Anda di halaman 1dari 27

PEMENUHAN KEBUTUHAN

ELIMINASI FEKAL
PROSES DEFEKASI
Defekasi dimulai oleh dua refleks defekasi yaitu
a. Refleks Defekasi Instrinsik.
Ketika feses masuk kedalam rektum → pleksus
mesentrikus → gelombang peristaltik : kolon
desenden, kolon sigmoid, dan didalam rektum.

Menekan feses kearah anus → gelombang peristaltik
mendekati anus → spingter anal interna tidak
menutup dan bila spingter eksternal tenang → maka
feses keluar.
b. Refleks Defekasi Parasimpatis.

Serat saraf dalam rektum dirangsang → signal


diteruskan ke spinal cord (sakral 2 – 4) →
kemudian kembali ke kolon desenden, kolon
sigmoid dan rektum.

Sinyal parasimpatis → meningkatkan
gelombang peristaltik → spingter anus internal
rilex dan meningkatkan refleks defekasi
instrinsik → spingter anus eksternal tenang →
defekasi
Pengeluaran feses
dibantu oleh kontraksi
otot-otot perut dan
diaphragma yang akan
meningkatkan tekanan
abdominal dan oleh
kontraksi muskulus
levator ani pada dasar
panggul yang
menggerakkan feses
melalui saluran anus.
Defekasi normal
dipermudah dengan
refleksi paha yang
meningkatkan tekanan
di dalam perut dan
posisi duduk yang
meningkatkan tekanan
kebawah kearah
rektum.
FAKTOR-FAKTOR YANG
MEMPENGARUHI ELIMINASI
• Usia • Posisi selama
• Diet defekasi
• Asupan cairan • Nyeri
• Aktivitas fisik • Kehamilan
• Psikologis • Pembedahan dan
• Kebiasaan pribadi anestesi
• Obat-obatan
• Pemeriksaan
diagnostik

Page 6
USIA
• Pada manula, otot-otot dan tonus
spinkter semakin melemah turut
berperan sebagai penyebab
punurunan kemampuan defekasi.

Page 7
DIET
• Makanan lunak dan rendah serat yang
berkurang pada feses menghasilkan
produks ampas sisa yang tidak cukup
untuk merangsang refleks pada proses
defekasi.
• Makan rendah serat seperti; beras, telur
dan daging segar bergerak lebih lambat di
saluran cerna. Meningkatnya asupan
cairan dengan makanan seperti itu
meningkatkan pergerakan makanan
tersebut.
Page 8
Aktivitas Fisik
• Pada klien dengan masa rawat inap yang
lama, otot secara umum akan melemah,
termasuk otot abdomen, diafragma, dasar
pelvik, yang digunakan pada proses defekasi.
• Kurangnya latihan secara tidak langsung
dihubungkan dengan berkurangnya nafsu
makan dan kemungkinan kurangnya jumlah
serat yang penting untuk merangsang refleks
pada proses defekasi.

Page 9
Psikologis

Emosi yang kuat diperkirakan menyebabkan


konstipasi dengan menghambat gerak
peristaltik usus melalui kerja dari epinefrin
dan sistem syaraf simpatis.
Stres juga dapat menyebabkan usus spastik
(spastik/konstipasi hipertonik atau iritasi
colon ). Page 10
Kebiasaan Pribadi

• Tempat : Rumah, WC Umum, dll

• Waktu : Pagi, siang, malam.

• Bentuk closed

Page 11
Nyeri

Pengalihan fokus >> nyeri



Menggangu proses
defekasi
Page 12
Kehamilan

• Terjadi pressure /
penekanan pada
organ2 GI Track.

Page 13
Pembedahan dan
Anestesi
• Regangan ketika BAB dapat
menyebabkan stres pada abdomen
atau luka pada perineum (post
operasi); Ruptur dapat terjadi jika
tekanan saat defekasi cukup besar.
Anestesi merilekskan
semua organ di GIT

Uncontrolled bowel
movement Page 14
Obat - Obatan

• Banyak obat-obatan dengan


efek samping berupa
konstipasi. Beberapa di
antaranya seperti ; morfin,
codein, sama halnya dengan
obat-obatan adrenergik dan
antikolinergik, melambatkan
pergerakan kolon melalui
kerja mereka pada sistem
syaraf pusat Page 15
Pemeriksaan Diagnostik
• Pemeriksaan
radiologi seperti
colonoscopy,
endoscopy, dll.

Page 16
MASALAH DEFEKASI YANG
UMUM
1. Konstipasi
2. Impaksi
3. Diare
4. Inkonstinensia
5. Flatulen
6. Hemoroid
1. Konstipasi
Konstipasi merupakan gejala, bukan
penyakit yaitu menurunnya frekuensi BAB
disertai dengan pengeluaran feses yang sulit,
keras, dan mengejan.
Cont . . .
BAB yang keras dapat
menyebabkan nyeri
rektum. Kondisi ini terjadi
karena feses berada di
intestinal lebih lama,
sehingga banyak air
diserap.
Impaction
Impaction merupakan
akibat konstipasi yang
tidak teratur, sehingga
tumpukan feses yang
keras di rektum tidak
bisa dikeluarkan.
Impaction berat,
tumpukan feses sampai
pada kolon sigmoid.
Diare
Diare merupakan BAB sering dengan cairan
dan feses yang tidak berbentuk. Isi
intestinal melewati usus halus dan kolon
sangat cepat.
Iritasi di dalam kolon merupakan faktor
tambahan yang menyebabkan
meningkatkan sekresi mukosa. Akibatnya
feses menjadi encer sehingga pasien tidak
dapat mengontrol dan menahan BAB.
d. Inkontinensia Fecal
Yaitu suatu keadaan tidak mampu
mengontrol BAB dan udara dari anus, BAB
encer dan jumlahnya banyak. Umumnya
disertai dengan gangguan fungsi spingter
anal, penyakit neuromuskuler, trauma
spinal cord dan tumor spingter anal
eksternal.
Flatulens 
Yaitu menumpuknya gas
pada lumen intestinal,
dinding usus meregang
dan distended, merasa
penuh, nyeri dan kram.
Biasanya gas keluar
melalui mulut (sendawa)
atau anus (flatus).
Hal-hal yang
menyebabkan
peningkatan gas di usus
adalah pemecahan
makanan oleh bakteri
yang menghasilkan gas
metan, pembusukan di
usus yang menghasilkan
CO2.
Haemoroid
Yaitu dilatasi pembengkakan
vena pada dinding rektum
(bisa internal atau
eksternal). Hal ini terjadi pada
defekasi yang keras,
kehamilan, gagal jantung dan
penyakit hati menahun.
Perdarahan dapat terjadi
dengan mudah jika dinding
pembuluh darah teregang
Jika terjadi inflamasi dan
pengerasan, maka pasien
merasa panas dan gatal.
Kadang-kadang BAB dilupakan
oleh pasien, karena saat BAB
menimbulkan nyeri. Akibatnya
pasien mengalami konstipasi.
KEEP LEARNING

Anda mungkin juga menyukai