Anda di halaman 1dari 24

IMUNISASI

Kelompok 7
ANGGOTA KELOMPOK:
1. Dina Aulia Fitria 1020183108

2. Nur Aini 1020183149


3. Ahmad Mutiuudin 1020183114
4. Ika Zulfa Q.N 1020183124

5. Lilik Anawati 1020183136


6. Anastasia Yunita E.N 1020183133
IMUNISASI
Imunisasi adalah suatu upaya untuk
menimbulkan/meningkatkan kekebalan
seseorang secara aktif terhadap suatu
penyakit, sehingga bila suatu saat
terpajan dengan penyakit tersebut
tidak akan sakit atau hanya mengalami
sakit ringan (Kemenkes RI, 2013).
MACAM-MACAM
IMUNITAS

a. Imunitas aktif : kekebalan tubuh


yang diperoleh dari dalam tubuh,
karena tubuh membuat antibodi
sendiri.
b. Imunitas pasif : kekebalan yang
diperoleh bukan dari antibodi dalam
tubuh misalnya dengan suntik bahan
atau serum yang mengandung zat
VAKSIN

VAKSIN adalah bahan antigenik yang


digunakan untuk menghasilkan kekebalan
terhadap suatu penyakit. Pemberian vaksin
ini disebut VAKSINASI. Vaksinasi merupakan
metode paling efektif untuk mencegah
penyakit menular.
JENIS -JENIS
IMUNISASI

1. BCG
2. DPT

3. Polio
4. Campak
5. Hepatitis
P E N YA K I T YA N G D A PAT
DICEGAH DENGAN
IMUNISASI

1. Hepatitis B

2. TB

3. Difteri

4. Pertusis

5. Tetanus

6. Polio

7. Campak
IMUNISASI DASAR ANAK

BCG
Imunisasi BCG bertujuan untuk menimbulkan
kekebalan aktif terhadap penyakit tuberculosis
(TBC) pada anak. Vaksin BCG diberikan pada
umur < 2 bulan.
CARA PEMBERIAN
VAKSIN B CG
Cara pemberiannya melalui suntikan. Sebelum
disuntikkan vaksin BCG harus dilarutkan terlebih
dahulu. Dosis 0,55 cc untuk bayi kurang dari 1 tahun
dan 0,1 cc untuk anak dan orang dewasa. Pemberian
imunisasi ini dilakukan secara Intrakutan di daerah
lengan kanan atas. Disuntikkan kedalam lapisan kulit
dengan penyerapan pelan-pelan. Dalam memberikan
suntikan intrakutan, agar dapat dilakukan dengan
tepat, harus menggunakan jarum pendek yang
sangat halus (10mm, ukuran 26) (Proverawati dan
Andhini, 2010).
K O N T R A I N D I KA S I VA K S I N B C G

Imunisasi BCG tidak boleh digunakan pada


orang yang reaksi uji tuberkulin > 5 mm, menderita
infeksi HIV atau dengan risiko tinggi infeksi HIV,
imunokompromais akibat pengobatan kortikosteroid,
obat imuno-supresif, mendapat pengobatan radiasi,
penyakit keganasan yang mengenai sumsum tulang
atau sistem limfe, menderita gizi buruk, menderita
demam tinggi, menderita infeksi kulit yang luas,
pernah sakit tubercolusis, dan kehamilan (Ranuh
et.al, 2011).
EFEK SAMPING
VAKSIN B CG
Efek samping reaksi lokal yang timbul setelah
imunisasi BCG yaitu setelah 1-2 minggu diberikan
imunisasi, akan timbul indurasi dan kemerahan
ditempat suntikan yang berubah menjadi pustula,
kemudian pecah menjadi luka. Luka tidak perlu
pengobatan khusus, karena luka ini akan sembuh
dengan sendirinya secara spontan. Kadang terjadi
pembesaran kelenjar regional diketiak atau leher.
Pembesaran kelenjar ini terasa padat, namun tidak
menimbulkan demam ( Proverawati dan Andhini,
VAKSIN DPT-HB -HIB

Vaksin DPT-HB-Hib berupa suspense homogeny


yang berisikan difteri murni, toxoid tetanus,
bakteri pertusis inaktif, antigen permukaan
hepatitis B (HBsAg) murni yang tidak infeksius
dan komponen Hib sebagai vaksin bakteri sub
unit berupa kapsul polisakarida Haemophillus
influenza tipe b (Hib) tidak infeksius yang
dikonjugasikan kepada protein toksoid tetanus
(Kemenkes, 2013).
KA PA N P E M B E R I A N
VA K S I N D P T- H B - H I B ?

Pemberian imunisasi DPT-HB-Hib diberikan


sebanyak 3 (tiga) kali pada usia 2, 3 dan 4 bulan.
Pada tahap awal hanya diberikan pada bayi yang
belum pernah mendapatkan imunisasi DPT-HB.
Apabila sudah pernah mendapatkan imunisasi DPT-
HB dosis pertama atau kedua, tetap dilanjutkan
dengan pemberian imunisasi DPT-HB sampai dengan
dosis ketiga. Untuk mempertahankan tingkat
kekebalan dibutuhkan imunisasi lanjutan kepada
anak batita sebanyak satu dosis pada usia 18 bulan.
EFEK SAMPING
VAKSIN DPT-HB -HIB
Jenis dan angka kejadian reaksi simpang yang berat
tidak berbeda secara bermakna dengan vaksin DPT,
Hepatitis B dan Hib yang diberikan secara terpisah. Untuk
DPT, beberapa reaksi lokal sementara seperti bengkak,
nyeri dan kemerahan pada lokasi suntikan disertai demam
dapat timbul. Vaksin hepatitis B dan vaksin Hib dapat
ditoleransi dengan baik. Reaksi lokal dapat terjadi dalam 24
jam setelah vaksinasi dimana penerima vaksin dapat
merasakan nyeri pada lokasi penyuntikkan. Reaksi ini
biasanya bersifat ringan dan sementara, pada umumnya
akan sembuh dengan sendirinya dan tidak memerlukan
tindakan medis lebih lanjut.
K O N T R A I N D I K A S I VA K S I N D P T-
HB-HIB

Terdapat beberapa kontraindikasi terhadap


dosis pertama DPT, kejang atau gejala kelainan
otak pada bayi baru lahir atau kelainan saraf
serius lainnya merupakan kontraindikasi
terhadap komponen pertusis. Dalam hal ini
vaksin tidak boleh diberikan sebagai vaksin
kombinasi, tetapi vaksin DT harus diberikan
sebagai pengganti DPT, vaksin Hepatitis B dan
Hib diberikan secara terpisah.
IMUNISASI POLIO
Imunisasi polio merupakan imunisasi yang
bertujuan mencegah penyakit poliomielitis. Imunisasi
dasar polio diberikan 4 kali (polio I, II, III, IV) dengan
interval tidak kurang dari 4 minggu. Imunisasi polio
ulangan diberikan 1 tahun setelah imunisasi polio IV,
kemudian pada saat masuk SD (5-6 tahun) dan pada
saat meninggalkan SD (12 tahun). Vaksin ini diberikan
sebanyak 2 tetes (0,1 ml) langsung kemulut anak.
Setiap membuka vial baru harus menggunakan
penetes (dropper) yang baru (Proverawati dan
KONTRA INDIKASI
VAKSIN POLIO
Pemberian imunisasi polio tidak boleh dilakukan pada orang yang
menderita defisiensi imunitas. Tidak ada efek yang berbahaya yang
ditimbulkan akibat pemberian polio pada anak yang sedang sakit.
Namun, jika ada keraguan, misalnya sedang menderita diare, maka
dosis ulangan dapat diberikan setelah sembuh. (Proverawati dan
Andhini, 2010). Vaksinasi polio tidak dianjurkan diberikan pada
keadaan ketika seseorang sedang demam (>38,5°C), obat penurun
daya tahan tubuh, kanker, penderita HIV, Ibu hamil trimester pertama,
dan alergi pada vaksin polio. Pernah dilaporkan bahwa penyakit
poliomielitis terjadi setelah pemberian vaksin polio. Vaksin polio pada
sebagian kecil orang dapat menimbulkan gejala pusing, diare ringan,
dan nyeri otot (Cahyono, 2010).
VAKSIN CAMPAK

Imunisasi campak ditujukan untuk memberikan


kekebalan aktif terhadap penyakit campak.
pemberian vaksin campak diberikan 1 kali pada
umur 9 bulan secara subkutan walaupun demikian
dapat diberikan secara intramuskuler dengan dosis
sebanyak 0,5 ml. Selanjutnya imunisasi campak
dosis kedua diberikan pada program school based
catch-up campaign, yaitu secara rutin pada anak
sekolah SD kelas 1 dalam program BIAS (Ranuh
E F E K S A M P I N G VA K S I N C A M PA K

Efek samping yang timbul dari imunisasi campak seperti


demam lebih dari 39,5°C yang terjadi pada 5%-15% kasus, demam
mulai dijumpai pada hari ke 5-6 sesudah imunisasi dan berlangsung
selama 5 hari. Ruam dapat dijumpai pada 5% resipian timbul pada
hari ke 7-10 sesudah imunisasi dan berlangsung selama 2-4 hari.
Hal ini sukar dibedakan dengan akibat imunisasi yang terjadi jika
seseorang telah memperoleh imunisasi pada saat inkubasi penyakit
alami. Terjadinya kejang demam, reaksi berat jika ditemukan
gangguan fungsi sistem saraf pusat seperti ensefalitis dan
ensefalopati pasca imunisasi.diperkirakan risiko terjadinya kedua
efek samping tersebut 30 hari sesudah imunisasi sebanyak 1
diantara 1 milyar dosis vaksin (Ranuh et.al, 2011).
K O N T R A I N D I K A S I VA K S I N
C A M PA K

Imunisasi tidak dianjurkan pada ibu hamil, anak


dengan imunodefisiensi primer , pasien TB yang
tidak diobati, pasien kanker atau transplantasi
organ, mereka yang mendapat pengobatan
imunosupresif jangka panjang atau anak
immunocompromised yang terinfeksi HIV. Anak yang
terinfeksi HIV tanpa immunosupresi berat dan tanpa
bukti kekebalan terhadap campak, bisa mendapat
imunisasi campak (Ranuh et.al, 2011).
K I P I ( K E J A D I AN I KU TA N PA D A I M U N I S A S I ) ATA U
RSI (REAKSI SAMPING IMUNISASI)

Adalah semua kejadian sakit dan


kematian yang terjadi dalam kurun 1
bulan setelah imunisasi.
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai