Anda di halaman 1dari 15

MANAJEMEN RISIKO K3 Didalam

dan diLUAR GEDUNG


Nama : Fitriani mamonto
Kelas : keperawatan B
Semester 3
Pengertian keselamatan dan
kesehatan kerja (K3)
Suatu keadaan yang menunjukan kondisi yang aman
atau selamat dari risiko penderitanan, kerusakan atau
kerugian di tempat kerja.
Pengertian manajemen risiko dan
manajemen K3
1. Manajemen risiko
manajemen risiko adalah proses pengukuran atau
penilaian risiko serta pengembangan strategi
pengeloalaannya.
2. Manajemen keselamatan dan kesehatan kerja
manajemen sebagai suatau ilmu perilaku yang
mencakup aspek sosial dan spiritual yang tidak
terlepas dari tanggung jawab keselamatan dan
kesehatan kerja,baik dari segi perencanaan, maupun
pengambilan keputusan dan organisasi sehingga dapat
meminimalisir terjadinya kecelakaan kerja
Asas manjemen Keselamatan dan
kesehatan kerja
Suatu asas yang rasional untuk manajemen
keselamatan dan kecelakaan kerja harus mencakup
kenyataan bahwa baik perencanaan maupun
keputusan-keputusan manajerial dan organisasi
keseluruhannya tidak terlepas dari manusia dan
lingkungan kerjanya.
Manajemen keselamatan dan kesehatan kerja pada
dasarnya mencari dan mengungkapkan kelemahan
operasional yang memungkinkan terjadinya
kecelakaan.
Faktor Risiko K3 di luar gedung RS
1. Ruang bangunan dan halaman : semua ruang/unit dan halaman
yang ada dalam batas pagar RS (bangunan fisik dan
kelengkapannya ) yang dipergunakan untuk berbagai keperluan
dan kegiatan RS.
2. Lingkungan bangunan RS harus mempunyai batas yang jelas,
dilengkapi dengan pagar yang kuat dan tidak memungkinkan
orang atau binatang peliharaan keluar masuk dengan bebas
3. Lingkungan bangunan RS harus bebas dari banjir, jika berlokasi
di daerah rawan banjir harus menyediakan fasilitas/teknologi
untuk mengatasinya.
4. Lingkungan RS harus bebas dari asap rokok, tidak berdebu,
tidak becek, atau tidak terdapat genangan air, dan dibuat landai
menuju ke saluran terbuka atau tertutup, tersedia lubang
penerima air masuk dan disesuiakan dengan luas halaman
5. Pencahayaan : jalur pejalan kaki harus cukup terang,
lingkungan bangunan RS harus dilengkapi penerangan
dengan intensitas cahaya yang cukup terutama pada area
dengan bayangan kuat dan yang menghadap cahaya yang
menyilaukan
6. Kebisingan : terjadinya bunyi yang tidak dikehendaki
sehingga mengganggu atau membahayakan kesehatan.
Dengan menanam pohon (green belt), meninggikan tembok
dan meninggikan tanah (bukit buatan) yang berfungsi
untuk penyekatan/ penyerapan bising
7. Kebersihan : halaman bebas dari bahaya dan risiko
minimum untuk terjadinya infeksi silang, masalah
kesehatan dan keselamatan kerja
8. Saluran air limbah domestic dan limbah medis harus
tertutup dan terpisah, masing-masing dihubungkan
langsung dengan instalasi pengolahan air limbah.
9. Luas lahan bangunan dan halaman harus disesuaikan
dengan luas lahan keseluruhan, sehingga tesedia tempat
parkir yang memadai dan dilengkapi dengan rambu parkir
10. Di tempat parkir, halaman, ruang tunggu dan tempat-
tempat tertentu yang menghasilkan sampah harus
disediakan tempat sampah
11. Lingkungan, ruang, dan bangunan RS harus selalu dalam
keadaan bersih dan tersedia fasilitas sanitasi secara kualitas
dan kuantitas yang memenuhi persyaratan kesehatan
sehingga tidak memungkinkan sebagai tempat berenang
dan berkembang biaknya serangga, binatang pengerat, dan
binatang pengganggu lainnya.
12. Jalur lalulintas pejalan kaki dan jalur kendaraan harus dipisahkan.
Jalur pejalan kaki :lebar, tidak licin, mengakomodasi penyandang cacat,
memiliki rambu atau marka yang jelas, bebas penghalang dan
memiliki rel pemandu
Jalur kendaraan : cukup lebar, konstruksi kuat, tidak berlubang,
drainase baik, memiliki pembatas kecepatan (polisi tidur),marka jalan
jelas, memiliki tanda petunjuk tinggi atau lebar maksimum,
memungkinkan titik perlintasan dan parkir, menyediakan penyebrangan
bagi pejalan kaki

13. Ketetapan yang diatur oleh the environment protection act 1990
mendefenisikan :
 Polutan : limbah padat dibuang ke tanah,limbah cair dibuang ke tanah atau
saluran air, dibuang ke atmosfir, bising dalam komunitas masyarakat
 Limbah terkendali : limbah rumah tangga, limbah industri, limbah usaha
komersial
 Limbah khusus : limbah terkendali yang berbahaya sehingga membutuhkan
prosedur pembuangan khusus
14. Kriteria limbah berbahaya
 Dapat menyala/mudah menyala
 Iritan
 Berbahaya
 Beracun
 Karsinogenik
 Korosif
 Produk obat-obatan yang hanya diresepkan
Pengertian
Manajemen resiko adalah budaya, proses dan struktur
yang diarahkan untuk mewujudkan peluang-peluang
sambil mengelola efek yang tidak diharapkan.
Manajemen resiko adalah kegiatan terkoordinasi
untuk mengarahkan dan mengendalikan organisasi
berkaitan dengan resiko.
Resiko adalah peluang terjadinya sesuatu yang akan
mempunyai dampak pada pencapaian tujuan.
Proses manajemen resiko
Proses manajemen resiko terdiri dari :
1. Identifikasi resiko
Identifikasi resiko adalah proses menemukan, mengenal
dan mendeskripsikan resiko. Identifikasi resiko terbagi
menjadi dua, yaitu identifikasi resiko proaktif dan
identifikasi resiko reaktif.
Identifikasi risiko proaktif adalah kegiatan identifikasi
yang dilakukan dengan cara proaktif mencari risiko yang
berpotensi menghalangi rumah sakit mencapai tujuannya.
Metode yang dapat dilakukan diantaranya: pendapat ahli,
belajar dari pengalaman rumah sakit lain, survey.
Identifikasi risiko reaktif adalah kegiatan identifikasi yang
dilakukan setelah risiko muncul dan bermanifestasi dalam
bentuk insiden/gangguan. Metoda yang dipakai biasanya adalah
melalui pelaporan insiden. 
Bagi rumah sakit, cara paling mudah dan terstruktur untuk
melakukan identifikasi adalah lewat setiap unit. Setiap unit
diminta untuk mengidentifikasi risikonya masing-masing.
Setelah terkumpul, seluruh data identifikasi itu dikumpulkan
menjadi satu dan menjadi identifikasi risiko rumah sakit
2. Analisa Risiko 
Analisa risiko adalah proses untuk memahami sifat risiko dan
menentukan peringkat risiko. Analisa risiko dilakukan dengan
cara menilai seberapa sering peluang risiko itu muncul; serta
berat ringannya dampak yang ditimbulkan. Analisa peluang dan
dampak ini paling mudah jika dilakukan dengan cara kuantitatif.
3. Evaluasi Risiko 
Evaluasi risiko adalah proses membandingkan antara
hasil analisa risiko dengan kriteria risiko untuk
menentukan apakah risiko dan/atau besarnya dapat
diterima atau ditoleransi. Dengan evaluasi risiko ini,
setiap risiko dikelola oleh orang yang bertanggung
jawab sesuai dengan peringkatnya.
4. Penanganan Risiko 
Penanganan risiko adalah proses untuk memodifikasi
risiko. Bentuk-bentuk penanganan risiko diantaranya: 
. Menghindari risiko dengan memutuskan untuk tidak
memulai atau melanjutkan aktivitas yang menimbulkan
risiko; 
Mengambil atau meningkatkan risiko untuk mendapat
peluang (lebih baik, lebih menguntungkan);
Menghilangkan sumber risiko; . Mengubah
kemungkinan; . Mengubah konsekuensi;  Berbagi risiko
dengan pihak lain (termasuk kontrak dan pembiayaan
risiko); Mempertahankan risiko dengan informasi
pilihan. 
5. Pengawasan (Monitor) dan Tinjauan (Review) 
Pengawasan dan tinjauan memang merupakan kegiatan
yang umum dilakukan oleh organisasi manapun. Alat
bantu itu adalah Risk Register (daftar risiko). Risk
Register adalah alat manajemen yang memungkinkan
suatu organisasi memahami profil resiko secara
menyeluruh, ini merupakan sebuah tempat
penyimpanan untuk semua informasi resiko.

Anda mungkin juga menyukai