya.
MENURUT ISTILAH FIQIH
Menurut istilah fiqih berarti perselisihan antara
suami dan istri yang diselesaikan oleh dua orang hakam,
yaitu seorang hakam dari pihak suami dan seorang
hakam dari pihak istri. Pengertian di atas menunjukkan
bahwa syiqaq terjadi apabila antara suami istri tidak
dapat lagi mencukupi kebutuhan lahir maupun
kebutuhan batin, sehingga dalam kehidupan rumah
tangga sering terjadi perselisihan yang tiada akhir.
Dasar Hukum Syiqaq

 Firman allah surat Annisa Ayat 3:"Dan jika kamu


khawatirkan ada persengketaan antara keduanya,
Maka kirimlah seorang hakam dari keluarga laki-laki
dan seorang hakam dari keluarga perempuan. jika
kedua orang hakam itu bermaksud Mengadakan
perbaikan, niscaya Allah memberi taufik kepada
suami-isteri itu. Sesungguhnya Allah Maha
mengetahui lagi Maha Mengenal" (QS. Annisa’:35)
Akibat Hukum

 Apabila dalam kasus syiqaq ini keduanya tidak


dapat berdamai maka salah satu hal yang terbaik
adalah dengan menceraikan keduanya, dan
kedudukan cerai sebab kasus syiqaq adalah bersifat
ba’in , yaitu pernikahan yang putus secara penuh dan
tidak memungkinkan untuk kembali lagi kecuali
dengan mengadakan akad dan makawin baru tanpa
harus dinikahi oleh pria lain sebelumnya .
Pengertian Li’an

 Kata li’än dan mulä’anah menurut bahasa berarti


‫ ( اللعن بين اثنين فصاعدا‬saling melaknat yang terjadi di
antara dua orang atau lebih ). Sedang, menurut istilah
shar’i, li’än ialah sumpah dengan redaksi tertentu yang
diucapkan suami bahwa isterinya telah berzina atau ia
menolak bayi yang lahir dari isterinya sebagai anak
kandungnya, dan kemudian sang isteri pun
bersumpah bahwa tuduhan suaminya yang
dialamatkan kepada dirinya itu bohong.
LI’AN DAPAT DILAKUKAN DALAM KEADAAN
1. Apabila seorang suami menuduh istrinya telah berzina,
sedangkan ia tidak mempunyai empat orang saksi yang
melihat sendiri perbuatan itu dan bersedia bersaksi bahwa si
istri memang telah melakukan apa yang dituduhkan
padanya. Akan tetapi, dalam hal ini, dibolehkanya suami
melakukan Li’än terhadap istrinya hanyalah jika ia benar-
benar yakin bahwa istrinya telah berzina. Misalnya, dengan
menyaksikan sendiri perbuatan itu ataupun siistri
mengakuinya, sementara ia (suami) benar-benar percaya
akan pengakuan istrinya itu. Walaupun demikian, yang lebih
utama dalam keaadan ini ialah menjatuhkan talaq terhadap
siistri dan tidak perlu melakukan li’än terhadapnya.
2. Apabila suami tidak bersedia mengakui
kehamilan istrinya berasal dari suaminya sendiri
tetapi dari laki-laki lain. Yaitu apabila ia menklaim
tidak pernah, sekalipun, bersenggama dengan
istrinya itu sejak berlangsungnya akad nikah
dengannya. Atau, ia menuduh istrinya melahirkan
anaknya kurang dari enam bulan sejak ia
bersenggama dengannya, atau lebih darisatu tahun
setelah bersenggama dengannya.
Hukum Li’an

 Jika seseorang menuduh istrinya berzina tanpa


bukti, maka ia telah melakukan qadzaf ‫ذف‬ ( ‫ ) ق‬dan
berhak mendapatkan hukum had berupa 80 kali
cambukan. Allah Ta’ala berfirman :
‫م‬ ‫ه‬ ‫و‬ ‫د‬ ‫ل‬ ‫ج‬ ‫ا‬َ ‫ف‬ ‫ء‬
َ ‫ا‬ ‫د‬ ‫ه‬ ُ
‫ش‬ ‫ة‬ ‫ع‬ ‫ب‬‫ر‬َ ‫والَّذين يرمون الْمحصنات ثُم لَم يأْتوا بأ‬
ْ ُ ُ ِ ْ َ َ ِ َ َ ْ ِ ُ َ ْ َّ ِ َ َ ْ ُ َ ُ َْ َ ِ َ
ً ‫جلْدَة‬
َ ‫ين‬
َ ِ ‫مان‬ َ َ‫ث‬
Artinya: “dan orang-orang yang menuduh wanita-
wanita yang baik-baik (berbuat zina) dan mereka tidak
mendatangkan empat orang saksi, maka cambuklah
mereka (yang menuduh itu) delapan puluh kali
cambukan” (QS. An Nuur : 4)
 Had tersebut tidak berlaku jika dia membawa 4
orang saksi sebagai bukti. Allah Ta’ala berfirman :
‫ة‬ ‫ع‬ ‫ب‬‫ر‬ َ ‫أ‬ ‫ن‬ ‫ه‬ ‫ي‬َ ‫ل‬ ‫ع‬ ‫وا‬ ‫د‬ ‫ه‬ ْ
‫ش‬ ‫ت‬ ‫س‬ ‫ا‬َ ‫ف‬ ‫م‬ُ ‫ك‬ ‫ائ‬ ‫س‬ ‫ن‬ ‫ن‬ ‫م‬ ‫ة‬ َ
‫ش‬ ‫ح‬ ‫َا‬ ‫ف‬ْ ‫ال‬ ‫ين‬ ‫ت‬ْ ‫والاَّل تي يأ‬
ً َ َ ْ َّ ِ ْ َ ُ ِ َ ْ ْ ِ َ ِ ْ ِ َ ِ َ ِ َ ِ َ
‫م‬ْ ُ ‫منْك‬
ِ

Artinnya: “dan (terhadap) para wanita yang


mengerjakan perbuatan keji, hendaklah ada empat
orang saksi diantara kamu (yang menyaksikannya)” (QS.
An Nisaa : 15)
Akibat Hukum Li’an

A. Akibat Hukum Li’an Bagi suami dan Istri


Akibat li’an adalah terjadinya perceraian antara
suami istri. Jumhur ulama mengemukakan alasan bahwa
pada dasarnya diantara keduanya telah terjadi
pemutusan hubungan, saling membenci, saling
mengumbar hawa nafsu, dan merusak batasan-batasan
Allah, yang semuanya mengharuskan keduanya untuk
tidak berkumpul kembali selamanya
B. Akibat Li’an dari Segi Hukum
Gugur had atas istri sebagai had zina
 Wajib  had atas istri sebagai had zina
  Suami istri bercerai untuk selamanya
 Bila ada anak, tidak dapat diakui oleh suami sebagai
anaknya
Sebaliknya si istri dapat menggugurkan hukum had
atas dirinya dengan membela li’an suaminya dengan
li’annya pula atas suaminya.
Sekian dan Terima kasih
“Banyak bertanya menunjukan kebodohan dan
kemalasan pada diri anda karena tidak pernah membaca
literasi.”

Sesugguhnya hari pembalasan akan selalu ada.


- M. Lutfi Al Minangkabaui

Anda mungkin juga menyukai