Anda di halaman 1dari 16

Journal Reading

Long-term Prognosis After


Childhood Convulsive Status
Epilepticus: a prospective cohort
study
Pembimbing :
dr. Indra Harsanti, Sp. A KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN ANAK
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH CIAWI
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TARUMANAGARA
Penyusun : PERIODE 17 NOVEMBER 2019 – 26 JANUARI 2020
JAKARTA
Cessy Christy
406182082
Pendahuluan
• Status konvulsif epileptikus (CSE), sebuah kegawatdaruratan neurologis anak yang umum,
terkait dengan peningkatan mortalitas dan morbiditas.
• Antara 11% dan 45% dari pasien berkembang menjadi epilepsi onset baru dalam waktu 5
tahun setelah CSE, tetapi sebagian besar studi tidak memisahkan gejala sisa motorik dan
kognitif
• Sebagian besar hasil studi dibatasi oleh kekurangan metodologis,
• design berbasis rumah sakit atau retrospektif
• definisi tentang hasil yang tidak jelas,
• kurangnya penilaian neurokognitif yang formal dan neuroimaging,
• ukuran sampel kecil
• follow up yang pendek (biasanya hanya sampai 5 tahun)

Tujuan dari penelitian ini adalah menilaiprognosis epilepsi jangka panjang,


motorik, intelektual, dan pendidikan mereka setelah CSE
Metode
● Desain penelitian : Kohort prospektif
● Subjek penelitian : Pasien laki-laki dan perempuan berusia 1 bulan – 18 tahun yang terdiagnosis CSE
● Waktu penelitian : 2002 hingga 2014.
● Lokasi penelitian : London Utara
● Pasien : 134 pasien ( 35 KDK, 15 CSE simptomatik akut, 15 idiopatik CSE, 4 kriptogenik CSE, 53
remote CSE, 12 tidak dapat diklasifikasikan)
● Alat pengukuran : data base NLSTEPSS

Kriteria inklusi Kriteria ekslusi


Semua partisipan NLSTEPSS usia 1 bulan – 18 Semua partisipan NLSTEPSS usia 1 bulan – 18
tahun yang hidup dalam periode 1 May 2002 hingga tahun yang tidak hidup dalam periode 1 May 2002
30 April 2004 hingga 30 April 2004
Data yang dikumpulkan

● Latar belakang demografis, data medik dan perkembangan sebelum CSE, dan detail klinis
didapatkan dari database NLSTEPSS
● Untuk investigasi prognosis dan prediksi dari adverse outcome didapatkan dari klasifikasi
CSE NLSTEPSS.
● Fungsi motorik dasar dideterminasi dari assement neurologi klinik saat dipulangkan dari
rumah sakit setelah CSE
● Untuk fungsi kognitif didapatkan dari laporan orang tua apakah tonggak perkembangan
sesuai dengan umurnya.
● Wawancara partisipan dan orangtuanya dengan menggunakan structured pro formaI
untuk memastikan penyelidikan sistematik dan konsisten adanya kejang atau epilepsy
(sebelum dan sesudah CSE dan saat follow-up), perjalanan semiology kejang, dan
epilepsi, rekurensi CSE, perkembangan motorik dan kognitif, gangguan sikap, dan
persekolahan.
● Partisipan periksa neurologi klinik secara terstruktur dan neurokognitifnya menggunakan
Welchsler Abbreviated Scale of Intelligence dan di MRI otaknya menggunakan Avanto 1,5
Tesla Scanner.
● Adanya mesial temporal skleoris didapatkan secara radioligis adanya atrofi hippocampus,
peningkatan sinyal T2 di hipokampus, dan gangguan arsitektur internal. Semua hasil
radiologi dianalisa dan dilaporkan oleh neuroadiologis pediatric yang berpengalaman dan
kemudian direview lagi oleh neuroradiologis pediatric lainnya.
● follow up perkembangan → dilakukan selama 10 tahun
● Adverse neurological outcomes didefinisikan adanya satu atau lebih berikut ini: epilepsi
(aktif atau dalam remisi), disabilitas motorik, disabilitas intelektual, atau pernyataan
dibutuhkannya edukasi yang special.
● Data penelitian diambil menggunakan metode yang sudah tervalidasi dan
reliabel, sehingga dapat diulang untuk penelitian yang sama di kemudian hari.
Dilakukan pembagian subjek ke dalam kelompok studi dan kontrol. Jumlah
sampel penelitian cukup banyak (134 subjek) dan waktu follow-up dilakukan
dengan cukup panjang (10 tahun)
Metode analisis statistik penelitian

● Analisis dilakukan oleh 2 orang menggunakan R software environment for statistical


computing (version 3.0.1) untuk menginput data , SPSS (versi 21.0) untuk analisa
statistic, termasuk analisa Kaplan-Meier, dan SyayXact untuk mengkalkulasi perbedaan
proporsi karakteristik antara partisipan yang dapat dan tidak dapat di follow up. → sesuai
untuk design kasus kontrol/kohort yang menentukan prognosis
● Insiden kumulatif untuk setiap prognosis didapatkan dari membagi total kasus insiden
dasar dan yang dapat di follow up
● 95% CI dihitung dalam basis distribusi Poisson.
● Digunakan multivariente imputation by chained equation (MICE) untuk melengkapi data
yang hilang dan meminimalisir potensi bias.
● Nilai kemaknaan ditetapkan P <0,1
● Tidak ada dasar perhitungan sampel penelitian yang dimasukkan oleh peneliti
yang berdasarkan pada penelitian utama sebelumnya.
● Kesimpulan : validitas internal penelitian baik
Keterbatasan Dan Kekuatan Penelitian

● Keterbatasan penelitian

○ Populasi penelitian dilakukan di negara dengan pendapatan yang


tinggi sehingga mungkin susah untuk diaplikasikan pada negara
yang resourse-poor dimana populasinya kurang bisa mendapat
akses medis, fasilitas medis yang suboptimal, dan penyebab CSE
yang berbeda.
● Kekuatan penelitian

○ Menggunakan desain kohort prospektif dengan periode follow up


yang lama pada populasi yang besar
○ Bias yang rendah karena dilakukan beberapa imputasi data yang
hilang dan meminimalisir potensial bias
Perbandingan dengan Penelitian Lain (Diskusi)

● Beberapa penelitian dari Raspal et all dan Weiss et al  prognosis


neurologi yang baik pada anak dengan kejang demam komoleks 
sesuai dengan penelitian
● Menurut Shinnar et al  insidensi epilepsy lobus temporal rendah
(<6%) dan sclerosis mesial temporal (<6%) setelah kejang demam
kompleks  sesuai dengan penelitian
● Penelitian oleh Raspal et al  disabilitas motorik dan intelektual
setelah CSE akut simpomatik lebih rendah pada studi ini dibanding
pada penelitian tersebut
● Penelitian oleh Barnard et al  durasi kejang pada CSE bukan
prediktor utama yang indeoenden dari penyebab yang mendasarinya
 sesuai dengan penelitian
Kesimpulan

● Studi ini menyatakan bahwa CSE tanpa abnormalitas neurologis


sebelumnya tidak berkembang menjadi epilepsi, disabilitas motorik
dan intelektual sehingga lebih mempunyai prognosis yang baik.
● Penelitian studi kohort prospective ini adalah penelitian yang baik,
dengan validitas internal dan eksternal yang baik, serta hasil
penelitian yang dapat diterima. Penelitian menggunakan metode
penelitian dan analisis hasil penelitian yang valid. Generabilitas
penelitian mungkin tidak dapat diterima di Indonesia.
●P : Anak usia 1 bulan – 18 tahun yang terdiagnosa
CSE
●I : Dengan abnormalitas neurologis sebelumnya
●C : Tanpa abnormalitas neurologis sebelumnya
●O : Prognosis epilepsy, motorik, intelektual, dan
pendidikan setelah CSE di masa kanak kanak
No Kriteria Ya Tdk TR
Are the results of this prognosis study valid?

Was a defined, representative sample of patients assembled at a


1   Tdk  
common (usually early) point in the course of their disease?

Kriteria inklusi dan eksklusi tidak secara jelas disebutkan dalam penelitian. Metode yang digunakan adalah
 
purposive sampling. Populasinya tidak disebutkan apakah CSE baru terdiagnosa atau sudah lama terdiagnosa

2 Was follow up sufficienly long and complete? Ya    

  Dari 203 pasien, 69 diantaranya drop out sehingga didapatkan total sample 134 orang.
3 Were objective outcome criteria applied in a blind fashion? Ya    
  Ada definisi operasional yang jelas
If subgroups with different prognoses are identified, was there adjustment
4 for important prognostic factors and validation in an independent “test   Tdk  
set” patients?
5 Was there validation in an independent group (“test-set”) of patients? Ya    
Are the valid results of this prognosis study important?
1 How likely are the outcomes over time?
Dalam 10 tahun follow up, 41% terjadi epilepsy aktif, 30,6% disabilitas motorik, dan 45,5%
 
disabilitas intelektual.
2 How precise are the prognostic estimate?
Dengan menggunakan 95%CI, estimasinya lumayan bagus pada disabilitas motorik (6,8)
 
dan intelektual (12,7).
Can you apply this valid, important evidence about prognosis in caring for your patient
1 Is our patient so different from those in the study that its results cannot apply?
  Etiologi CSE mungkin berbeda dengan pada penelitian
Will the evidence make a clinically important impact on our conclusions about what to offer
2
or tell our patient?
  Iya
Terima kasih

Anda mungkin juga menyukai