Anda di halaman 1dari 77

LAPORAN KASUS

DEMAM TIFOID

Disusun oleh :
Desi Haryani Putri
1102013075
 
Pembimbing
dr. Natalina, Sp.A
 
Disusun dalam Rangka Tugas Kepaniteraan Klinik SMF Ilmu Kesehatan Anak
Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Bekasi
Fakultas Kedokteran Universitas YARSI
Periode 10 September – 17 November 2018
Laporan Kasus
IDENTITAS PASIEN
Nama : An. A
Tempat dan Tanggal Lahir : Tambun 03 Oktober 2017
Jenis Kelamin : Laki-laki
Alamat : Tambun Selatan Kab. Bekasi
Pendidikan :-
Tanggal Masuk RS : 12 September 2018
Tanggal Pemeriksaan : 13 September 2018
Tanggal Keluar RS : 17 September 2018
Ruangan : Sakura
Laporan Kasus
IDENTITAS ORANGTUA PASIEN
Nama Ayah : Tn. H
Usia : 40 tahun
Pekerjaan : Buruh
Pendidikan : SD
 
Nama Ibu: Ny. S
Usia : 37 tahun
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Pendidikan : SMA
Laporan Kasus
ANAMNESA
Dilakukan secara alloanamnesis terhadap ibu pasien pada tanggal 13 Juli 2018 di ruang Sakura RSUD Kabupaten
Bekasi pukul 8.00 WIB.

Keluhan Utama
Demam sejak 8 hari SMRS

Keluhan Tambahan
BAB mencret dan muntah
Laporan Kasus
Riwayat Penyakit Sekarang

Seorang anak laki-laki berusia 1 tahun datang ke IGD RSUD Kabupaten Bekasi diantar oleh orang tuanya
dengan keluhan demam sejak kurang lebih 7 hari sebelum masuk rumah sakit. Demam dirasakan naik turun ,
demam dirasakan terutama saat sore hari hingga malam. Ibu pasien mengatakan pasien demam hingga
menggigil.
Keluhan juga disertai dengan BAB mencret kurang lebih 2 hari sebelum masuk rumah sakit dengan frekuensi 1
kali sehari berwarna kuning, BAB mencret disertai darah, lendir, dan ampas disangkal oleh ibu pasien, pasien juga
mengalami muntah – muntah kurang lebih 2 hari sebelum masuk rumah sakit dengan frekuensi 1 kali sehari
berupa cairan.
Keluhan mimisan, gusi berdarah disangkal oleh pasien, ibu pasien mengatakan sudah mengobati anak
kebidan dan diberikan obat penurun panas akan tetapi panas hanya turun beberapa saat dan kemudian naik
kembali.
Laporan Kasus
Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien belum pernah mengalami hal serupa sebelumnya.

Riwayat Alergi
Pasien tidak memiliki alergi terhadap obat, makanan, dan cuaca.

Riwayat Penyakit Keluarga


Ibu pasien mengatakan ia baru saja sembuh dari tifus seminggu yang lalu. Tidak ada keluarga lain yang
mangalami hal serupa dengan pasien.
Laporan Kasus

Riwayat Pribadi

Riwayat Kehamilan
Selama kehamilan ibu pasien memeriksakan kehamilan ke bidan terdekat setiap satu bulan sekali hingga
bulan kesembilan. Ibu pasien mengkonsumsi nutrisi cukup. Riwayat mengkonsumsi alkohol, obat-obatan,
merokok, jamu-jamuan selama hamil disangkal. Tidak ada riwayat hipertensi atau penyakit berat selama
kehamilan. Keluhan semasa hamil berupa mual, muntah.

Riwayat Persalinan
Bayi lahir dari ibu G4P3A0, cukup bulan, lahir secara spontan ditolong oleh bidan dengan presentasi kepala,
dan ketuban jernih. Bayi langsung menangis saat lahir. Berat badan lahir 2800 gram, panjang badan 48 cm.

Riwayat Pasca Lahir


Tidak ada keluhan kelainan bawaan
Laporan Kasus
•Imunisasi
Pasien sudah diberikan imunisasi sesuai usia. Macam   Dasar    

  I II III IV
BCG (1      
bln)
DPT   (3bln)  (4 bln)  
(2bln)

Hepatitis B   (2 bln)  (3bln)  (4bln)


(lahir)

Hib  (2  (3bln)  (4bln)  


bln)

Polio   (2bln)  (3 bln)  (4bln)


(1bln)

Campak  (9      
bln)
Laporan Kasus
Sosial Ekonomi dan Lingkungan

Sosial Ekonomi
Ayah pasien lulusan SD yang bekerja sebagai buruh. Ibu pasien lulusan SMA yang bekerja sebagai ibu rumah
tangga. Biaya yang ditanggung ayah pasien adalah 5 orang.

Lingkungan
Rumah pasien memiliki 1 lantai, lantai terbuat dari keramik, terdapat 3 kamar tidur dan 2 kamar mandi. Sumber
air bersih didapatkan dari sumur. Lingkungan sekitar rumah pasien cukup bersih dan nyaman.
Laporan Kasus
PEMERIKSAAN FISIK

Pemeriksaan Umum
Keadaan Umum : Tampak Sakit Sedang
Kesadaran : Composmentis
Tanda Vital
Tekanan darah : 100/60
Frekuensi nadi: 160 x/menit, teratur
Frekuensi napas : 38 x/menit
Suhu : 38,4°C
SpO2 : 96%
Laporan Kasus

Antropometri

Status Gizi
Status Gizi Antropometri Berdasarkan WHO
Berat Badan : 8,1 kg
Tinggi Badan : 65 cm

Kesan gizi = Normal


Laporan Kasus
Status generalis
Kepala : Normocephale, rambut hitam
Kulit : Kecoklatan, turgor baik, ikterik (-), rumple leed (-)
Mata : Pupil bulat isokor, sekret (-), konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-)
Hidung : Deviasi septum (-), napas cuping hidung (-), sekret (-),
Mulut : Sianosis (-), lidah kotor (+)
Leher : Pembesaran KGB (-)
Paru-paru
Inspeksi : Simetris kanan dan kiri
Palpasi : fremitus taktil dan fremitus vocal simetris, krepitasi (-)
Perkusi : Sonor di seluruh lapang paru
Auskultasi : Suara napas bronkovesikuler (+/+), ronkhi (-/-), wheezing (-/-)

 
Laporan Kasus
Jantung
Inspeksi : Iktus cordis samar terlihat
Palpasi : Iktus cordis teraba pulsasi
Perkusi : Tidak dilakukan
Auskultasi : BJ I-II reguler, gallop (-), murmur (-)

Abdomen
Inspeksi : Bentuk datar
Palpasi : Hepatomegali (-), splenomegali (-)
Perkusi : Timpani pada seluruh lapang abdomen
Auskultasi : Bising usus (+), nyeri tekan (-), turgor baik

Ekstremitas : Akral hangat (+), sianosis (-), CRT < 2 detik


Laporan Kasus

•PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan laboratorium

Tanggal pemeriksaan Nilai normal


Jenis pemeriksaan
10/09/2018 12/09/2018

Hemoglobin 10.3 10.4 11.0-17.0 g/dl


Hematokrit 32.3 31.3 35.0-55.0 %
Leukosit 3.2 5.6 4.0-12.0 103/ul
Trombosit 428 370 150-400 103/ul
S.typhi O  
1/320 Negatif

S. typhi OB 1/80   Negatif


Paratyphi BH 1/180 Negatif
GDS 128 <127
Laporan Kasus
RESUME

Seorang anak berusia 1tahun datang ke IGD RSUD Kab. Bekasi diantar oleh orang tuanya dengan keluhan
demam sejak 8 hari SMRS. Demam dirasakan naik turun dan dirasakan lebih tinggi terutama sore dan malam
hari. Keluhan juga disertai mencret dan untah sejak 2 hari SMRS.
Pada pemeriksaan tanda vital didapatkan suhu 38,4°C. Pada pemeriksaan fisik didapatkan pada mulut terdapat
lidah kotor, pemeriksaan paru dan jantung dalam batas normal abdomen didapatkan nyeri tekan epigastrium (+)
dan ekstremitas dalam batas normal.
Pada pemeriksaan laboratorium didapatkan Hb: 10.4, Ht: 31,3%, Leukosit: 3.200, Trombosit: 370.000. Serologi S.
Typhi O: 1/320, S. Typhi 0B: 1/180, S. Paratyphi BH: 1/180.
Laporan Kasus
DIAGNOSIS KERJA
Demam Typhoid
 
RENCANA PEMERIKSAAN PENUNJANG

Darah lengkap
widal

 
Laporan Kasus

PENATALAKSANAAN

Non medikamentosa:
Tirah baring
Diet makanan lunak yang mudah dicerna
Medikamentosa:
Inf Kaen 3B 10 tpm
Inj Ceftriakson 1 x 400 mg
Parasetamol drip 3x80 mg
Inj Ondansetron 3x1 mg
L-bio 2 x 1 sasch
Zink 1x 1cth
Laporan Kasus

PROGNOSIS
Quo ad vitam : Ad bonam
Quo ad functionam : Ad bonam
Quo ad sanationam : Dubia ad bonam
Laporan Kasus
•FOLLOW UP PASIEN   Keterangan
Tanggal 13 September 2018 S S : Demam (+), mencret (+) 2x, muntah (+) 1x
O O : KU: Tampak Sakit Sedang
Kesadaran : Composmentis
TD : 90/50 mmhg
HR : 136 x/menit normal, teratur
RR : 42 x/menit
Suhu : 38,4°C
SpO2 : 97%
Mata : CA(-/-), SI (-/-)
Mulut : Lidah Kotor (+)
THT : Pernapasan cuping hidung (-/-)
Pulmo : Bronkovesikuler (+/+), rh (-/-), wh (-/-), retraksi dada (-/-)
Cor : BJ I-II reguler, murmur (-) gallop (-)
Abdomen : Bising usus (+), nyeri tekan (+), turgor baik
Ekstremitas: akral hangat (+), edema (-), CRT <2 detik

A A:Demam tifoid
P P: Inf Kaen 3B 10 tpm
Inj Ceftriakson 1 x 400 mg
Parasetamol drip 3x80 mg
Inj Ondansetron 3x1 mg
L-bio 2 x 1 sasch
Zink 1x 1cth
Laporan Kasus
•FOLLOW UP PASIEN Keterangan
Tanggal 14 September 2018
S S : Demam (+), mencret (+) 1x, muntah (-)
O O: KU: Tampak Sakit Sedang
Kesadaran : Composmentis
TD : 100/60 mmhg
HR : 132 x/menit normal, teratur
RR : 40 x/menit
Suhu : 38,6°C
SpO2 : 97%
Mata : CA(-/-), SI (-/-)
Mulut : Lidah Kotor (+)
THT : Pernapasan cuping hidung (-/-)
Pulmo : Bronkovesikuler (+/+), rh (-/-), wh (-/-), retraksi dada (-/-)
Cor : BJ I-II reguler, murmur (-) gallop (-)
Abdomen : Bising usus (+), nyeri tekan (+), turgor baik
Ekstremitas: akral hangat (+), edema (-), CRT <2 detik

A A :Demam tifoid
P P: Inf Kaen 3B 10 tpm
Inj Ceftriakson 1 x 400 mg
Parasetamol drip 4x80 mg
L-bio 2 x 1 sasch
Zink 1x 1cth
Laporan Kasus
•FOLLOW UP PASIEN   Keterangan
Tanggal 15 September 2018 S S: Demam (+), mencret (-), muntah (-)
O O : KU: Tampak Sakit Sedang
Kesadaran : Composmentis
TD : 100/60 mmhg
HR : 134 x/menit normal, teratur
RR : 42 x/menit
Suhu : 37,9°C
SpO2 : 97%
Mata : CA(-/-), SI (-/-)
Mulut : Lidah Kotor (+)
THT : Pernapasan cuping hidung (-/-)
Pulmo : Bronkovesikuler (+/+), rh (-/-), wh (-/-), retraksi dada (-/-)
Cor : BJ I-II reguler, murmur (-) gallop (-)
Abdomen : Bising usus (+), nyeri tekan (+), turgor baik
Ekstremitas: akral hangat (+), edema (-), CRT <2 detik

A A :Demam tifoid
P P :Inf Kaen 3B 10 tpm
Inj Ceftriakson 1 x 400 mg
Parasetamol drip 4x80 mg
L-bio 2 x 1 sasch
Zink 1x 1cth
Laporan Kasus
•FOLLOW UP PASIEN
Tanggal 16 September 2018   Keterangan
S S: Demam (-), mencret (-), muntah (-)
O O : KU: Tampak Sakit Sedang
Kesadaran : Composmentis
TD : 100/60 mmhg
HR : 130 x/menit normal, teratur
RR : 42 x/menit
Suhu : 36,8°C
SpO2 : 99%
Mata : CA(-/-), SI (-/-)
Mulut : Lidah Kotor (+)
THT : Pernapasan cuping hidung (-/-)
Pulmo : Bronkovesikuler (+/+), rh (-/-), wh (-/-), retraksi dada (-/-)
Cor : BJ I-II reguler, murmur (-) gallop (-)
Abdomen : Bising usus (+), nyeri tekan (+), turgor baik
Ekstremitas: akral hangat (+), edema (-), CRT <2 detik

A A : Demam tifoid
P P : Inf Kaen 3B 10 tpm
Inj Ceftriakson 1 x 400 mg
L-bio 2 x 1 sasch
Zink 1x 1cth
Laporan Kasus
•FOLLOW UP PASIEN   Keterangan
S S : Demam (-), mencret (-), muntah (-)
Tanggal 17 September 2018
O O : KU: Tampak Sakit Sedang
Kesadaran : Composmentis
TD : 100/60 mmhg
HR : 130 x/menit normal, teratur
RR : 42 x/menit
Suhu : 36,6°C
SpO2 : 98%
Mata : CA(-/-), SI (-/-)
Mulut : Lidah Kotor (+)
THT : Pernapasan cuping hidung (-/-)
Pulmo : Bronkovesikuler (+/+), rh (-/-), wh (-/-), retraksi dada (-/-)
Cor : BJ I-II reguler, murmur (-) gallop (-)
Abdomen : Bising usus (+), nyeri tekan (+), turgor baik
Ekstremitas: akral hangat (+), edema (-), CRT <2 detik

A A : Demam tifoid
P P : BLPL
Inf Kaen 3B 10 tpm
Inj Ceftriakson 1 x 400 mg
Parasetamol drip 4x80 mg
L-bio 2 x 1 sasch
Zink 1x 1cth
PEMBAHASAN
DEMAM TIFOID
DEFINISI
Demam tifoid adalah penyakit infeksi sistemik bersifat akut yang disebabkan oleh Salmonella
typhi.

ETIOLOGI
Salmonella typhi yaitu bakteri gram negatif, mempunyai flagel, tidak berkapsul, tidak berbentuk
spora, dan fakultatif anaerob.

Soedarmo, Sumarmo S., dkk. 2008. Demam tifoid. Dalam : Buku ajar infeksi & pediatri tropis. Ed. 2. Jakarta : Badan
Penerbit IDAI.
EPIDEMIOLOGI
Secara keseluruhan, demam tifoid diperkirakan menyebabkan 21,6 juta kasus dengan 216.500
kematian pada tahun 2000. Insidens demam tifoid tinggi (>100 kasus per 100.000 populasi per
tahun. Di Indonesia, insidens demam tifoid banyak dijumpai pada populasi yang berusia 3-19
tahun. Selain itu, demam tifoid di Indonesia juga berkaitan dengan rumah tangga, yaitu adanya
anggota keluarga dengan riwayat terkena demam tifoid, tidak adanya sabun untuk mencuci
tangan, menggunakan piring yang sama untuk makan, dan tidak tersedianya tempat buang air
besar dalam rumah (Nelwan, 2012)

Soedarmo, Sumarmo S., dkk. 2008. Demam tifoid. Dalam : Buku ajar infeksi & pediatri tropis. Ed. 2. Jakarta : Badan
Penerbit IDAI.
PATOGENESIS
MANIFESTASI KLINIS

Masa inkubasi • Demam : demam lebih tinggi saat sore dan malam hari
Pada anak dibandingkan dengan pagi harinya.
biasanya 5-40 • nyeri kepala
hari, dengan • Malaise
rata rata 10 – • Anoreksia
14 hari • Nausea
• Mialgia
• nyeri perut dan radang tenggorokan.

Soedarmo, Sumarmo S., dkk. 2008. Demam tifoid. Dalam : Buku ajar infeksi & pediatri tropis. Ed. 2. Jakarta : Badan
Penerbit IDAI.
MANIFESTASI KLINIS

• Gejala gastrointestinal pada kasus demam tifoid sangat bervariasi :


diare,obstipasi, atau obstipasi kemudian disusul episode.
• Lidah tampak kotor dengan putih ditengah sedang tepi dan
ujungnya kemerahan
• Rose spot  ruam makulopapular berwarna merah ukuran 1 – 5
mm, pada abdomen, toraks, ekstremitas dan punggung pada orang
kulit putih
• bradikardi relatif (jarang dijumpai pada anak)
• dijumpai hepatomegali dan splenomegali.

Soedarmo, Sumarmo S., dkk. 2008. Demam tifoid. Dalam : Buku ajar infeksi & pediatri tropis. Ed. 2. Jakarta : Badan
Penerbit IDAI.
MANIFESTASI KLINIS

klinis berat :
• Pada saat demam sudah tinggi, pada kasus demam tifoid dapat
disertai dengan gejala sistem saraf pusat, seperti kesadaran
berkabut atau delirium atau obstundasi, atau penurunan kesadaran
mulai apatis sampai koma.
• Bahkan dapat juga dijumpai penderita demam tifoid yang datang
dengan syok hipovolemik, sebagai akibat kurang masukan cairan
dan makanan.

Soedarmo, Sumarmo S., dkk. 2008. Demam tifoid. Dalam : Buku ajar infeksi & pediatri tropis. Ed. 2. Jakarta : Badan
Penerbit IDAI.
DIAGNOSIS

Penunjang:
Klinis:
Pemeriksaan darah tepi
Demam
Serologis
gangguan saluran pencernaan
bakteriologis
gangguan kesadaran.

Soedarmo, Sumarmo S., dkk. 2008. Demam tifoid. Dalam : Buku ajar infeksi & pediatri tropis. Ed. 2. Jakarta : Badan
Penerbit IDAI.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
DIAGNOSTIK
Pemeriksaan darah tepi
 Anemia ringan – berat
 Leukositosis
 Limfositosis
 Trombositopenia

Rekomendasi IDAI mengenai Pemeriksaan Penunjang Diagnostik Demam Tifoid. 2016. Diakses dari
http://spesialis1.ika.fk.unair.ac.id/wp-content/uploads/2017/03/TI16_Demam-tifoid-Q.pdf pada tanggal 27 Juli 2018.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
DIAGNOSTIK

Uji Widal

Tes Tubex ELISA

Rekomendasi IDAI mengenai Pemeriksaan Penunjang Diagnostik Demam Tifoid. 2016. Diakses dari
http://spesialis1.ika.fk.unair.ac.id/wp-content/uploads/2017/03/TI16_Demam-tifoid-Q.pdf pada tanggal 27 Juli 2018.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
DIAGNOSTIK
Bakteriologis dengan isolasi dan biakan kuman

Diagnosis pasti demam tifoid dapat ditegakkan bila ditemukan bakteri S. typhi
dalam biakan dari darah, urine, feses, sumsum tulang, cairan duodenum atau dari
rose spots

Spesifisitasnya tinggi, sensitivitas rendah, lamanya waktu yang dibutuhkan (5-7


hari) serta peralatan yang lebih canggih untuk identifikasi bakteri.

Rekomendasi IDAI mengenai Pemeriksaan Penunjang Diagnostik Demam Tifoid. 2016. Diakses dari
http://spesialis1.ika.fk.unair.ac.id/wp-content/uploads/2017/03/TI16_Demam-tifoid-Q.pdf pada tanggal 27 Juli 2018.
DIAGNOSIS BANDING

• Influenza
• Gastroenteritis
• bronkitis dan bronkopneumonia.
• Beberapa penyakit yang disebabkan oleh mikroorganisme intraseluler seperti
:Tuberkulosis infeksi jamur sistemik, bruselosis, tularemia, shigelosis dan malaria juga
perlu dipikirkan.
• demam tifoid yang berat, sepsis, leukimia, limfoma dan penyakit hodgkin dapat sebagai
dignosis banding.1

Soedarmo, Sumarmo S., dkk. 2008. Demam tifoid. Dalam : Buku ajar infeksi & pediatri tropis. Ed. 2. Jakarta : Badan
Penerbit IDAI.
TATALAKSANA

Nutrisi:
TKTP rendah serat
Tirah Baring
Diet cair, bubur lunak,
tim, dan nasi biasa
Non Medikamentosa:

Cairan Kompres Hangat

Soedarmo, Sumarmo S., dkk. 2008. Demam tifoid. Dalam : Buku ajar infeksi & pediatri tropis. Ed. 2. Jakarta : Badan
Penerbit IDAI.
TATALAKSANA
Medikamentosa:

Simptomatik Antibiotik
Antipiretik: Cotrimoxazole Sefalosporin gen.III
Paracetamol (10 Chloramphenicol (Trimetoprim : Ceftriaxone
mg/kg/kali 50-100 mg/kg/hari Sulfametoxazole = Ampicillin dan
peroral) dibagi menjadi 4 dosis 1:5) Amoxicillin Dosis 100 mg/kg/hari
IVdibagi dalam 1-2
IV cukup 50 Dosis Trimetoprim 10 Dosis 100-200
dosis (5-7hari)
mg/kg/hari mg/kg/hari dan mg/kg/hari dibagi
Sulfametoxzazole 50 menjadi 4 dosis Cefotaxim
Selama 10-14 hari
atau sampai 7 hari mg/kg/hari dibagi (2 minggu) Dosis150-200
setelah demam↓ dalam 2 dosis. mg/kg/hari IV dibagi
(2 minggu) dalam 3-4 dosis.
Cefixime
Dosis10-15 mg/kg/hari
Soedarmo, Sumarmo S., dkk. 2008. Demam tifoid. Dalam : Buku ajar infeksi & pediatri tropis. Ed. 2. Jakarta : Badan peroral (10 hari)
Penerbit IDAI.
KOMPLIKASI

Pada Usus Halus Diluar Usus Halus


• Perdarahan usus • Bronkitis dan bronkopneumonia
• Perforasi usus • Kolesistitis
• Peritonitis • Typhoid ensefalopati
• Meningitis
• Miokarditis
• ISK
• Karier kronik

Soedarmo, Sumarmo S., dkk. 2008. Demam tifoid. Dalam : Buku ajar infeksi & pediatri tropis. Ed. 2. Jakarta : Badan
Penerbit IDAI.
PROGNOSIS

• Tergantung ketepatan terapi, usia, keadaan kesehatan


sebelumnya, dan ada tidaknya komplikasi.
• Di negara maju, dengan terapi antibiotik yang adekuat, angka
mortalitas <1%.
• Di negara berkembang, angka mortalitasnya >10%, biasanya
karena keterlambatan diagnosis, perawatan, dan pengobatan.

Soedarmo, Sumarmo S., dkk. 2008. Demam tifoid. Dalam : Buku ajar infeksi & pediatri tropis. Ed. 2. Jakarta : Badan
Penerbit IDAI.
PENCEGAHAN
1. Strategi pencegahan yang dipakai
• untuk selalu menyediakan makanan dan minuman yang tidak terkontaminasi,
• higiene perorangan terutama menyangkut kebersihan tangan dan lingkungan,
• sanitasi yang baik, dan tersedianya air bersih sehari-hari.

2. Vaksin vaksin yang sudah ada yaitu:


• Vaksin Vi Polysaccharide
• Vaksin Ty21a
• Vaksin Vi-conjugate

Soedarmo, Sumarmo S., dkk. 2008. Demam tifoid. Dalam : Buku ajar infeksi & pediatri tropis. Ed. 2. Jakarta : Badan
Penerbit IDAI.
DEMAM

Definisi
Demam atau pireksia merupakan kata yang diambil dari bahasa yunani yang berarti api (pyro).
Demam merupakan suatu keadaan peningkatan suhu diatas normal yang disebabkan
perubahan pada pusat pengaturan suhu tubuh.
Suhu normal tubuh berbeda tergantung dari daerah pengukuran. Batasan normal suhu tubuh
antara lain sebagai berikut :
1. Temperatur oral berkisar antara 33,2 – 38,20 C
2. Temperatur rektal berkisar antara 34,4 – 37,80 C
3. Temperatur aksila berkisar antara 35,5 – 37,50 C
4. Temperatur membran timpani berkisar pada 35,4 – 37,80 C
DEMAM

Etiologi
disebabkan oleh suatu substansi yang dinamakan pirogen, yaitu substansi atau zat
yang dapat memicu demam. Pirogen terbagi menjadi pirogen endogen dan pirogen
eksogen.
Eksogen :
Endogen : 1. Pirogen mikrobial
interleukin-1 (α dan β), Bakteri gram positif
interleukin-6, dan tumor Bakteri gram negatif
nekrosis faktor-α. Virus
interleukin-8, tumor Jamur
nekrosis faktor-β, 2. Pirogen Non mikrobial
protein inflamatorik Fagositosis
makrofag, dan Kompleks antigen antibodi
interferon
DEMAM

Patofisiologi

Pirogen PGE2 HIPOTALAMUS


DEMAM

Fase Demam
1. Stadium inkrementi
2. Stadium fastigium
3. Stadium dekrementi
DEMAM

Jenis dan Tipe Demam


1. Demam kontinyu
Merupakan demam yang terus-menerus tinggi dan
memiliki toleransi fluktuasi yang tidak lebih dari 1º C.
DEMAM

Jenis dan Tipe Demam


2. Demam intermiten
Demam yang peningkatan suhunya terjadi pada waktu
tertentu dan kemudian kembali ke suhu normal,
kemudian meningkat kembali. Siklus tersebut berulang-
ulang hingga akhirnya demam teratasi, dengan variasi
suhu diurnal > 1º C
DEMAM

Jenis dan Tipe Demam


3. Demam remiten
Demam terus menerus, terkadang turun namun tidak
pernah mencapai suhu normal, fluktuasi suhu yang terjadi
lebih dari 10 C.
DEMAM

Jenis dan Tipe Demam


4. Demam quotidian
Demam dengan periodisitas siklus setiap 24 jam.
DEMAM

Jenis dan Tipe Demam


5. Demam tertian
Demam dengan periodisitas siklus setiap 48 jam, khas
pada malaria tertiana (Plasmodium vivax)
DEMAM

Jenis dan Tipe Demam


6.Demam quartan
Demam dengan periodisitas siklus setiap 72 jam
DEMAM

Jenis dan Tipe Demam


7.Demam quartan
Demam dengan periodisitas siklus setiap 72 jam
DEMAM

Jenis dan Tipe Demam 7. Demam berjenjang (step ladder fever)


Demam yang naik secara perlahan setiap harinya,
kemudian bertahan suhu selama beberapa hari, hingga
akhirnya turun mencapai suhu normal kembali.
DEMAM

Jenis dan Tipe Demam 8. Demam bifasik (pelana kuda)


Demam yang tinggi dalam beberapa hari kemudian
disusul oleh penurunan suhu, kurang lebih satu sampai
dua hari, kemudian timbul demam tinggi kembali.
DIAGNOSIS BANDING KASUS
DEMAM

Penyebab demam adakalanya sulit ditemukan, sehingga tidak jarang pasien sembuh
tanpa diketahui penyebab penyakitnya.
Untuk kepentingan diagnosis, demam dapat diklasifikasikan menurut WHO menjadi 3
kelompok, yaitu:
1. Demam kurang dari 7 hari
2. Demam lebih dari 7 hari
3. Demam dengan ruam
DEMAM YANG TERJADI KURANG DARI 7 HARI

1. Demam tanpa disertai


tanda lokal

Diagnosis demam Keadaan


Infeksi virus dengue : demam • Demam atau riwayat demam
dengue, demam berdarah dengue, mendadak tinggi selama 2-7 hari
dan sindrom syok dengue • Manifestasi perdarahan (sekurang-
kurangnya uji bending positif
• Pembesaran hati
• Tanda-tanda gangguan sirkulasi
• Peningkatan nilai hematokrit,
trombositopenia, dan leucopenia
• Ada riwayat keluarga atau tetangga
sekitar menderita atau tersangka
demam berdarah
DEMAM YANG TERJADI KURANG DARI 7 HARI

1. Demam tanpa disertai


tanda lokal

Diagnosis demam Keadaan


Malaria • Demam tinggi khas bersifat
intermitten
• Demam terus menerus
• Menggigil, nyeri kepala, berkeringat,
dan nyeri otot
• Anemia
• Hepatomegali, splenomegali
• Hasil apus darah positif (plasmodium)
DEMAM YANG TERJADI KURANG DARI 7 HARI

1. Demam tanpa disertai


tanda lokal

Diagnosis demam Keadaan


Infeksi saluran kemih • Demam terutama di bawah umur
dua tahun
• Nyeri ketika berkemih
• Berkemih lebih sering dari
biasanya
• Mengompol (di atas usia 3 tahun)
• Ketidakmampuan untuk menahan
kemih pada anak yang
sebelumnya bias dilakukannya
• Nyeri ketuk CVA atau nyer tekan
suprapubik
• Hasil urinalisis menunjukan
proteinuria, leukosituria (>5/lpb)
dan hematuria (>5/lpb)
DEMAM YANG TERJADI KURANG DARI 7 HARI

1. Demam tanpa disertai


tanda lokal

Diagnosis demam Keadaan


Sepsis • Terlihat jelas sakit berat dan
kondisi serius tanpa penyebab
yang jelas
• Hipo atau hipertermia
• Takikardia, takipneu
• Gangguan sirkulasi
• Leukositosis atau leukopeni
DEMAM YANG TERJADI KURANG DARI 7 HARI

1. Demam tanpa disertai


tanda lokal

Diagnosis demam Keadaan


Demam yang berhubungan Tanda infeksi HIV
dengan infeksi HIV
DEMAM YANG TERJADI KURANG DARI 7 HARI

2. Demam disertai tanda lokal

Diagnosis demam Keadaan


Infeksi virus saluran • Gejala batuk/pilek, nyeri nelan
pernapasan bagian atas • Tanda peradangan di saluran
nafas atas
• Tidak terdapat gangguan sistemik
DEMAM YANG TERJADI KURANG DARI 7 HARI

2. Demam disertai tanda lokal

Diagnosis demam Keadaan


Otitis media • Nyeri telinga
• Otoskopi tampak membrane
timpani hyperemia (ringan-berat),
cembung keluar ( desakan
cairan/mukopus), perforasi
• Riwayat otorea < 2 minggu
DEMAM YANG TERJADI KURANG DARI 7 HARI

2. Demam disertai tanda lokal

Diagnosis demam Keadaan


Sinusitis • Pada saat palpasi wajah ada tanda
radang pada daerah sinus yang
terserang
• Cairan hidung yang berbau
DEMAM YANG TERJADI KURANG DARI 7 HARI

2. Demam disertai tanda lokal

Diagnosis demam Keadaan


Mastoiditis • Benjolan lunak dan nyeri di daerah
mastoid
• Radang setempat
DEMAM YANG TERJADI KURANG DARI 7 HARI

2. Demam disertai tanda lokal

Diagnosis demam Keadaan


Abses tenggorokan • Nyeri tenggorokan pada anak
yang lebih besar
• Kesulitan menelan/mendorong
masuk air liur
• Teraba nodus servikal
DEMAM YANG TERJADI KURANG DARI 7 HARI

2. Demam disertai tanda lokal

Diagnosis demam Keadaan


Meningitis • Kejang, kesadaran menurun, nyeri
kepala, muntah
• Kuduk kaku
• Ubun-ubun cembung
• Pungsi lumbal positif
DEMAM YANG TERJADI KURANG DARI 7 HARI

2. Demam disertai tanda lokal

Diagnosis demam Keadaan


Demam rematik akut • Panas pada sendi, nyeri, dan
bengkak
• Karditis, eritema marginatum,
nodul subkutan
• Peningkatan LED dan kada ASTO
DEMAM YANG TERJADI LEBIH DARI 7 HARI

Diagnosis demam Keadaan


Demam tifoid • Terlihat jelas sakit dan kondisi
serius tanpa sebab yang jelas
• Nyeri perut, kembung, mual,
muntah, diare, konstipasi
• Delirium
DEMAM YANG TERJADI LEBIH DARI 7 HARI

Diagnosis demam Keadaan


TB milier • Demam tinggi
• Berat badan turun
• Anoreksia
• Pembesaran hati dan/atau limpa
• Batuk
• Tes tuberculin dapat positif atau
negative
• Riwayat TB dalam keluarga
• Pola milier yang halus pada foto
polos dada
DEMAM YANG TERJADI LEBIH DARI 7 HARI

Diagnosis demam Keadaan


Leptospirosis • Nyeri difrontal
• Myalgia
• Perdarahan gusi/epistaksis
• Ikterik konjungtiva
• Uji serologi meningkat 4x dari
antibody spesimen
DEMAM YANG TERJADI LEBIH DARI 7 HARI

Diagnosis demam Keadaan


Endokarditis infektif • Berat badan turun
• Pucat
• Jari tabuh
• Bising jantung
• Pembesaran limpa
• Petekie
• Splinter haemorrhages pada nail
beds
• Hematuri mikroskopis
DEMAM YANG TERJADI LEBIH DARI 7 HARI

Diagnosis demam Keadaan


Leukemia • Anoreksia
• Nyeri tulang dan sendi
• Anemia
• Perdarahan
• Retikulositpoenia
• Leukositosis, trombositopenia
• Anemia normositik normokrom
• organomegali
DEMAM DENGAN RUAM

Diagnosis demam Keadaan

Campak • Ruam yang khas


• Batuk, hidung berair, mata merah
• Luka dimulut
• Kornea keruh
• Baru saja terpajan kasus campak
• Tidak memiliki catatan sudah
diimunisasi campak
DEMAM DENGAN RUAM

Diagnosis demam Keadaan

Campak jerman (rubella) • Ruam yang khas


• Pembesaran kelenjar getah
bening postaurikular, suboksipital,
dan coli posterior
DEMAM DENGAN RUAM

Diagnosis demam Keadaan

Eksantema subitum • Terutama pada bayi (6-18 bulan)


• Ruam muncul setelah suhu turun
DEMAM DENGAN RUAM

Diagnosis demam Keadaan

Demam scarlet (infeksi • Demam tinggi, tampak sakit berat


Streptokokus beta- • Ruam merah kasar seluruh tubuh,
hemolitikus grup A) biasanya didahului di daerah
lipatan (leher, ketiak, dan lipat
inguinal)
• Peradangan hebat pada
tenggorokan dan kelainan pada
lidah (strawberry tongue)
• Pada penyembuhan terdapat kulit
bersisik
DEMAM DENGAN RUAM

Diagnosis demam Keadaan

Infeksi virus lainnya Gangguan sistemik ringan


(chikungunya, enterovirus) Ruam non spesifik

Demam berdarah dengue Sama seperti diatas.


TERIMA KASIH
DAFTAR PUSTAKA
Karyanti, Mulya Rahma. 2012. Pemeriksaan Diagnostik Terkini Demam Tifoid hal.1-8. Jakarta: Departemen Ilmu
Kesehatan Anak RSCM/FKUI.
Nelson 2011. Ilmu Kesehatan Anak Esensial edisi ke-6, hal 17-19, hal 41-43. Sauders, Singapura.
Nelwan, RHH. 2012. Tatalaksana Terkini Demam Tifoid vol.39, no.2, hal. 247-250. Jakarta: Divisi Penyakit Tropik
dan Infeksi, Departemen Ilmu Penyakit Dalam RSCM/FKUI. Diunduh dari
www.kalbemed.com/.../05_192CME_1%20Tata%20Laksana%20Terkini%20Demam... diakses dari pada tanggal 17
Juli 2018.
Prayitno, Ari. 2012. Pilihan Antibioti untuk Demam Tifoid hal 9-15. Jakarta: Departemen Ilmu Kesehatan Anak
RSCM/FKUI.
Soedarmo, Sumarmo S., dkk. 2008. Demam tifoid. Dalam : Buku ajar infeksi & pediatri tropis. Ed. 2. Jakarta :
Badan Penerbit IDAI.

Anda mungkin juga menyukai