Anda di halaman 1dari 53

Genetika II

Oleh:
Juliyatin Putri Utami, S.Si.,M.Biomed
Genetika
• Genetika adalah ilmu yang mempelajari
pewarisan sifat dari induk kepada
keturunannya.
• Gregor Johann mendel (1822-1884), seorang
biarawan di sebuah biara di Brunn, Austria
menyilangkan kacang ercis atau kacang kapri
(Pisum sativum), kemudian hasil persilangan
ditanam dan diamati, Mendel melakukannya
selama 12 tahun.
• Secara tidak sadar manusia sudah ribuan tahun lampau
melakukan praktek-praktek hereditas, yaitu penurunan
sifat dari induk kepada turunannya, tetapi pada waktu itu
belum ada penjelasan secara ilmiah mengenai cara-cara
pewarisan sifat dari induk kepada turunannya.
• G.J. Mendel melakukan percobaan penyilangan pada
kacang ercis / kacang kapri.
• Tahun 1966, G.J. Mendel menyampaikan hasil penelitian
tentang kacang ercis, yang memiliki beberapa sifat
dominan dan resesif seperti batang tinggi, batang
rendah, kulit buah licin, kulit buah mengkerut, bunga
warna ungu dan bunga warna putih. Hasil penelitian
tersebut mendorong ilmuwan untuk meneliti pewarisan
sifat makhluk hidup.
Tujuan dari percobaan ini adalah untuk
menjawab sebuah pertanyaan dasar "apakah
karakter dari individu berasal dari salah satu
orang tuanya atau merupakan campuran kedua
orang tuanya?"
• Mendel menyilangkan dua ercis galur mumi
(homozigot) dengan karaktersitik yang berbeda
yaitu satu berbiji kuning dan lainnya berbiji
hijau.
• Kedua induk galur murni ini dikenal dengan
istilah generasi parental (P). Seluruh keturunan
dari hasil persilangan tersebut, dikenal dengan
filiall (Fl) memiliki biji bulat.
• Fenotip Fl menunjukkan seolah-olah sifat dari
individu hanya berasal dari salah satu induknya
saja.
Pewarisan Sifat
• Pewarisan sifat atau yang dikenal dengan
Hereditas merupakan suatu pewarisan sifat dari
induk kepada keturunannya.
• Ilmu yang mempelajari tentang pewarisan sifat
disebut dengan genetika.
• Pewarisan sifat itu dapat ditentukan oleh
kromosom dan gen.
• Mekanisme pewarisan sifat mengikuti aturan-
aturan tertentu yang disebut pola-pola hereditas.
Teori Mendel
• Teori Mendel sangat penting dan menjadi dasar dalam
memahami genetika
• Mendel memilih tanaman kacang ercis dengan beberapa alasan :
• Memiliki banyak varietas dengan pasangan sifat yang kontras,
yaitu panjang batang tinggi dan pendek, letak bunga diketiak
batang dan diujung batang, bentuk polong menggembung halus
dan kriput, warna polong hijau dan kuning, warna bunga ungu
dan putih, bentuk biji bulat dan keriput, warna biji hijau dan
kuning, Dapat melakukan penyerbukan sendiri (autogami).
Mudah melakukan perkawinan silang. Cepat menghasilkan biji.
Menghasilkan banyak keturunan.
Secara garis besar, hukum ini mencakup tiga pokok:
• Gen memiliki bentuk-bentuk alternatif yang mengatur variasi pada
karakter turunannya. Ini adalah konsep mengenai dua macam alel;
alel resesif (tidak selalu nampak dari luar, dinyatakan dengan huruf
kecil, misalnya w dalam gambar di sebelah), dan alel dominan
(nampak dari luar, dinyatakan dengan huruf besar, misalnya R).
• Setiap individu membawa sepasang gen, satu dari tetua jantan
(misalnya ww dalam gambar di sebelah) dan satu dari tetua betina
(misalnya RR dalam gambar di bawah ini).
• Jika sepasang gen ini merupakan dua alel yang berbeda, alel dominan
akan selalu terekspresikan (nampak secara visual dari luar). Alel
resesif yang tidak selalu terekspresikan, tetap akan diwariskan pada
gamet yang dibentuk pada turunannya.
Hukum Mendel I
• Hukum Mendel I dikenal juga dengan Hukum
Segregasi menyatakan: ‘pada pembentukan
gamet kedua gen yang merupakan pasangan
akan dipisahkan dalam dua sel anak’.
• Hukum ini berlaku untuk persilangan
monohibrid (persilangan dengan satu sifat
beda).
• Rasio F2 3:1
Hukum Mendel II
• Setiap individu memiliki puluhan bahkan ratusan karakter
yang berbeda. Pertanyaannya adalah "apakah pewarisan
satu karakter dipengaruhi oleh karakter lainnya?". Untuk
menjawab hal tersebut Mendel menyilang­kan dua galur
murni dengan dua karakter berbeda (dihibrid) yaitu ercis
Biji bulat berwarna kuning dengan ercis biji kisut
berwarna hijau
• Seluruh keturunan F1 menghasilkan biji bulat berwarna
kuning. Persilangan sesama F1 menghasilkan keturunan
F2 bulat kuning, bulat hijau, kisut ku­ning dan kisut hijau
dengan perbandingan 9:3:3:1.
• Hukum Mendel II disebut juga Hukum Asortasi atau hukum
berpasangan secara bebas (The Mendelian law of independent
assortment). Menurut hukum ini, setiap gen/sifat dapat
berpasangan secara bebas dengan gen/sifat lain, yang tidak
sealel pada waktu pembentukan gamet.
• Hukum Mendel II dapat dijelaskan dengan persilangan dihibrid
yaitu penyilangan dengan dua sifat beda.
• Mendel dalam percobaannya menggunakan kacang ercis galur
murni yang mempunyai biji bulat (B) warna kuning ( K) dengan
galur murni yang mempunyai biji keriput (b) warna hijau (k).
Karena biji bulat dan warna kuning dominan terhadap biji
keriput dan warna hijau, maka F1 seluruhnya berupa kacang
ercis berbiji bulat dan warna kuning. Biji-biji F1 ini kemudian
ditanam kembali dan dilakukan penyerbukan sesamanya untuk
memperoleh F2.
Kemungkinan terjadi kombinasi F2 sebagai berikut.
• Individu yang mengandung B memiliki biji bulat dan
individu yang mengandung K memiliki biji warna kuning,
• Fenotip pada F2 adalah : 1. bulat – kuning = nomor : 1 , 2,
3, 4, 5, 7, 9, 10, 13 2.
bulat – hijau = nomor : 6, 8, 14 3.
keriput – kuning = nomor : 11, 12, 15 4.
keriput – hijau = nomor : 16
Perbandingan Fenotip F2 adalah :
bulat , kuning : bulat , hijau : keriput ,kuning : keriput , hijau
= 9 : 3 : 3 : 1 
Kemungkinan macam genotip dan fenotip pada dihibrid F2
seperti pada tabel : 

Perbandingan Genotip nya :


BBKK : BBKk : BbKK : BbKk : BBkk : Bbkk : bbKK : bbKk : bbkk = 1 :
2 : 2 : 4 : 1 : 2 : 1 : 2 :1
Jumlah Macam Gamet, Rasio Fenotip dan Rasio Genotip pada F2

• Menghitung jumlah macam gamet Jumlah gamet yang dihasilkan


oleh individu dapat dihitung dengan rumus 2ndengan n adalah
jumlah pasangan alel heterozigot yang bebas memisah atau
dengan diagram garpu.
Contoh :
• Rumus 2n Individu bergenotip BbKk memiliki gamet BK, Bk, bK, bk.
Jika dengan rumus maka jumlah gamet adalah 2n, yaitu 22= 4
macam. BbKk (fenotip :bulat,kuning) - memiliki 2 sifat beda yaitu
bulat dan kuning sehingga jumlah gamet dapat ditentukan dengan
rumus 2nn ( n = jumlah sifat beda )= 22 yaitu 4 macam gamet.
• Diagram garpu (Bracket) Jumlah gamet yang dibentuk dapat
ditentukan dengan diagram garpu (Bracket) sebagai berikut :
ATAVISME
(Interaksi Beberapa Pasang Alela)
Atavisme adalah interaksi antar gen yang
menghasilkan filia atau keturunan dengan
fenotip yang berbeda dari induknya. Contoh
atavisme dapat kamu temukan pada kasus
jengger ayam.
KRIPTOMERI

• Kriptomeri adalah peristiwa tersembunyinya gen dominan


jika tidak berpasangan dengan gen dominan lainnya. Jadi,
jika gen dominan tersebut berdiri sendiri, maka sifatnya
akan tersembunyi (kriptos). Contoh kasus kriptomeri
terdapat pada persilangan bunga Linaria maroccana.
Bunga Linaria maroccana memiliki 4 gen, yaitu:
A = terbentuk pigmen antosianin
a = tidak terbentuk pigmen antosianin
B = protoplasma basa
b = protoplasma asam
POLIMERI
Polimeri adalah interaksi antar gen yang bersifat
kumulatif (saling menambah). Jadi, gen-gen
tersebut saling berinteraksi untuk
mempengaruhi dan menghasilkan keturunan
yang sama.
Contohnya adalah gandum berbiji merah yang
memiliki dua gen yaitu M1 dan M2, sehingga
apabila kedua gen tersebut bertemu maka
ekspresi warna akan semakin kuat.
KOMPLEMENTER

Komplementer adalah interaksi antar gen dominan dengan


sifat yang berbeda yang saling melengkapi, sehingga
memunculkan fenotip tertentu. Apabila salah satu gen tidak
muncul, maka sifat yang dimaksud pun tidak akan muncul.
Contoh komplementer dapat ditemukan pada kasus
persilangan bunga Lathyrus odoratus yang terdiri dari gen:
C = membentuk pigmen warna
c = tidak membentuk pigmen warna
P = membentuk enzim pengaktif
p = tidak membentuk enzim pengaktif 
EPISTASIS-HIPOSTASIS
• Epistasis-hipostasis merupakan peristiwa
ketika gen yang bersifat dominan akan
menutupi pengaruh gen dominan lain yang
bukan alelnya.
• Gen yang menutupi disebut epistasis,
sedangkan gen yang ditutupi disebut
hipostasis. Contoh kasus epistasis dan
hipostasis dapat ditemukan pada persilangan
labu.
Danke!

Anda mungkin juga menyukai