Anda di halaman 1dari 22

KOMUNIKASI PADA LANSIA

OLEH
ROHANAH S.Pd.M.KM
WHO mengelompokkan usia lanjut
menjadi 4
1. Middle age : 45-59 tahun.
2. Elderly : 60-70 tahun.
3. Old : 75-90 tahun
4. (very old) : usia diatas 90 tahun
Perubahan fisik yang terjadi pada lansia
meliputi : sistem neurologis dan sensorik,
perubahan visual, perubahan
pendengaran, sehingga
menghambat proses penerimaan dan
interpretasi terhadap maksud
komunikasi.
Perubahan ini juga menyebabkan klien lansia
mengalami kesulitan dalam berkomunikasi.
Belum lagi perubahan kognitif yang
berpengaruh pada tingkat intelegensia,
kemampuan belajar, daya memori dan
motivasi klien. 
Perubahan emosi yang sering nampak adalah
berupa reaksi penolakan terhadap kondisi
yang terjadi. Gejala-gejala penolakan misalnya
- tidak percaya terhadap keterangan yang
diberikan petugas kesehatan
- mengubah keterangan yang diberikan
sedemikian rupa, sehingga diterima keliru
- menolak membicarakan perawatannya di
rumah sakit
- menolak ikut serta dalam perawatan dirinya
secara umum, khususnya tindakan yang
langsung mengikutsertakan dirinya.
- menolak nasehat-nasehat misalnya, istirahat
baring, berganti posisi tidur, terutama bila
nasehat tersebut demi kenyamanan klien.
•  
Pendekatan Perawatan Lansia dalam Konteks
Komunikasi
1. Pendekatan fisik
kondisi kesehatan, kebutuhan, kejadian yang
dialami, perubahan fisik organ tubuh, tingkat
kesehatan, penyakit yang bisa dicegah
progresifitasnya.
• Pendekatan psikologis
perawat berperan sebagai
- konselor, advokat, suporter, interpreter
terhadap segala sesuatu yang asing atau
sebagai penampung masalah-masalah rahasia
yang pribadi dan sebagai sahabat yang akrab
bagi klien. 
• Pendekatan sosial
• Pendekatan ini dilaksanakan untuk
meningkatkan keterampilan berinteraksi
dengan lingkungan. Mengadakan diskusi, tukar
pikiran, bercerita, bermain, atau mengadakan
kegiatan-kegiatan kelompok merupakan
implementasi dari pendekatan ini agar klien
dapat berinteraksi dengan sesama lansia
maupun  dengan petugas kesehatan
Pendekatan spiritual
Perawat harus bisa memberikan kepuasan
batin dalam hubungannya dengan Tuhan atau
agama yang dianutnya terutama bagi klien
dalam keadaan sakit atau mendekati
kematian. Pendekatan ini cukup efektif
terutama bagi klien yang mempunyai
kesadaran yang tinggi dan latar belakang
keagamaan yang baik. 
Teknik Komunikasi pada Lansia
1.Tehnik Asertif
Asertif adalah sikap yang dapat menerima,
memahami pasangan bicara de
ngan menunjukkan sikap peduli, sabar
mendengarkan dan memperhatikan ketika
pasangan bicara agar maksud komunikasi atau
pembicaraan dapat dimengerti.
2. Responsif
Sikap petugas terhadap perubahan sekecil
apapun misalnya dengan mengajukan
pertanyaan, "Apa yang sedang Bapak/Ibu
pikirkan saat ini ? Apa yang bisa saya bantu ?".
Berespon berarti bersikap aktif, tidak
menunggu bantuan dari klien. Sikap aktif dari
petugas kesehatan ini akan menciptakan
perasaan tenang bagi klien. 
•  
3Fokus
Sikap ini merupakan upaya perawat untuk
tetap konsisten terhadap materi komunikasi
yang diinginkan , perawat hendaknya
mengarahkan maksud pembicaraan. Upaya ini
perlu diperhatikan karena umumnya klien
lansia senang menceritakan yang mungkin
tidak relevan untuk kepentingan petugas
kesehatan
•  
4. Suportif
• Ungkapan-ungkapan yang bisa memberi
motivasi, meningkatkan kepercayaan diri klien
tanpa terkesan menggurui atau mengajari
misalnya : "Saya yakin Bapak/Ibu lebih
berpengalaman dari saya, untuk itu kami yakin
Bapak/Ibu mampu melaksanakan....dan bila
diperlukan kami siap membantu". 
5. Klarifikasi
Klarifikasi dengan cara mengajukan penjelasan
lebih dari satu kali perlu dilakukan oleh
perawat agar maksud pembicaraan kita dapat
diterima dan dipersepsikan sama oleh klien.
"Bapak/Ibu bisa menerima apa yang saya
sampaikan tadi ? bisa minta tolong Bapak/Ibu
untuk menjelaskan kembali apa yang saya
sampaikan tadi?" 
6. Sabar dan Ikhlas
Perilaku lansia seperti anak kecil dan
emosinal bila tidak disikapi dengan sabar dan
ikhlas dapat menimbulkan perasaan jengkel
bagi perawat sehingga komunikasi yang
dilakukan tidak terpeutik, solutif, namun dapat
berakibat komunikasi berlangsung emosional
dan menimbulkan kerusakan hubungan antara
klien dengan petugas kesehatan.
•  
Hambatan komunikasi pada lansia
1. Agresif
- mendominasi orang lain (lawanbicara)
- meremehkan orang lain
- mempertahankan haknya dengan menyerang
orang lain
- menonjolkan diri sendiri
- mempermalukan orang lain di depan umum, baik
dengan perkataan maupun tindakan
•  
2. Tidak asertif
Tanda-tanda dari sikap non asertif ini adalah  :
- menarik diri bila diajak berbicara
- rendah diri
- merasa tidak berdaya
- tidak berani mengungkapkan keyakinan
- membiarkan orang lain membuat keputusan
untuk dirinya
- tampil diam atau pasif
- mengikuti kehendak orang lain
- mengorbankan kepentingan dirinya untuk
menjaga ghubungan baik dengan orang lain
tips-tips tertentu yang perlu diperhatikan agar
komunikasi dapat berlangsung efektif,
- selalu mulai komunikasi dengan mengecek
fungsi pendengaran klien
- keraskan suara anda jika perlu
- dapatkan perhatian klien sebelum
berbicara.
- Pandanglah dia sehingga dia dapat melihat
mulut anda
- atur lingkungan (suara bising, pencahayaan
cukup)
- memfasilitasi klien untuk mengungkapkan
perasaan dan pemahamannya.
- berbicara dengan pelan dan jelas saat menatap
matanya,
- gunakan kalimat pendek dengan bahasa yang
sederhana.
• Gunakan bahasa isyarat
• Gunakan bahasa tubuh
• berilah klien waktu k untuk bertanya dan
• biarkan dia membuat kesalahan, jangan
menegurnya secara langsung, tahan keinginan
anda untuk menyelesaikan kalimat
• jadilah pendengar yang baik
• arahkan kesuatu topik
• jika mungkin ikutkan keluarga dealam
komunikasi. 

Anda mungkin juga menyukai