Anda di halaman 1dari 33

Presentasi Kasus

IK Anak

Wahyu Wijayanto
INTERNSIP RSUD MUNTILAN
Identitas Pasien

 Nama : An. DGAK


 Jenis Kelamin : Laki-laki
 Tanggal lahir : 22/05/2017
 Usia : 1 tahun 3 bulan
 Alamat : Tirto, Salam
 Tanggal Masuk RS : 7 Juni 2018
Ayah Ibu
Nama Tn. T Ny. M
Pekerjaan Pegawai Negeri Sipil Ibu Rumah Tangga
Umur 27 th 25 th
Pendidikan D3 SMU
Alamat Salam Salam
Keluhan Utama

Kejang
Riwayat Penyakit Sekarang

Ibu pasien mengatakan anak kejang setelah


demam tinggi pagi ini sekitar pukul 08.00 (1 jam
SMRS). Kejang terjadi selama kurang dari 5
menit, berhenti sendiri. Kemudian anak tertidur,
terbangun dan menangis. Ibu mengatakan ini
adalah kejang pertama kali yang dialami anaknya.
Demam 2HSMRS. Nafsu makan turun, minum
masih mau. BAB tidak ada keluhan. BAK terakhir
tidak tahu karena menggunakan pampers.
Riwayat Penyakit Dahulu

Riwayat keluhan serupa (-)


Riwayat sakit paru (-)
Riwayat asma bronkhial (-)
Riwayat sakit jantung (-)
Riwayat berat badan sulit naik (-)
Riwayat penyakit lain (-)
Riwayat alergi (-)

Kesan:
Tidak terdapat riwayat penyakit dahulu
Riwayat Penyakit Keluarga

Riwayat keluhan serupa pada keluarga (-)


Riwayat asma keluarga (-)
Riwayat hipertensi (-)
Riwayat DM (-)
Riwayat alergi (-)

Kesan:
Tidak terdapat riwayat penyakit keluarga yang berhubungan dengan
kondisi pasien
Ante Natal Care (ANC)

• ANC > 4x di bidan desa dan sudah


melakukan suntik TT.
• Konsumsi obat-obatan di luar resep dokter
disangkal.
• Konsumsi jamu disangkal.
• Riwayat Abortus (-)

Kesan:
ANC baik
Persalinan

Anak lahir dari ibu P1 A0 hamil pada usia


24tahun dengan usia kehamilan 39 minggu
(aterm). Bayi lahir dibantu oleh bidan
secara pervaginam, mekonium (+), anak
lahir langsung menangis, sianosis (-),
ikterik (-), BBL 2700 gram, PB (orangtua
pasien lupa), Riwayat KPD disangkal.

Kesan:
persalinan baik
Post Natal Care (PNC)

• Apgar score tidak diketahui.


• Ikterik disangkal
• Vit K (+)
• Hb0
• Imunisasi lengkap
• Riwayat rawat inap di RS sebelumnya
disangkal
Kesan:
PNC baik
Riwayat Makanan
• -0-4 bulan : pasien diberikan ASI saja tanpa tambahan, sehari >
10x, setiap pemberian ± 30 menit
• -4-6 bulan: pasien diberikan ASI dan bubur susu 3x sehari setiap
pemberian 1 mangkok kecil
• -6-8 bulan : pasien diberikan ASI dan susu formula 3x sehari
ditambah bubur susu
• -8-12 bulan : pasien diberikan ASI, susu formula, dan bubur susu
sama seperti saat usia 6-8 bulan ditambah pisang lumat, pepaya
lumat dan alpukat
Kesan:
ASI tidak eksklusif, kualitas dan kuantitas makan baik
Perkembangan Anak

Motorik Kasar Motorik Halus Bicara Sosial


Bisa tengkurap Memegang benda Bicara dua kata Interaksi sosial
kembali ke posisi dengan benar usia usia 8 bulan usia 9 bulan
terlentang secara 7 bulan
mandiri usia 5
bulan

Kesan:
Pererkembangan sesuai usia
STATUS IMUNISASI

Jenis imunisasi Waktu pemberian Waktu pemberian


standar
BCG 2 bulan 0 – 2 bulan
Hep B 0 hari 0 bulan (<12 jam), 1 bulan
DPT dan HiB 2,3,4 bulan 2,3,4 bulan
Polio 0,2,3,4 bulan 0,2,3,4 bulan
Campak 9 bulan 9 bulan

Kesan:
Imunisasi lengkap sesuai program Departemen Kesehatan
Sosial Ekonomi dan Lingkungan

• Anak tinggal dengan ayah dan ibu di rumah dengan atap


genteng, lantai keramik, dinding tembok, ventilasi baik,
memasak dengan kompor gas, sumber air dari sumur.
• Ayah tidak merokok
• Ayah bekerja sebagai Guru SD dengan gaji
±3.000.000/bulan.

Kesan :
Sosial ekonomi menengah,
kebiasaan kemungkinan tidak menjadi faktor resiko penyakit sekarang
Anamnesis Sistem

• Termoregulasi : demam (+)


• Sistem serebrospinal : kejang (+), penurunan kesadaran (-)
 Sistem kardiovaskular : kebiruan pada mulut dan bibir (-)
 Sistem respiratorius: faring hiperemis (+), batuk (-), pilek (-)
 Sistem gastrointestinal : BAB cair
 Sistem urogenital : BAK keruh (-), nyeri(-)
 Sistem muskuloskeletal: Nyeri 0tot (-)
 Sistem integumentum : Ruam (-), Kekuningan (-), kebiruan
(-), pucat (-), turgor turun (-)
 Sistem anogenital: Anus kemerahan (-)
PEMERIKSAAN FISIK

• Kesan Umum = CM, mengantuk


• Vital Sign
– TD = 100/70
– S = 39C
– N = 123x/menit
– R = 25x/menit

Kesan :
Kesan umum mengantuk,
febris
PEMERIKSAAN FISIK

Kulit : petechie (-), sianosis (-)


Leher : penggunaan otot bantuan napas (-),
retraksi supraclavicula (-), lnn tidak
teraba, tanda meningeal tidak ditemukan
Otot : eutrofi
Tulang : tidak ditemukan deformitas
Sendi : tidak ada tanda dislokasi

Kesan :
normal
PEMERIKSAAN FISIK

Dada

Simetris, tidak ada ketinggalan gerak, menggunakan otot bantu


napas (-), terdapat retraksi subcostal (-)

Jantung

Inspeksi : ictus cordis tidak tampak


Palpasi : ictus cordis teraba di SIC IV LMCS
Perkusi
Batas kanan atas : sulit dinilai
Batas kanan bawah : sulit dinilai
Batas kiri atas : sulit dinilai
Batas kiri bawah : sulit dinilai
Auskultasi : S1 S2 reguler, tidak ada bising
Kesan :
normal
PEMERIKSAAN FISIK
Paru-paru

Kanan Kiri
Simetris, tidak ada ketinggalan Inspeksi Simetris, tidak ada ketinggalan
gerak, retraksi subcostal (-), gerak, retraksi subcostal (-),
penggunaan otot bantu napas (-) penggunaan otot bantu napas (-)

Fremitus simetris Palpasi Fremitus simetris

Sonor Perkusi Sonor


Suara dasar vesikular, ronchi (-) Auskultasi Suara dasar vesikular , ronchi (-)
wheezing (-) wheezing (-)

Kesan :
normal
PEMERIKSAAN FISIK

Abdomen

Inspeksi : cembung
Auskultasi : Peristaltik (+) normal
Perkusi : timpani, tidak didapati tanda ascites
Palpasi : supel, turgor kulit kembali cepat, tidak nyeri
tekan
Hati : Tidak teraba
Limpa : Tidak teraba

Kesan :
Tanda dehidrasi (-) Tidak terdapat organomegali
PEMERIKSAAN FISIK
Extremitas

Akral hangat, nadi cukup kuat


Tungkai kanan Tungkai kiri Lengan Lengan kiri
kanan
Gerakan bebas bebas bebas bebas
Tonus Cukup Cukup Cukup Cukup
Trofi Eutrofi Eutrofi Eutrofi Eutrofi
Clonus (-) (-)
Refleks fisilogis (+) (+) (+) (+)
Refleks patologis (-) (-) (-) (-)
Meningeal sign (-)
sensibilitas (+) (+) (+) (+)

Kesan :
dalam batas normal
PEMERIKSAAN FISIK

Kepala
Bentuk : normosefal
Mata : konjungtiva palpebra pucat -/-, sklera ikterik -/-,
mata cowong (-), air mata (+/+)
Hidung : tidak ada discharge, tidak mimisan, nafas cuping
hidung (-)
Telinga : tidak ada kelainan, perdarahan (-)
Mulut : tidak nampak kebiruan, perdarahan gusi (-)
Pharynx : hiperemis (+)
Gigi : tidak ada karies

Kesan :
Faringitis
Daftar Masalah

Masalah Aktif:
Post Kejang

Masalah Inaktif:
DIAGNOSIS KLINIS

Kejang Demam Sederhana e.c.


Faringitis Akut
Pemeriksaan Laboratorium
HASIL SATUAN NILAI NORMAL
(20/05/2018)
HEMATOLOGI
Hemoglobin 13.1 g/dl 11.5-13.5
Hematokrit 48.3 % 34-40
Eritrosit 4.8 106 /L 3.9-5.9
Leukosit 12.09 103 /L 5.5-15.5
Trombosit 524 103/L 150-450
MCH 28 Fl 26-34
MCV 82 Pg 80-100
MCHC 34 g/dL 32-36
RDW 15.3 % 11,5 - 14,5
MPV 6.03 fL 7,2 - 11,1
DIFF COUNT
Netrofil 89.5 % 50-70
Limfosit 3.8 % 25-40
Monosit 6.3 % 2-8
Eosinofil 0.1 % 2-4
Basofil 0.5 % 0-1
KIMIA KLINIK
Gol darah O
Natrium 140.5 mmol/L 135 - 148
Kalium 3,87 mmol/L 3,5 - 5,3
Chlorida 111,9 mmol/L 98 - 106
Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai Normal Keterangan

Hemoglobin 12 g/dl 10,1 – 15,5 N

Hematokrit 35,3 % 36 – 44 N

Eritrosit 4,8 juta/Ul 3 – 5,4 N

MCH 28 Pg 23 – 31 N

MCV 82 Fl 77-101 N

MCHC 34 g/dL 29,0– 36,0 N

Leukosit 17 ribu/mmk 6 – 17.5 N

Trombosit 290 ribu/mmk 150 – 400 N


PENATALAKSANAAN

TERAPI IGD
02 NK 1 lpm
Infus D5 1/4 NS --> 10tpm makro
Infus Paracetamol 100mg/6jam

Konsul Residen Anak, dr. Galuh, advice :


Paracetamol 5cc tiap 4-6jam bila suhu >37.5C
Diazepam 0.3mg/kg BB/8jam=3mg/8jam PO (48jam)
• Cek UR dan GDS
DAFTAR PUSTAKA
KEJANG DEMAM
DEFINISI
Kejang demam ialah bangkitan kejang yang terjadi pada
kenaikan suhu tubuh (suhu rektal di atas 38C) yang
disebabkan oleh suatu proses ekstrakranium.

• Kejang demam terjadi pada 2-4% anak berumur 6 bulan


– 5 tahun.
• Anak yang pernah mengalami kejang tanpa demam,
kemudian kejang demam kembali tidak termasuk dalam
kejang demam
• Kejang disertai demam pada bayi berumur kurang dari 1
bulan tidak termasuk dalam kejang demam.
• Bila anak berumur kurang dari 6 bulan atau lebih dari 5
tahun mengalami kejang didahului demam, pikirkan
kemungkinan lain misalnya infeksi SSP, atau epilepsi
yang kebetulan terjadi bersama demam.
KLASIFIKASI
Penatalaksanaan saat kejang
• Apabila datang dalam keadaan kejang obat yang paling cepat untuk
menghentikan kejang adalah diazepam yang diberikan secara intravena.
Dosis diazepam intravena adalah 0,3-0,5 mg/kg perlahan-lahan dengan
kecepatan 1-2 mg/menit atau dalam waktu 3-5 menit, dengan dosis
maksimal 20 mg.
• Obat yang praktis dan dapat diberikan oleh orang tua atau di rumah adalah
diazepam rektal (level II-2, level II-3, rekomendasi B). Dosis diazepam rektal
adalah 0,5-0,75 mg/kg atau diazepam rektal 5 mg untuk anak dengan berat
badan kurang dari 10 kg dan 10 mg untuk berat badan lebih dari 10 kg. Atau
diazepam rektal dengan dosis 5 mg untuk anak dibawah usia 3 tahun atau
dosis 7,5 mg untuk anak di atas usia 3 tahun (lihat bagan penatalaksanaan
kejang demam).
• Bila setelah pemberian diazepam rektal kejang belum berhenti, dapat
diulang lagi dengan cara dan dosis yang sama dengan interval waktu 5
menit.
Penatalaksanaan saat kejang
• Bila setelah 2 kali pemberian diazepam rektal masih
tetap kejang, dianjurkan ke rumah sakit. Di rumah sakit
dapat diberi- kan diazepam intravena dengan dosis 0,3-
0,5 mg/kg.
• Bila kejang tetap belum berhenti diberikan fenitoin
secara intravena dengan dosis awal 10-20 mg/kg/kali
dengan kecepatan 1 mg/kg/menit atau kurang dari 50
mg/menit. Bila kejang berhenti dosis selanjutnya adalah
4-8 mg/kg/hari, dimulai 12 jam setelah dosis awal.
• Bila dengan fenitoin kejang belum berhenti maka pasien
harus dirawat di ruang rawat intensif.
• Bila kejang telah berhenti, pemberian obat selanjutnya
tergantung dari jenis kejang demam apakah kejang
demam sederhana atau kompleks dan faktor risikonya.
Pemberian obat pada saat demam
Antipiretik
• Tidak ditemukan bukti bahwa penggunaan antipiretik
mengurangi risiko terjadinya kejang demam, namun para
ahli di Indonesia sepakat bahwa antipiretik tetap dapat
diberikan. Dosis parasetamol yang digunakan adalah 10
–15 mg/kg/kali diberikan 4 kali sehari dan tidak lebih dari
5 kali. Dosis Ibuprofen 5-10 mg/ kg/kali ,3-4 kali sehari
Antikonvulsan
• Pemakaian diazepam oral dosis 0,3 mg/kg setiap 8 jam
pada saat demam menurunkan risiko berulangnya
kejang pada 30%- 60% kasus, begitu pula dengan
diazepam rektal dosis 0,5 mg/ kg setiap 8 jam pada suhu
> 38,5C.
• Fenobarbital, karbamazepin, dan fenitoin pada saat
demam tidak berguna untuk mencegah kejang demam.
ALHAMDULILLAH
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai