Anda di halaman 1dari 47

FILSAFAT ILMU

DR. M. HUSNI SYAM, SH.,LL.M


TERMINOLOGIS FILSAFAT

 Secara terminologis pengertian filsafat adalah usaha manusia


melalui akal pikir dan pengalamannya, yang secara kritis,
mendasar, integral dan radikal untuk mencari dan menemukan
kenyataan atau kebenaran dari segala sesuatu yang dijadikan
obyek.
 Gredt mengartikan filsafat sebagai ilmu pengetahuan yang
timbul dari prinsip yang diketahui dengan kekuatan budi dengan
mencari sebab-sebab yang terdalam. Berfilsafat berarti berusaha
berpikir mendasar dan mendalam, radikal, dengan mencari akar
yang terdalam. Untuk itulah, maka dalam berfilsafat, manusia
menempuh proses deskripsi, komunikasi, analisa, sintesa,
abstraksi dan evaluasi
Pengertian Filsafat Menurut
Para Filsuf (1)
 Plato (427sm – 347sm) mengatakan bahwa filsafat adalah
pengetahuan tentang segala yang ada (ilmu pengetahuan yang
berminat mencapai kebenaran yang asli).
 Aristoteles (384 sm – 322sm) mengatakan : filsafat adalah ilmu
pengetahuan yang meliputi kebenaran, yang di dalamnya terkandung
ilmu-ilmu metafisika, logika, retorika, etika, ekonomi, politik, dan
estetika (filsafat menyelidiki sebab dan asas segala benda).
 Cicero (106 sm – 43sm) politikus dan ahli pidato romawi, merumuskan:
filsafat adalah pengetahuan tentang sesuatu yang mahaagung dan
usaha-usaha untuk mencapainya.
 Al-Farabi (meninggal 950m), filsuf muslim terbesar sebelum Ibnu Sina,
mengatakan: filsafat adalah ilmu pengetahuan tentang alam maujud
dan bertujuan menyelidiki hakikat yang sebenarnya.
Pengertian Filsafat Menurut
Para Filsuf (2)
 Fuad Hasan, filsafat adalah suatu ikhtiar untuk berpikir radikal,
artinya mulai dari radiksnya suatu gejala, dari akarnya suatu hal
yang hendak dimasalahkan. Dan dengan jalan penjajakan yang
radikal itu filsafat berusaha untuk sampai kepada kesimpulan-
kesimpulan yang universal.
 Hasbullah Bakry merumuskan: ilmu filsafat adalah ilmu yang
menyelidiki segala sesuatu dengan mendalam mengenai
ketuhanan, alam semesta dan manusia, sehingga dapat
menghasilkan pengetahuan tentang bagaimana hakikatnya
sejauh yang dapat dicapai oleh akal manusia, dan bagaimana
sikap manusia itu seharusnya setelah mencapai pengetahuan itu.
CIRI-CIRI BERFIKIR FILSAFATI
(1)
1. Kritis, artinya arah pemikiran selalu mempertanyakan tentang
segala sesuatu permasalahan atau apa saja yang dihadapi, baik oleh
dirinya sendiri, orang lain atau manusia secara umum.
2. Terdalam, artinya berusaha berfikir sampai pada inti yang terdalam
(substansi) dari objek filsafat, sehingga hasilnya bersifat universal.
Pemikiran tersebut bukan hanya sampai pada fakta yang khusus dan
sifatnya empiris belaka.
3. Konseptual, artinya berfikir sampai pada penemuan-penemuan
pengertian yang bersifat konseptual, dan tidak hanya terbatas
sampai pada penyusunan persepsi belaka.
4. Koheren (runtut), artinya segala konsep yang telah diperoleh
melalui proses berfikir filsafati tersebut disusun secara runtut,
sehingga antarkonsep terdapat hubungan dan luput dari kontradiksi.
CIRI-CIRI BERFIKIR FILSAFATI
(2)
5. Rasional, artinya pemikiran konseptual dan koheren tersebut harus bersifat
rasional artinya selaras dengan hukum-hukum logika.
6. Menyeluruh (komprehensif), artinya dalam pola pemikirannya tidak ada satu
pun pembahasan yang ada di luar jangkauan, misalnya apabila filsuf menelaah
tentang kodrat manusia maka yang ditelaah adalah manusia secara keseluruhan
(utuh) yang terdiri dari fisik dan psikisnya yang bersifat unik dan bagi seluruh umat
manusia tanpa dibatasi oleh unsur pembeda.
7. Universal, artinya hasil pemikiran filsuf harus sampai pada kesimpulan yang
bersifat universal (umum) bagi seluruh umat manusia, karena itu filsafat sering pula
disebut Weltanschaung (pandangan dunia).
8. Spekulatif, yaitu melakukan rekaan dengan jalan memunculkan prediksi-prediksi
yang logis tetapi dapat melampaui batas-batas fakta.
9. Sistematis, artinya hasil-hasil pemikiran tersebut membentuk suatu sistem.
10.Bebas, artinya bebas mencapai dan sampai pada hakikat yang terdalam dan
universal.
Objek Formal dan Material
Filsafat
 Objek Material
Objek material filsafat adalah objek pembahasan filsafat yang
terdiri atas segala sesuatu, baik bersifat material konkret
maupun abstrak. Contoh objek yang bersifat material-konkret
adalah manusia, hewan, benda-benda padat; sedangkan
contoh objek yang bersifat abstrak adalah nilai, moral, norma,
ideologi. Jadi objek material filsafat adalah seluruh realitas.
 Objek Formal
Objek formal filsafat adalah cara pandang seorang filsuf
terhadap objek material filsafat. Karena adanya objek formal
tersebut muncul berbagai macam cabang filsafat. Munculnya
cabang-cabang filsafat adalah wajar karena satu objek material
filsafat dapat dikaji dari berbagai sudut pandang, misalnya
manusia (sebagai objek material) dapat dikaji dari perilaku,
Alasan Perlunya mempelajari
Epistimologi
1. Alasan Strategis : Memandang pengetahuan
sebagai kekuatan (knowledge is power).
2. Alasan Kultural : Memandang pengetahuan
sebagai bagian dari kebudayaan yang mampu
membudayakan manusia.
3. Alasan Edukatif: Memandang pengetahuan sbg
bagian dari proses pendidikan
 Dengan kata lain pengetahuan manusia tentang
suatu objek tidak pernah total, selalu ada yang
tak terungkapkan
Ilmu Pengetahuan

Pengetahuan : Persepsi subyek (manusia) atas obyek (riil


dan gaib) atau fakta.

Ilmu Pengetahuan : Kumpulan pengetahuan yang benar


disusun dengan sistem dan metode untuk mencapai tujuan
yang berlaku universal dan dapat diuji/diverifikasi
kebenarannya
Ilmu Pengetahuan :
bukan satu, melainkan banyak (plural)
bersifat terbuka (dapat dikritik)
berkaitan dalam memecahkan masalah
 Jadi,Filsafat Ilmu Pengetahuan mempelajari esensi atau
hakikat ilmu pengetahuan tertentu secara rasional

Filsafat Ilmu Pengetahuan :


Cabang filsafat yang mempelajari teori pembagian ilmu,
metode yang digunakan dalam ilmu, tentang dasar kepastian
dan jenis keterangan yang berkaitan dengan kebenaran ilmu
tertentu.

 Filsafat Ilmu Pengetahuan disebut juga Kritik Ilmu, karena


historis kelahirannya disebabkan oleh rasionalisasi dan
otonomisasi dalam mengeritik dogma-dogma dan tahayul
Jadi, Filsafat Ilmu Pengetahuan mempelajari
esensi atau hakikat ilmu pengetahuan tertentu
secara rasional

Filsafat Ilmu Pengetahuan :


Cabang filsafat yang mempelajari teori
pembagian ilmu, metode yang digunakan
dalam ilmu, tentang dasar kepastian dan
jenis kete-rangan yang berkaitan dengan
kebenaran ilmu tertentu.
Filsafat Ilmu Pengetahuan disebut juga Kritik Ilmu,
karena historis kelahirannya disebabkan oleh rasiona-
lisasi dan otonomisasi dalam mengeritik dogma-dogma
dan tahayul
Ps1c.blogspot.com
 Filsafat
ilmu adalah bagian dari filsafat
pengetahuan atau sering juga disebut
epistimologi. Epistimologi berasal dari bahasa
Yunani yakni episcmc yang berarti knowledge,
pengetahuan dan logos yang berarti teori.
 Filsafat ilmu merupakan telaahan secara filsafat yang
ingin menjawab beberapa pertanyaan mengenai
hakikat ilmu seperti:
 obyek apa yang ditelaah ilmu?
Bagaimana ujud yang hakiki dari obyek
tersebut? Bagaimana hubungan antara
obyek tadi dengan daya tangkap manusia
(seperti berpikir, merasa dan
mengindera) yang membuahkan
pengetahuan.
 Bagaimana proses yang memungkinkan ditimbanya
pengetahuan yang berupa ilmu? Bagaimana prosedurnya? Hal-
hal apa yang harus diperhatikan agar kita mendapatkan
pengetahuan yang benar? Apa yang disebut kebenaran itu
sendiri? Apakah kriterianya? Cara/teknik/sarana apa yang
membantu kita dalam mendapatkan pengetahuan yang berupa
ilmu?
 Untuk apa pengetahuan yang berupa ilmu itu dipergunakan?
Bagaimana kaitan antara cara penggunaan tersebut dengan
kaidah-kaidah moral? Bagaimana penentuanobyek yang
ditelaah berdasarkan pilihan-pilihan moral? Bagaimana kaitan
antara teknik prosedural yang merupakan operasionalisasi
metode ilmiah dengan norma-norma moral/profesional?
 Apa yang dikaji oleh pengetahuan itu ?
Kita sebut Ontologi.

 Apa yang ingin diketahui ilmu?


 “Obyek penelahaan ilmu mencakup seluruh
aspek kehidupan yang dapat diuji oleh
pancaindera manusia”
 Bagaimana cara mendapatkan pengetahuan?
Kita sebut epistemology
 Untuk mendapatkan pengetahuan ini ilmu
membuat beberapa andaian (asumsi) mengenai
obyek-obyek empirik. Asumsi ini perlu, sebab
pernyataan asumsif inilah yang memberi arah
dan landasan bagi kegiatan penelahaan. Sebuah
pengetahuan baru dianggap benar selama kita
bisa menerima yang dikemukakannya.
 Epistemologiatau teori pengetahuan,
membahas secara mendalam segenap
proses yang terlihat dalam usaha kita
untuk memperoleh pengetahuan. Ilmu
merupakan pengetahuan yang didapat
melalui proses tertentu yang dinamakan
metode keilmuan. Metode inilah yang
membedakan ilmu dengan buah
pemikiran yang lainnya
FILSAFAT ILMU
1. Obyek material : universal 1. Obyek material : khusus dan
2. Obyek formal : empiris Fragmantis, spesifik,
nonfragmantis, intensif, teknik.
luas, mendalam dan 2. Riset melalui trial and error.
mendasar 3. Diskursif, logis, tidak tahu
3. Menonjolkan daya menjadi tahu
spekulasi, 4. Penyebab tdak terlalu
kritis dan pengawasan mendalam lebih dekat yang
4. Pertanyaan lebih jauh dan sekunder (secondary cause)
mendalam berdasarkan
realitas
5. Penjelasan terakhir,
mutlak,
mendalam (primary causa)
Pengertian dan Ruang Lingkup Filsafat
Ilmu
 Filsafat ilmu adalah refleksi filsafati yang tidak pernah mengenal titik henti
dalam menjelajahi keilmuan untuk mencapai kebenaran atau kenyataan yang
tidak pernah habis dipikirkan dan tidak akan pernah selesai diterangkan
(Siswomiharjo, tt).
 Filsafat ilmu merupakan cabang dari filsafat pengetahuan atau epistimologi
(Suriasumantri, 1998). Filsafat pengetahuan (epistimologi) yang disebut pula
dengan The Theory of Knowledge lahir pada abad ke 18. Cabang ini membahas
sumber-sumber pengetahuan, sarana-sarana pendukung dalam mendapatkan
pengetahuan, kebenaran pengetahuan serta nilai-nilai pengetahuan ilmiah.
 Sumber di mana manusia mendapatkan pengetahuan adalah pancaindra,
penalaran, otoritas, intuisi, wahyu dan keyakinan. Kebenaran pengetahuan
meliputi kebenaran koherensi, kebenaran korespondensi dan kebenaran
pragmatis. Sarana pendukung di dalam mendapatkan pengetahuan yaitu logika,
matematika, statistika, bahasa dan metodologi penelitian (Siswomihardjo,
1989).
pengantar
 Film adalah telaah kefilsafatan yang ingin menjawab pertanyaan mengenai
hakikat ilmu, baik ditinjau dari sisi ontologis, epistimologis maupun aksiologis
yang dilakukan melalui proses dialektika mendalam yg sistematis dan bersifat
spekulatif.
 Filsafat pengetahuan membicarakan bagaimana cara memperoleh pengetahuan
dari pengalaman (dlm konteks perbedaan ilmu dg filsafat)
 Filsafat ilmu bagian dari epistimologi yg secara spesifik mengkaji hakikat ilmu
 Film dpt dipahami dalam 2 arti:
a. Film sbg suatu disiplin ilmu, Film mrupakan cabang dr ilmu filsafat yg membicarakan
obyek khusus, yaitu ILPENG yg memiliki sifat dan karakteristik tertentu, hamper sama
dg filsafat pd umumnya;
b. Film sbg landasan filosofis bagi proses keilmuan merupakan kerangka dasar dari
proses keilmuan itu sendiri
Objek Material dan Objek Formal

 Objek Materil FI: pengetahuan ilmiah, pengetahuan yang sudah


disusun secara sistematis dengan metode ilmiah tertentu,
sehingga dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya secara
umum
 Objek Formil FI : yaitu sudut pandang darimana sang subjek
menelaah objek materialnya.
Tujuan FI
Bertujuan menjawab pertanyaan
 Apa tujuan dari ilmu dan apa itu metode, apakah ilmu dan bgmn
membedakannya dg yg bukan ilmu dan apa pula pseudoscience?
 Bgmn teori ilmiah dan hubungannya dg dunia secara luas/,, bgmn konsep
teoritis lebih bermakna n bermanfaat kemudian dpt dihubungkan ndg
penelitian n observasi ilmiah?
 Apa saja yg membangun struktur teori dan konsep seperti caution (sebab
akibat dan ilat/sbab hk), eksplanasi, konfirmasi, teori, eksperimen, model,
reduksi n sejumlah probabilitasnya?
 Apa saja pengaturan dlm pengembangan ilmu?, fungsi eksperimen?, apakah
ada kegunaan dan memiliki nilai dlm kebijakan dan bgmn semua itu
dihubungkan dg kehidupan social, budaya dan factor gender

Fungsi FI

 Memberikan landasan filosofis dlm memahami berbagai konsep


dan teori suatu disiplin ilmu dan membekali kemampuan untuk
membangun teori ilmiah
Implikasi Mempelajari FI

 Sebagai pijakan dasar dalam mendalami ilmu pengetahuan


 Sebagai penyadaran konseptual seorang ilmuwan tidak terjebak
dalam pola pikir menara gading yakni hanya berpikir murni dlm
bidangnya tanpa mengikatkan dengan ralitas diluar dirinya.
Padahal aktifitas keilmuan nyaris tidak dapat dilepaskan dari
konteks kehidupan social kemasyaraakatan.
Tahapan Aspek Ontologi, Epistimologi dan
Aksiologi
Tahapan Aspek
Ontologi 1. Objek apa yang ditelaah ilmu:?
(Hakikat Ilmu) 2. Bagaimana wujud hakiki dari objek tersebut?
3. Bagaimana hubungan objek tadi dan daya tangkap manusia (spt berfikir,
mengindra, merasa) yang membuahkan pengetahuan?
4. Bgmn proses yg memungkinkan digalinya pengetahuan yg berupa ilmu
5. Bgmn prosedurnya
Epistimologi 1. Bgmn proses yg memungkinkan digalinya pengetahuan yg berupa ilmu
(Cara 2. Bgmn Prosedurnya
mendapatkan Hal2 apa yg hrs diperhatikan agar kt mendapatkan pengetahuan yg benar
ilmu 3. Apa yg dimaksud dg kebenaran itu sendiri?
pengetahuan) 4. Apa Kriterianya?
5. Sarana/cara/.teknik apa yg membantu kita dlm mendptkan pengetahuan yg
berupa ilmu

Aksiologi 1. Utk apa pengetahuan tsb digunakan


(Guna Ilpeng) 2. Bgmn kaitan antara cara pengetahuan tsb dan kaidah moral
3. Bgmn penentuan objek yg ditelaah berdasarkan pilihan2 moral.
4. Bgmn kaitan antara teknik procedural yg merupakan operasionalisasi metode
ilmiah dan norma2 moral/professional.
Teori kebenaran korespondensi

 Aristoteles > mengatakan yg ada sbg tidak ada atau tidak ada
sebagai ada adalah salah.
 Kesesuaian antara yg diketahui dg kenyataann yg sebenarnya
 Kesesuaian antar subjek dengan objek
 Teori yang menekankan pentingnya objektifitas atau pengalaman
empiris sbg sumber pengetahuan manusia
Teori Kebenaran Koherensi

 Biasa digunakan penganut rasionalis dan penganut positivisme


logis
 Suatu pernyataan benar bila pernyataan itu koheren atau
konsisten dengan pernyataan sebelumnya yg juga dianggap
benar
 Semua hakim adalah SH
 Plato hakim
 Plato pasti seorang SH
Teori Kebenaran Pragmatis

 Kebenaran adalah kegunaan atau manfaat


 Kebenaran adalah apa yg membawa hasil
 Kebenaran ditentukan oleh kegunaan dari suatu ide, konsep atau
pengetahuan, kalau berguna benar kalau tidak beguna = salah
 Kalau satu ide make sense namun blm dicoba dan blm
membuahkan hasil bisa saja disebut tidak benar.
Teori Kebenaran Performatif

 Pernyataan dianggap benar kalau pernyataan membentuk


realitas atau ... Bila apa yang dinyatakan sungguh terjadi ketika
pernyataan itu dilakukan
 Misal... Dengn ini saya melantik saudara menjadi gubernur....
Kmd dian menjadi gubernur
Metode Ilmiah

 Metode berasal dari bahasa Yunani „Methodos‟ yang berarti jalan. Sedangkan
dalam bahasa latin „methodus‟ berarti cara.
 Metode menurut istilah adalah suatu proses atau atau prosedur yang
sistematik berdasarkan prinsip-prinsip dan teknik-teknik ilmiah yang dipakai
oleh suatu disiplin (bidang studi) untuk mencapai suatu tujuan. Jadi, ia dapat
dikatakan sebagai cara kerja ilmiah.
 Metodologi bersangkutan dengan jenis, sifat dan bentuk umum mengenai
cara-cara, aturan-aturan dan patokan-patokan prosedur. Jalannya pendidikan,
yang menggambarkan bagaimana ilmu pengetahuan harus bekerja.
 Sedangkan metode bersangkutan dengan cara kerja dan langkah-langkah
khusus penyelidikan secara sistematik menurut metodologi itu, agar tercapai
suatu tujuan, yaitu kebenaran ilmiah.
 Jika dibandingkan antara metode dan metodologi, maka metodologi lebih
bersifat umum dan metode lebih bersifat khusus
METODE ILMIAH

 Metode Ilmiah merupakan prosedur atau cara2 tertentu yang


digunakan untuk memperoleh pengetahuan yang disebut ilmu
atau pengetahuan ilmiah
 Epistimologi filsafat pengetahuan) merupakan suatu cara untuk
memperoleh pengetahuan dlam kajian filsafat. Dg demikian,
metode ilmiah merupakan epistimologi ilmu yg mengkaji sumber-
sumber untuk mem[ero;eh kajian yang benar(menurut Senn)
 Tahapan ilmiah untuk menghasilkan metode ilmiah, yaitu
 Meru,uskan masalah
 Mengajukan hipotesis
 Melakukan verifikasi data
 Menarik kesimpulan (Sujana)
Karakteristik dalam Metode Ilmiah
 Logis : Merujuk kepada metode ilmiah tergantung dari argumentasi ilmiah.
Kesimpulan rasional diturunkan dari bukti yang ada
 Testability : Penelitian ilmiah harus dapat menguji hipotesis dengan pengujian
statistic yang menggunakan data yang dikumpulkan
 Objektif : hasil yang diperoleh ilmuan yang lain akan sama apabila studi yang sama
dilakukan pada kondisi yang sama, yaitu penelitian dikatakan ilmiah apabila dapat
dibandingkan kebenarannya
 Konseptual dan Teoritis apa artinya Ilpeng mengandung arti pengembangan suatu
struktur konsep dan teoritis untuk menuntun dan mengarahkan upaya penelitian
 Empiris : Metode ilmiah pada prinsipnya bersandar pada realitas
 Sistematis : metode ilmiah mengandung arti suatu prosedur yang cermat.
Enam Pola Umum Langkah Metode Untuk
Memperoleh Pengetahuan Yaitu:
 a.Kesadaran adanya problemaKesadaran akan adanya problema adalah penting
sekali.karena hanya demikian suatu pemikiran dan penyelidikan itu mungkin untuk
diawali. Dalam hal ini, kemampuan untuk melukiskan problema secara jelas dan
benar dalam suatu definisi adalah penting. Karena hanya dengandemikian pula
pengumpulan data yang faktual baru mungkin. 
 b.Pengumpulan dataPengumpulan data yang relevan, yang juga memerlukan
kesabaran dan lebih-lebih kemampuanuntuk menguji data-data apakah faktual
atau tidak. Pada persoalan yang sulit, untukmendapatkan data-data seperti itu,
memerlukan pemikiran dan penyelidikan yang saksama dantidak aneh jika
memerlukan waktu bertahun-tahun.
 c.Penertiban dataDalam masalah ini, diperlukan kemampuan analisis dan
pengelompokan. Bagi metode ilmiah,memperbandingkan dan mempertentangkan
data yang satu dengan data yang lain untuk diaturdalam urutan yang sesuai
dengan kepentingan adalah pokok. Jadi, setiap data harus diberi nomor,dianalisis,
dan diklasifikasikan.
 d.Pembentukan HipotesisLangkah ini penting ketika melakukan pemeriksaan
problem. Hipotesis dapat dibentuk setelahdiperoleh data-data yang cukup.
Dalam membentuk hipotesis, hal yang penting adalah harus bersifat masuk akal.
Artinya, suatu deduksi harus dapat dicoba dan berfungsi sebagai petunjuk bagi
penyelidikan selanjutnya.
 e.Penarikan deduksi/kesimpulan dari hipotesisMaksudnya, hipotesis menjadi
dasar penarikan deduksi atau kesimpulan mengenai jenis susunandan hubungan
antara hal-hal atau benda-benda tertentu yang sedang
diselidiki.f.VerifikasiMasalah pengujian kebenaran dalam ilmu pengtahuan,
keputusan akhirnya terletak pada fakta.Jika fakta tidak mendukung suatu
hipotesis, maka hipotesis lain dipilih. Dengan demikianselanjutnya, kecuali fakta
(data empirik), kaidah umum, atau hukum tersebut telah memenuhi persyaratan
pengujian empiris. Terhadap hal ini, kaum rasionalis menyatakan bahwa
suatuhipotesis baru bisa diterima secara keilmuan bila konsisten dengan
semua hipotesis yangsebelumnya telah diuji kebenarannya
Contoh :
“Amir sakit perut
selama seminggu”

Pendekatan Ilmiah : Pendekatan Non Ilmiah :


• Cari data di lapangan • Pergi ke dukun
Amir makan apa ? • Penyembuhan
• Periksa ke dokter • Kesimpulan :
• Tes laboratorium Amir kena guna-guna dari
• Pengobatan temen/musuhnya
• Kesimpulan :
Amir Keracunan
Pendekatan Ilmiah :
 Perumusan masalah jelas dan spesifik
 Masalah merupakan hal yang dapat diamati dan diukur secara
empiris
 Jawaban permasalahan didasarkan pada data
 Proses pengumpulan dan analisis data, serta pengambilan
keputusan berdasarkan logika yang benar
 Kesimpulan siap/terbuka untuk diuji oleh orang lain
Contoh :
 Penggunaan Metode Ilmiah
Apa Perbedaanya ?
Pendekatan Non Ilmiah :
 Perumusan kabur atau abstrak
 Masalah tidak selalu diukur secara empiris dan dapat bersifat
supranatural/dogmatis
 Jawaban tidak diperoleh dari hasil pengamatan data di lapangan
 Keputusan tidak didasarkan pada hasil pengumpulan dan analisis
data secara logis
 Kesimpulan tidak dibuat untuk diuji ulang oleh orang lain
Contoh :
 Penggunaan akal sehat, prasangka, intuisi, penemuan secara
kebetulan dan coba-coba,
pendapat otoritas ilmiah dan pikiran kritis
Metode Ilmiah dan Non-Ilmiah
Aspek Non-Ilmiah Ilmiah
Pendekatan thd Intuitif Empiris
masalah
Konsep/teori Ambigu Jelas, operasional,
sepsifik
Hipotesis Tidak dapat Dapat dibuktikan
dibuktikan
Observasi gejala Tidak terkontrol, Sistematis, terkontrol
seadanya
Alat ukur Tidak akurat, tidak Akurat, tepat, sesuai
tepat, tidak sesuai
Pengukuran Tidak valid, tidak Valid, reliabel
reliabel
Kontrol Tidak ada Selalu dilakukan
Pelaporan hasil Bias, subjektif Tidak bias, objektif
penelitian
Sikap peneliti Tidak kritis, Kritis, skeptis,
menerima apa mencari bukti
LANGKAH-LANGKAH METODE
ILMIAH
PERUMUSAN MASALAH

PENYUSUNAN KERANGKA BERFIKIR

PERUMUSAN HIPOTESIS

PENGUJIAN HIPOTESIS

PENARIKAN KESIMPULAN
SIFAT METODE ILMIAH

 Efisien dalam penggunaan sumber daya (tenaga, biaya, waktu)


 Terbuka (dapat dipakai oleh siapa saja)
 Teruji (prosedurnya logis dalam memperoleh keputusan)
POLA PIKIR DALAM METODE ILMIAH

INDUKTIF DEDUKTIF
•Pengambilan • Pengambilan
kesimpulan dari kasus kesimpulan dari
yang bersifat khusus kasus yang bersifat
umum menjadi hal
menjadi hal yang
yang bersifat khusus
bersifat umum • Dunia rasional
•Dunia empirik
(deduktif) adalah
(induktif) yang obyektif koheren, logis, dan
dan berorientasi sistematis, dengan
kepada fakta sebagai logika deduktif
mana adanya. sebagai sendi
pengikatnya
Contoh sederhana :

Induktif :
Tumbuhan akan mati (khusus)
Hewan akan mati (khusus)
Manusia akan mati (khusus)
Kesimpulan : Semua makhluk hidup akan mati
(umum)

Deduktif :
Semua manusia akan mati (umum)
Aris adalah manusia (khusus)
Kesimpulan : Aris akan mati (khusus)
Keunggulan Metode Ilmiah
 Memupuk sifat objektif, metodik, dan sistematik
 Mencintai kebenaran dan bersifat adil.
 Menyadari bahwa kebenaran ilmu tidak bersifat mutlak.
 Membimbing untuk bersikap optimis, teliti, dan berani membuat
pernyataan yang menurut keyakinan ilmiah yang benar.
 Membimbing kita untuk tidak percaya begitu saja pada suatu
kesimpulan tanpa adanya bukti yang nyata.
(Bambang Ruwanto, 2006)
KETERBATASAN METODE ILMIAH
 Kebenaran ilmiah bersifat tentatif  sebelum ada kebenaran
ilmu yang dapat menolak kesimpulan maka kesimpulan itu
dianggap benar. Sebaliknya, kesimpulan yang dapat menolak
kesimpulan ilmiah terdahulu menjadi kebenaran yang baru.

 Tidak dapat menjangkau untuk membuat kesimpulan yang


bersangkutan dengan baik dan buruk atau sistem nilai,
tentang seni dan keindahan, dan juga tidak dapat menjangkau
untuk menguji adanya Tuhan.

Anda mungkin juga menyukai