Anda di halaman 1dari 23

IDENTIFICATION OF RISK FOR SEVERE

PSYCHIATRIC COMORBIDITY IN PEDIATRIC


EPILEPSY
Oleh: Werry (406182088)
Pembimbing: dr. Indra, Sp. A
PENDAHULUAN

• Epilepsi pada masa kanak-kanak dan remaja disertai dengan


interaksi yang kompleks antara kejang, efek samping obat, dan
kesulitan perilaku, kognitif, dan sosial. dikatakan bahwa ada
tingkat yang lebih tinggi dari diagnosis psikiatrik dan masalah
perilaku pada remaja dengan epilepsi dibandingkan dengan teman
sebaya nya yang sehat.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menentukan apakah sekelompok item
dari Child Behavior Checklist [CBCL] membantu mengidentifikasi anak penderita
epilepsi yang berisiko untuk beberapa diagnosa Axis I dan DSM-IV.
Metode

• Desain penelitian : cross sectional


• Subjek penelitian : anak laki-laki dan perempuan berusia 5-18tahun yang
mengalami kejang fokal atau umum.

• Waktu penelitian : -

• Lokasi penelitian : Southern California dan Wisconsin

• Pasien : anak laki-laki dan perempuan berusia 5-18tahun yang mengalami


kejang fokal atau umum.

• Alat pengukuran : Child Behavior Checklist [CBCL]


Kriteria

Kriteria inklusi :
• Anak dengan kejang fokal atau umum usia 5-18 tahun
• manifestasi klinis kejang

Kriteria eksklusi :
• Anak dengan IQ <70
• EEG normal
• Gangguan neurologis
Data yang dikumpulkan

• Pengumpulan data dilakukan dengan studi dokumen → data demografi


dibandingkan dengan uji χ2 dan data kontinyu dibandingkan menggunakan uji-t
• Data anak dengan kejang → usia onset, durasi kejang, obat antiepilepsi (AED),
jumlah kejang demam, dan kejang yang berkepanjangan (yaitu,> 5 menit) —
dan tipe kejang
• Diagnosa psikiatri berdasarkan DSM IV dan AXIS I
• Diagnosa gangguan prilaku berdasarkan Child Behavior Checklist [CBCL]
• Kemampuan kognitif dinilai melalui WISC / WASI sebelum penilaian kesehatan
mental untuk memastikan bahwa IQ > 70
• Data penelitian diambil menggunakan metode yang sudah tervalidasi dan
reliabel, sehingga dapat diulang untuk penelitian yang sama di kemudian
hari. Jumlah sampel penelitian 328 subjek
Metode analisis statistik penelitian

• Metode analisis statistik penelitian adalah sebagai berikut :


• Hasil angka kejadian penyakit alergi pada setiap kelompok dibandingkan
dengan menggunakan paket perangkat lunak SPSS untuk Windows v.9.2 (SPSS,
SAS institute, Care, NC).
• Studi t-test atau Chi-square test → untuk menganalisis hubungan antara
variabel nominal dan kategorik
• Nilai kemaknaan ditetapkan P <0,05
• Tidak ada dasar perhitungan sampel penelitian yang dimasukkan oleh
peneliti yang berdasarkan pada penelitian utama sebelumnya.
• Kesimpulan : validitas internal penelitian baik
VALIDITAS

• Peneliti menjabarkan sumber sample,dan menjabarkan metode


pengambilan sampel
• Data penelitian diambil menggunakan metode yang sudah
tervalidasi dan reliabel, sehingga dapat diulang untuk penelitian
yang sama di kemudian hari. Jumlah sampel penelitian 328 subjek
• Tidak ada dasar perhitungan sampel penelitian yang dimasukkan
oleh peneliti yang berdasarkan pada penelitian utama
sebelumnya.
Kesimpulan : validitas internal penelitian baik
IMPORTANCE

• Diantara semua subjek penelitian terdapat 97 orang yang memiliki diagnosa


tunggal dan sebanyak 57 orang yang memiliki depresif dan gangguan kecemasan
serta 40 orang terdiagnosa ADHD.
• Terdapat sebanyak 114 orang dengan dignosa ganda
• Insiden penyakit yang tidak terdiagnosa , diagnosa tunggal dan diagnosa ganda
pada kelompok umur pertama (≤ 12 tahun) → Sebanyak 16, 46, dan 61 orang
• Insiden penyakit yang tidak terdiagnosa , diagnosa tunggal dan diagnosa ganda
pada kelompok umur kedua ( >12- 18 tahun) → Sebanyak 23, 42, dan 43 orang
• Terdapat hubungan yang signifikan antara resiko komorbiditas kejiwaan yang
parah terhadap anak dengan epilepsy
APPLICABILITY

• Pada penelitian ini risiko komorbiditas kejiwaan yang parah pada epilepsy anak
telah dipaparkan. Salah satu aspek yang harus dilihat dalam metodologi
penelitian studi adalah pengambilan data yang diambil secara acak dan terbagi
atas 2 kategori umur karena rentang usia yang luas untuk memeriksa perbedaan
hasil yang timbul pada umur sebelum masa remaja (<12 tahun) dan sesudah masa
remaja (>12-18 tahun).
• Studi menggunakan metode penelitian dengan baik, di mana peneliti
menganalisis data dengan cara yang sesuai dengan tujuan awal penelitian,
adanya kelompok kontrol yang dijadikan pembanding, instrumen penelitian
menggunakan metode yang valid dan reliabel, serta banyaknya literatur
pendukung yang sesuai dengan hasil penelitian. Pada penelitian ini juga
dijelaskan mengenai alur pemilihan subjek selama periode penelitian. Validitas
eksternal penelitian baik.
KETERBATASAN DAN KEKUATAN
Keterbatasan Penelitian:
• Inklusi hanya anak-anak dengan IQ> 70 dengan epilepsi dan perekrutan yang relatif tidak
lengkap terutama dari pusat tersier membatasi generalisasi dari temuan penelitian.
• Orang tua CBCL daripada laporan anak muda mungkin condong temuan ke arah perilaku
eksternalisasi mudah diamati. Jika penelitian ini menyertakan laporan mandiri remaja,
kami mungkin telah mengidentifikasi lebih banyak item CBCL internalisasi yang terkait
dengan beberapa diagnosis psikiatrik.
• Kurangnya kesadaran orang tua tentang gejala internalisasi di antara peserta diagnosis
psikiatris tunggal dengan depresi atau gangguan kecemasan dan jumlah peserta yang
relatif kecil dengan diagnosis ADHD tunggal mungkin mendasari kurangnya diferensiasi
antara kelompok diagnosis psikiatri satu atau tidak.
• Tidak mengukur stres, kecemasan, dan depresi orang tua, variabel yang berperan dalam
bagaimana orang tua melaporkan masalah perilaku pada anak dengan epilepsi.
KETERBATASAN DAN KEKUATAN

Kekuatan Penelitian:
• Menganalisis faktor resiko yang dapat timbul dari berbagai aspek
umur
• Membagi menjadi 2 kategori umur untuk menampilkan hasil yang
lebih mendetail
• Menganalisa pasien berdasarkan jenis kelamin dan faktor
sosiodemografi lainnya untuk mengontrol faktor pembaur
• Memaparkan masing-masing faktor resiko berdasarkan umur dan
pembagian demografi
Perbandingan dengan penelitian lain
• Penelitian oleh Rodenberg pada tahun 2005 → Epilepsi pada masa kanak-kanak dan
remaja disertai dengan interaksi yang kompleks antara kejang, efek samping obat,
dan kesulitan perilaku, kognitif, dan sosial. Telah didokumentasikan dengan baik
bahwa ada tingkat diagnosis kejiwaan yang lebih tinggi dan perilaku bermasalah
pada remaja dengan epilepsi dibandingkan dengan teman sebaya yang sehat, dan
bahkan dibandingkan dengan remaja lain dengan kondisi kronis seperti diabetes dan
asma → sesuai dengan penelitian
• Penelitian oleh Reilly pada tahun 2014 → Terlepas dari tingkat diagnosis psikiatrik
dan perilaku bermasalah yang terjadi bersamaan, berkisar antara 37% hingga 77%
pada remaja dengan epilepsy → sesuai dengan penelitian
DISKUSI

• Penelitian ini menentukan apakah jawaban ya / tidak pada subset item CBCL
mengidentifikasi remaja dengan epilepsi yang memenuhi kriteria diagnostik
untuk beberapa diagnosis DSM-IV-TR Axis I.
• Orang tua mungkin tidak menyadari gejala internalisasi pemuda dengan
depresi atau gangguan kecemasan, ini bukan kasus untuk masalah perilaku
eksternalisasi yang dapat diamati dari anak-anak dengan ADHD. Peningkatan
jumlah diagnosa psikiatris menempatkan remaja pada risiko yang lebih tinggi
untuk masalah kesehatan mental kronis, gangguan fungsional, dan perilaku
bunuh diri.
KESIMPULAN

• Penelitian studi cross sectional ini adalah penelitian yang baik, dengan
validitas internal dan eksternal yang baik, serta hasil penelitian yang dapat
diterima. Penelitian menggunakan metode penelitian dan analisis hasil
penelitian yang valid. Generabilitas penelitian dapat diterima di Indonesia.
PICO

• Patient/Problem
• Apa demografik pasien ?
• Pasien laki-laki dan perempuan berusia 5-18 tahun yang terdiagnosis kejang fokal atau umum. Jumlah sampel
total adalah 328 pasien
• Apa tipe masalah ?
• Epilepsi pada masa kanak-kanak dan remaja disertai dengan interaksi yang kompleks antara
kejang, efek samping obat, dan kesulitan perilaku, kognitif, dan sosial. Ada sejumlah hambatan
yang telah diidentifikasi yang mungkin menghambat penggunaan penyelidikan skrining untuk
diagnosis psikiatri dan masalah berperilaku pada remaja dengan epilepsi. Termasuk sumber daya
yang kurang untuk melakukan skrining, beberapa rekomendasi mengenai kapan penyaringan ini
harus dilakukan, dan alat mana yang gratis, dapat digunakan dengan mudah, dan tidak
memerlukan penilaian yang rumit. . Dengan adanya kesenjangan dalam sumber daya kesehatan
mental ini, penyedia medis ragu untuk mengatasi masalah ini pada remaja dengan epilepsi.
Dengan adanya kesenjangan dalam sumber daya kesehatan mental ini, penyedia medis ragu untuk
mengatasi masalah ini pada remaja dengan epilepsi.
Intervensi/Paparan
Apa tipe intervensi/paparan yang diamati ?
• Studi ini menilai kejadian adanya diagnosa psikiatri dan gangguan prilaku pada anak dengan
kejang.
• Untuk kelompok peserta dengan umur lebih muda, terdapat 7 perilaku yang timbul (melekat,
kekejaman / bullying, perfeksionis, gugup, pekerjaan sekolah yang buruk, lalai, dan merajuk)
• Kelompok peserta kedua yang memiliki umur lebih tua, terdapat 3 perilaku yang timbul
(tidak taat di sekolah, penyendiri, dan kebohongan / curang)
• Diagnosa psikiatri berdasarkan DSM IV dan AXIS I
• Diagnosa gangguan prilaku berdasarkan Child Behavior Checklist [CBCL]
• Kemampuan kognitif dinilai melalui WISC / WASI sebelum penilaian kesehatan mental untuk
memastikan bahwa IQ > 70
Comparison
• Tidak ada pembanding dalam penelitian ini
• Outcome
• Tidak ada perbedaan jenis kelamin, etnis, FSIQ, sindrom epilepsi (fokus vs umum),
durasi penyakit, kontrol kejang, penggunaan AED (monoterapi vs politerapi), atau
keparahan psikopatologi antara kedua kelompok umur.
• Untuk kelompok peserta dengan umur lebih muda, terdapat 7 perilaku yang timbul
(melekat, kekejaman / bullying, perfeksionis, gugup, pekerjaan sekolah yang buruk,
lalai, dan merajuk) → memiliki akurasi diagnostik yang tinggi (AUC = 0,88)
• Kelompok peserta kedua yang memiliki umur lebih tua, terdapat 3 perilaku yang
timbul (tidak taat di sekolah, penyendiri, dan kebohongan / curang) → memiliki
akurasi tinggi (AUC = 0,91)
• Variabel kejang pada kelompok pertama→ Pada kelompok pertama Variabel kejang,
usia, onset, durasi, dan sindrom epilepsi (fokal vs umum) tidak terkait dengan
keparahan psikopatologi pada kelompok usia ini.
• Variabel kejang pada kelompok kedua→ Tidak seperti kelompok yang lebih muda,
tidak ada variabel kejang yang dikaitkan dengan keparahan psikopatologi atau
dengan salah satu item CBCL yang diidentifikasi di atas pada kelompok usia yang
lebih tua.
• Insiden penyakit yang tidak terdiagnosa , diagnosa tunggal dan diagnosa ganda
pada kelompok umur pertama (≤ 12 tahun) → Sebanyak 16, 46, dan 61 orang
• Insiden penyakit yang tidak terdiagnosa , diagnosa tunggal dan diagnosa ganda
pada kelompok umur kedua ( >12- 18 tahun) → Sebanyak 23, 42, dan 43 orang

Terdapat hubungan yang signifikan antara resiko komorbiditas kejiwaan yang


parah terhadap anak dengan epilepsy
M A
RI
TE SIH
KA

Anda mungkin juga menyukai