Anda di halaman 1dari 23

KECEMASAN KELUARGA TERHADAP

PERATURAN PEMBATASAN KUNJUNGAN


PASIEN YANG DIRAWAT DI RUANG
STROKE UNIT RS. SAIFUL ANWAR
MALANG

SRI RAHAYU
NIM 1101100140
LATAR BELAKANG

Adanya peraturan
Stroke memerlukan pembatasan kunjungan
Perawatan yang intesif
perawatan yang sangat sering menyebabkan
mengharuskan
intensif terutama 24— konflik antara perawat
pembatasan kunjungan
48 jam pertama (fase dengan keluarga yang
keluarga pasien
akut) mengakibatkan
kecemasan keluarga
Rumusan Masalah

• Bagaimanakah kecemasan keluarga terhadap peraturan


pembatasan kunjungan pasien yang dirawat di ruang
Stroke Unit RS. Saiful Anwar?

Tujuan penelitian

• Mengetahui kecemasan keluarga terhadap pemabtasan


kunjungan pasien stoke

Manfaat penelitian

• Bagi peneliti : mengaplikasikan ilmu penelitian kesehatan


• Bagi perawat : menambah wawasan tentang kecemasan
keluarga pasien stroke
• Bagi keluarga : memahami tujuan adanya peraturan
• Bagi rumah sakit : meningkatkan kualitas pelayanan RS
TINJAUAN PUSTAKA
Kecemasan adalah respon emosi subyektif tanpa obyek
yang spesifik dan dikomunikasikan secara interpersonal
(Susilawati, 2005)
Keluarga adalah anggota rumah tangga yang saling
berhubungan melalui pertalian darah adopsi atau
perkawinan (Wiyono, 2013)
Keperawatan keluarga adalah suatu rangkaian kegiatan
untuk menyelesaikan masalah kesehatan yang dialami oleh
keluarga (Setiadi, 2008)
Stroke adalah keadaan gangguan peredarah darah di otak,
berakibat kelumpuhan atau kematian (batticaca, 2008)
Metode Penelitian Studi Kasus

Studi kasus dengan rancangan deskriptif observatif

Subyek penelitian sebanyak 4 orang dari keluarga


pasien , dengan pasien memiliki kriteria inklusi:
• Minimal tiga hari dirawat
• Jenis stroke perdarahan atau nonn perdarahan
• GCS kurang dari 10

Kriteria dari keluarga:


• Kelaurga inti, tinggal satu rumah, penanggung jawab
PENGUMPULAN DATA
Teknik wawancara ;
menggunakan pedoman
komponen kecemasan
HARS dan pertanyaan yang
dikembangkan oleh peneliti

Teknik observasi ; observasi


langsung yang dilakukan
sekali didasarkan pada
aspek perilaku terkait
kecemasan
Pengolahan data

Penyebab kecemasan disimpulkan secara narasi

Tingkat kecemasan menggunakan skla HARS dengan


klasifikasi
• Skor kurang dari 6 = tidak ada kecemasan.
• Skor 7 – 14 = kecemasan ringan.
• Skor 15 – 27 = kecemasan sedang.
• Skor lebih dari 27 = kecemasan berat.

Penyajian data : narasi


HASIL DAN PEMBAHASAN
• Gambaran umum responden 1
• Tn H (45 Tth) pndidikan trakhir S2, pkerjaan guru, hub :
anak
• Gambaran umum responden 2
• Ny. J (58 tahun) pnddkan trakkhir SD, pkrjaan IRT, hub :
istri
• Gambaran umum responden 3
• Ny. R (37 tahun) pnddkan trakkhir SD, pkrjaan IRT,
hub : anak
• Gambaran umum responden 4
• Ny.M (39 tahun) pnddkan trakkhir SD, pkrjaan IRT,
hub : menantu
Fokus Studi Kasus R.1 (Tn.H)
• Hari I: Cemas karena pembatasan kunjungan, tingkat
kecemasan 18, dampak gangguan tidur
• Hari 2 : Cemas karena kondisi px & pembatasan kunjungan,
tingkat kecemasan 22, dampak gangguan tidur, kesehatan,
tugas rumah
• Hari 3 : Cemas karena kondisi px & pembatasan kunjungan,
tingkat kecemasan 22, dampak gangguan tidur, kesehatan,
tugas rumah
• Hari 4 : Cemas karena kondisi px & pembatasan kunjungan,
tingkat kecemasan 16, dampak gangguan tidur
• Hari 5 : Cemas karena kondisi px & pembatasan kunjungan,
tingkat kecemasan 14, dampak gangguan tidur,
Ny J (Responden II)
• Hari 1 : Cemas karena kondisi px & pembatasan kunjungan,
tk.sedang skor 29, dampak gangguan tidur, kesehatan, tugas
rumah
• Hari 2 : Cemas karena kondisi px & pembatasan kunjungan,
tk.berat skor 30, dampak gangguan tidur, kesehatan, tugas rumah
• Hari 3 : Cemas karena kondisi px , biaya & pembatasan
kunjungan, tk.berat skor 33, dampak gangguan tidur,
• Hari 4 : Cemas karena kondisi px & pembatasan kunjungan,
tk.sedang skor 22, dampak gangguan tidur, kesehatan, tugas
rumah
• Hari 5 : Cemas karena kondisi px & pembatasan kunjungan,
tk.sedang skor 21, dampak gangguan tidur, kesehatan, tugas
rumah
Ny. R (Responden III)
• Hari 1 : Cemas karena kondisi px & pembatasan kunjungan,
tk.sedang skor 25, dampak gangguan tidur, kesehatan, tugas
rumah
• Hari 2 : Cemas karena kondisi px & pembatasan kunjungan,
tk.berat skor 28 dampak gangguan tidur, kesehatan, tugas rumah
• Hari 3 : Cemas karena kondisi px & pembatasan kunjungan,
tk.berat skor 41, dampak gangguan tidur, kesehatan, tugas rumah
• Hari 4 : Cemas karena kondisi px & pembatasan kunjungan,
tk.sedang skor 23, dampak gangguan tidur, kesehatan, tugas
rumah
• Hari 5 : Cemas karena kondisi px & pembatasan kunjungan,
tk.sedang skor 18, dampak gangguan tidur, kesehatan, tugas
rumah
Ny. M (Responden IV)
• Hari 1 : Cemas karena kondisi px & pembatasan
kunjungan, tk.berat skor 46, dampak gangguan
tidur, kesehatan, tugas rumah
• Hari 2 : Cemas karena kondisi px & pembatasan
kunjungan, tk.berat skor 50, dampak gangguan
tidur, kesehatan, tugas rumah
• Hari 3—5 : tidak dapat diobservasi pasien dan
keluarga KRS
Pembahasan
• Hasil penelitian studi kasus didapatkan
bahwa penyebab kecemasan yang utama
pada seluruh responden terjadi karena
mengkhawatirkan kondisi pasien yang
kritis. Hal ini dapat terjadi karena fungsi
fisiologis naluri dari manusia atas rasa
saling memiliki dan kasih sayang timbul
saat ada seseorang yang dikasihinya dalam
kondisi yang membahayakan kehidupanya
dan keluarganya, (Wiyono ,2013)
• Seluruh responden mencemaskan
pembatasan kunjungan, sehingga tidak
bisa mengikuti perkembangan, dan jika
pasien membutuhkan sesuatu sewaktu-
waktu responden tidak dapat
membantunya. Hal ini terjadi karena
dengan pembatasan kunjungan
menjadikan responden tidak mengetahui
secara pasti apa yang terjadi. (Susilawati ,
2005)
• Responden I dan III memiliki
kecenderungan dengan tingkat kecemasan
sedang, hal ini dapat dikaitkan dengan
tingkat pendidikan dan usia responden.
Pada responden I memiliki tingkat
pendidikan akhir pasca sarjana, sehingga
pengetahuan dan pola berfikirnya lebih
maju dan terstruktur, pendidikan yang
lebih tinggi ini juga membekali untuk
berfikir lebih logis dan koping individu
yang lebih baik. Hal ini sesuai dengan
pendapat Susilawati (2005)
• Sedangkan pada responden III, memiliki
kecenderungan umum tingat
kecemasan sedang karena usia yang
masih cukup muda yaitu 37 tahun, pada
usia ini responden mampu menghadapi
masalah dengan baik karena
kedewasaanya, selain itu dalam usia ini
tubuh masih dalam kondisi baik dan
bugar sehingga memungkinkan untuk
mengatasi masalah dengan baik. (Budi
Anna, 2011)
• Tingkat kecemasan berat pada responden II
dan IV dapat dikaitkan dengan tingkat
pendidikan, dimana pada kedua responden
memiliki riwayat pendidikan terakhir dibangku
sekolah dasar (SD).
• Selain itu tingkat kepadaran penyakit
responden berpengaruh utama pada
kecemasan responden semakin berat. Pada
responden IV dokter memberikan vonis bahwa
keluarganya yang sakit ada pada kondisi akhir,
sehingga keluarga terus memfikirkan akan
kondisi pasien terus menerus. Hal ini sesuai
dengan pendapat Wiyono (2013)
• Hampir seluruh responden menyatakan
bahwa dampak kecemasan paling banyak
adalah gangguan tidur, kesehatan yang
tidak terjaga, dan tugas ruamh
terbengkalai. Hal ini dapat terjadi karena
pikiran responden terfokus pada kondisi
pasien yang tidak dapat diketahui secara
pasti dan pembatasan kunjungan. Tidak
adanya pengganti yang menemani
menjadikan responden tidak dapat
mengerjakan tugas dirumah.
• Hasil observasi menunjukan bahwa
responden tampak ekspresi wajah tegang,
nafsu makan menurun, banyak bertanya
kepada petugas, sering mengintip ruang
perawatan dari kaca, susah tidur. Hal ini
menunjukan bahwa responden dalam
kondisi kecemasan akibat peraturan
pembatasan kunjungan dan
mengkhawatirkan kondisi pasien.
• Budi Anna et al. (2011)
Kesimpulan
• Secara umum penyebab kecemasan responden adalah
mencemaskan kondisi anggota keluarga yang sedang
dirawat, serta peraturan pembatasan kunjungan kepada
keluarga untuk berada disamping pasien
• Tingkat kesemasan pada responden I secara umum dalam
kategori sedang, responden II dalam kategori berat,
responden III dalam kategori sedang, dan responden IV
dalam kategori berat.
• Dampak kecemasan pada responden secara umum adalah
gangguan tidur, gangguan pada kesehatan, dan
terganggunya tugas rumah tangga responden.
• Hasil observasi fisik secara umum yang tampak adalah
gelisah, sedangkan pada observasi mental secara umum
didapatkan konsentrasi buruk.
Saran
• keluarga : mengontrol kecemasannya dengan
memaklumi adanya peraturan pembatasan
kunjungan, mengetahui fungsi dan manfaat dari
peraturan tersebut. Keluarga juga disarkankan
untuk dapat secara aktif menggali informasi
kepada petugas tentang kondisi keluarganya
yang sakit agar lebih tenang.
• Rumah Sakit : fasilitas monitoring berupa TV LCD
yang menampilkan kondisi pasien, serta petugas
kesehatan memberikan KIE secara berkala
tentang perkembangan pasien
Saran
• Disarankan bagi perawat untuk memahami
kondisi kecemasan keluarga dan bersikap
aktif untuk memberikan informasi tentang
kondisi pasien secara berkala kepada
keluarga.
• Diharapkan untuk penelitian selanjutnya
untuk dapat meneliti tentang kepekaan
petugas terhadap perasaan kecemasan
keluarga pasien.
•TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai