Anda di halaman 1dari 35

 

 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
LAPORAN KASUS KEPANITERAAN KLINIK
ILMU KESEHATAN ANAK
KEJANG DEMAM

Pembimbing:
dr. Herwanto,Sp.A
 
Oleh:
Hartomas Bumiharjo
406181027

KEPANITERAAN ILMU KESEHATAN ANAK


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TARUMANAGARA
RUMAH SAKIT SUMBER WARAS
1
PERIODE 11 Maret 2019 – 19 Mei 2019
IDENTITAS PASIEN
Nama : AKA

TTL: Jakarta, 1 Juni 2015 Jenis Kelamin : Perempuan

Usia: 3 tahun 9 bulan

Pendidikan: belum sekolah Agama : Islam

Alamat : Jl. Petojo no. 19 RT 05/06 Tanggal Masuk RS : 19 Maret 2019

Tanggal Pemeriksaan : 19 Maret 2019 No RM : 663983


Anamnesis dilakukan secara alloanamnesis pada ibu pasien pada tanggal 19 Maret 2019 jam
10:00 WIB

Keluhan Utama: Kejang 1x 1hari SMRS

Riwayat penyakit sekarang:

• Pasien datang dari IGD dengan keluhan kejang demam. Kejang terjadi saat di rumah. Kejang
terjadi kira-kira pukul 04.00 WIB (4 jam SMRS). Kejang terjadi kurang lebih selama 5 menit.
Saat kejang mata pasien mendelik ke atas. Kejang terjadi seluruh tubuh dengan manifestasi
kaku. Setelah kejang pasien langsung menangis. Sebelum kejang, pasien memang ada
demam. Demam sudah 1 hari. Sudah diberi obat penurun panas namun sempat turun lalu
naik lagi. Saat diukur di rumah, demam terukur 39.60C. Selama demam pasien merasa
lemas dan males beraktivitas.
Keluhan Tambahan
Muntah sejak 1 hari yang lalu. Frekuensi muntah 2x dengan
konsistensi makanan yang dimakan dan air. BAB dan BAK normal.
Nafsu makan dan minum baik.
Riwayat penyakit dahulu
• Pasien pernah dirawat di RS pada usia 10 hari karena kuning

Riwayat penyakit keluarga


• Tidak ada riwayat kejang demam di keluarga

Riwayat pengobatan
• Obat penurun panas milik pribadi pasien
Riwayat Perinatal Riwayat Imunisasi
Merupakan anak ke 1 dari 1
bersaudara  Hep B : usia 0, 2, 3, 4 bulan
Lahir cukup bulan (37-38 minggu)  BCG : usia 1 bulan, scar (+)
melalui persalinan normal pervaginam
Selama kehamilan rutin kontrol deltoid kanan
kehamilan setiap bulannya di
puskesmas.  Polio : usia 0, 2, 3, 4 bulan
Tidak ada kondisi penyulit/penyakit
selama hamil dan saat melahirkan  DPT/Hep B/HiB: usia 2, 3, 4,
Keadaan saat lahir: bayi cukup bulan, bulan
sesuai masa kehamilan, langsung
menangis, bergerak aktif, bernafas  Campak: 9 bulan
spontan.
Riwayat Pertumbuhan dan Perkembangan
Riwayat Pertumbuhan Riwayat Perkembangan
BBL= 3.400 g PBL= 49 cm • Mengangkat kepala 45
PB sekarang : 105 cm derajat usia 2 bulan
BB sekarang : 16,5 kg • Tengkurap usia 4 bulan
BBI : 16 kg • Duduk usia 6 bulan
WL : (status gizi baik) • Berdiri usia 9 bulan
- Kurva WHO: • Berjalan usia 12 bulan
 BB/U : 0 – (2) Kesan: Pertumbuhan dan
 TB/U : 0 – (2) perkembangan sesuai usia
 BB/TB : 0 – (-1)
 Status gizi : Baik
Riwayat Asupan Nutrisi
Waktu Jenis Makanan Kalori (kkal)
ASI sampai usia 24 bulan
Susu formula selama 0 bulan -1 tahun Pagi Susu 42 kkal
(1gelas=200cc)
MPASI (bubur saring) sejak usia 6 bulan
  Roti (2potong) 264 kkal
Makanan keluarga pada usia 1 tahun hingga saat ini
Kalori : 1600 kkal Siang Bubur saring 1 178 kkal
porsi
Cairan : 1200 cc
Protein : 17.22 g   Sup kentang wortel 250 kkal
+ ayam
Malam Bubur saring 1 178 kkal
porsi
  Sup kentang 250 kkal
wortel+ayam
  Total 1162 Kkal

 Kesan: secara kuantitas belum mencukupi kebutuhan kalori per hari, dan secara kualitas cukup
bervariasi.
Pemeriksaan Fisik
Anamnesis dilakukan secara alloanamnesis pada ibu pasien dan
pada pasien pada tanggal 19 Maret 2019 jam 10.15 WIB

Pemeriksaan Umum
• Keadaan umum: Tampak lemas
• Kesadaran PGCS (E2M4V3) - CM
• Skala nyeri (Wong Baker Faces) : 4
• Tanda vital
- Tekanan darah: 110/70 mmHg (p50/50)
- Frekuensi nadi : 110 x/menit, regular, isi cukup
- Frekuensi nafas : 24 x/menit, regular
- Suhu tubuh : 38.5°C
Pemeriksaan Fisik
• Kepala : ubun ubun sudah menutup, permukaan kepala simetris, rambut berwarna
hitam, distribusi merata, tidak mudah dicabut, kulit kepala tidak ada kelainan
• Mata : pupil bulat, isokor, bentuk simetris, diameter 3 mm/3 mm, refleks cahaya (+/
+), mata cekung (-/-), konjungtiva anemis (-/-), nistagmus (-/-), Strabismus (-/-)
• Hidung : bentuk normal, deformitas (-/-),
• Mulut : gigi karies (-), atrofi papil lidah (-), uvula di tengah, tonsil T1/T1, mukosa
faring normal
• Telinga: normotia, tidak ada nyeri tekan, sekret (-/-)
• Leher: trakea ditengah, pembesaran kelenjar getah bening (-)
Pemeriksaan Fisik
Thorax :
Paru-paru
• Inspeksi : bentuk normal, dada simetris, retraksi (-)
• Palpasi : stem fremitus sama kuat
• Perkusi : sonor pada kedua lapang paru
• Auskultasi: Suara nafas bronkovesikuler (-/-), rhonki (-/-),
wheezing (-/-)
Jantung
• Inspeksi : pulsasi iktus kordis tidak tampak
• Palpasi : pulsasi iktus kordis teraba di ICS IV parasternal line
sinitra
• Perkusi : batas jantung dalam batas normal
• Auskultasi : bunyi jantung I/II normal, murmur (-), gallop (-)
Pemeriksaan Fisik
• Abdomen
 Inspeksi: tampak datar, jejas (-), massa (-)
 Auskultasi: bising usus (+) normal, bruit (-)
 Palpasi : supel, turgor kulit kembali cepat, massa (-), nyeri tekan (-).
 Perkusi : timpani (+) di keempat kuadran

 Tulang Belakang : dalam batas normal, kifosis (-), lordosis (-), skoliosis (-)
• Ekstremitas : akral hangat, CRT <2 detik, edema (-/-)
• Kulit: dalam batas normal, sianosis (-)
• Anus dan Genitalia : tidak diperiksa
• KGB: Tidak terdapat pembesaran KGB
Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan neurologis :
– Rangsang meningeal = kaku kuduk (-)
– Reflek fisiologis : biceps (+/+), triceps (+/+), patella (+/+),
achilles (+/+)
– Reflek patologis : babinski (-/-), chaddock (-/-), gordon (-/-),
schaeffer (-/-), hoffman tromner (-/-), klonus paha (-/-),
-klonus kaki (-/-), oppenheim (-/-)
– N. Cranialis I-XII dalam batas normal
Pemeriksaan Penunjang 19/3/19
HEMATOLOGI HASIL DIFF COUNT HASIL

Hemoglobin 12.5g/dL Basofil 0

Hematokrit 35.5 %
Eosinofil 0

Eritrosit 4,39 juta/ul


Batang 1
Leukosit 9.0 ribu /ul
Segmen 79 (H)
Trombosit 199 ribu/ul
Limfosit 16 (L)

Monosit 2

LED 9

Anti sal Typhi IgM Negative


Pemeriksaan Penunjang 20/3/19
HEMATOLOGI HASIL

Hemoglobin 12.3 g/dL

Hematokrit 35.4 %

Eritrosit 4,34 juta/ul

Leukosit 4.6 ribu /ul (L)

Trombosit 182 ribu/ul


Resume
• Telah diperiksa seorang anak perempuan berusia 3 tahun 9 bulan dengan
keluhan kejang demam. Kejang terjadi saat demam tinggi. Kejang terjadi kurang
lebih selama 5 menit. Kejang terjadi seluruh tubuh dengan mata mendelik ke
atas. Kejang dirasakan seluruh tubuh dengan tipe kejang kaku. Setelah kejang
pasien langsung menangis. Demam sudah berlangsung selama 1 hari. Saat
diukur demam mencapai 39.6°C. Demam sudah diberi obat penurun panas,
sempat turun namun naik lagi.
• Pasien juga mengalami mual muntah sejak 1 hari. Muntah sebanyak 2x.
Muntah berisi makanan yang dimakan dan air. BAB dan BAK normal. Nafsu
makan dan minum baik. Pada pemeriksaan fisik didapatkan suhu yang
mencapai 38.5°C. Pada pemeriksaan penunjang didapatkan peningkatan
neutrofil segmen dan penurun limfosit.
Diagnosis Utama:
Kejang Demam Sederhana e.c. viral infection (R56)

Diagnosis Differensial
• Kejang Demam Kompleks (R56.01)
• Epilepsi (G 40.909)
• Other Viral Infection
Tatalaksana
Farmakologi Non-farmakologi :

• Diazepam 3 x 2 mg – Kebutuhan cairan: 1325 cc / hari


Dosis : (0,3 mg/kgBB/kali per • IVFD – KDN-1 1300 ml/24jam
oral atau rektal 0,5 • Oral on demand
mg/kgBB/kali; 5 mg untuk - Kebutuhan kalori:
<12kg dan 10 mg untuk >12kg)
• Kalori : 1600 kkal/ hari
• Paracetamol syrup 3 x 7,5 cc
K/P • Protein: 24 g/ hari

Dosis : (10-15 mg/kgBB/kali , • Diet : Nasi + lauk 3x1


3-4 kali dalam 1 hari sehari, selingan buah 1 porsi
• Pct drip 160mg/IV K/P jika 2x1 sehari
demam ≥38,5oC)
Saran dan anjuran pemeriksaan
• Mx:
- Observasi KU + TTV setiap 3 jam
- Observasi tanda-tanda kejang dan keluhan
Prognosis
• Ad vitam : ad bonam
• Ad sanationam : ad bonam
• Ad functionam : ad bonam
Tinjauan Pustaka
Kejang Demam

Definisi Usia
Kejang pada ≠ infeksi SSP
6 bulan – 6 tahun
kenaikan suhu ≠ gangguan metabolik

diatas 38°C rectal. ≠ riwayat kejang demam Yang tidak termasuk dalam kejang demam..

Anak yang pernah kejang tanpa demam dan bayi


berumur kurang dari 4 minggu
Kejang yang disebabkan penyakit saraf seperti
meningitis, ensefatitis atau ensefalopati
Demam e.c Ekstrakranial
Epilepsi
Klasifikasi

Sederhana Kompleks

1. Fokal
1. Umum
2. Lebih dari 15 menit
2. Singkat
3. Berulang dalam 24
3. 1x dalam 24 jam
jam
Epidemiologi
Asia
Amerika selatan dan Eropa Barat
Lebih tinggi
2-4%
80 - 90% dari seluruh 20% kasus
kejang demam merupakan
adalah kejang kejang demam
demam sederhana kompleks

Umumnya kejang Kejang demam sedikit


demam timbul pada lebih sering pada anak
tahun kedua kehidupan laki-laki
(17-23 bulan)
Faktor Resiko
• Demam
• Genetika
Penyebab demam Jumlah penderita

Tonsilitis dan/atau faringitis 100


Etiologi
Otitis media akut (radang liang telinga 91
tengah)
1. Demamnya sendiri
2. Efek produk toksik daripada Enteritis/gastroenteritis (radang saluran
22
mikroorganisme (kuman dan virus) cerna)
terhadap otak
Enteritis/gastroenteritis disertai
3. Respon alergik atau keadaan imun
dehidrasi 44
yang abnormal oleh infeksi
4. Perubahan keseimbangan cairan dan Bronkitis (radang saiuran nafas) 17
elektrolit
5. Ensefalitis viral (radang otak akibat Bronkopeneumonia (radang paru dan 38
virus) yang ringan atau yang tidak diketahui saluran nafas)
atau ensefalopati toksik sepintas.
Morbili (campak) 12
6. Gabungan semua faktor di atas
Varisela (cacar air) 1

Dengue (demam berdarah) 1

Tidak diketahui 66
Manifestasi Klinis Sangat lama

Sebagian besar kejang 8%

kurang dari 6 menit lebih dari 15 menit

Sering kali kejang berhenti sendiri setelah mendapat pertolongan pertama


Hemiparesis yang
Tertidur Bengong Mengantuk Letih menetap

Anak terbangun dan sadar kembali tanpa defisit neurologis

jam sampai
beberapa Parese tood
hari
Pemeriksaan Penunjang
• Laboratorium
• Punksi lumbal
• Neuroimaging
• EEG
Diagnosis
Diagnosis kejang demam ditegakkan berdasarkan kriteria Livingston yang telah
dimodifikasi, yang merupakan pedoman yang dipakai oleh Sub Bagian Saraf Anak IKA
FKUI-RSCM Jakarta, yaitu:
• Umur anak ketika kejang antara 6 bulan – 6 tahun
• Kejang berlangsung hanya sebentar saja, tidak lebih dari 15 menit
• Kejang bersifat umum
• Kejang timbul 16 jam pertama setelah timbulnya demam
• Pemeriksaan saraf sebelum dan sesudah kejang normal
• Pemeriksaan EEG yang dibuat setidaknya 1 minggu setelah suhu normal tidak
menunjukkan kelainan.
• Frekuensi bangkitan kejang dalam satu tahun tidak melebihi 4 kali
1
2

3
4
5
Profilaksis

Intermitten Kontinyu

1. Usia muda saat awitan 1.  Sebelum kejang demam yang


2. Riwayat kejang demam pada pertama sudah ada kelainan neurologis
keluarga atau perkembangan (misalnya cerebral
3. Suhu yang rendah saat kejang palsy atau mikrosefal, retardasi mental)
4. Interval yang pendek antara demam 2.   Kejang demam lebih lama dari 15
dan kejang menit, fokal, atau diikuti kelainan
5. Berulang (3x/6 bulan; 4x/1 tahun) neurologis sementara atau menetap
3.   Ada riwayat kejang tanpa demam
pada orang tua atau saudara kandung
4.   Bila kejang demam terjadi pada
Diazepam
bayi berumur kurang dari 12 bulan
0,3mg/KgBB/kali
atau terjadi kejang
(Selama 48 jam)
multipel dalam satu episode demam

Fenobarbital 3-4 mg/Kg/BB atau As. Valproat


15-40 mg/Kg/BB (1 tahun)
Komplikasi
Walaupun kejang demam dapat menyebabkan kekhawatiran dan perhatian yang besar dari orang tua…
Infeksi

≠ Kerusakan otak ≠ Retardasi mental ≠ Gangguan belajar ≠ Epilepsi

Demam Kejang

Komplikasi tersering.. Kejang anak demam tidak terlalu tinggi @ 1x

1 Kejang demam lagi Waktu antara permulaan demam dan kejang pendek

2 1/3 Anak mengalaminya Anggota keluarga yang memiliki riwayat kejang demam

Anak yang lebih muda saat kejang demam pertama kali


Prognosis
Dengan penangulangan yang tepat dan cepat, prognosis kejang
demam baik dan tidak perlu menyebabkan kematian. Dari
penelitian yang ada, frekuensi terulangnya kejang berkisar antara
25% - 50%, yang umumnya terjadi pada 6 bulan pertama.
DAFTAR PUSTAKA
1. Wa r u i r u & A p p l e t o n . F e b r i l e S e i z u r e : a n U p d a t e . A r c h D i s . 2 0 0 8 . D i a k s e s 2 2 J a n u a r i 2 0 1 9 . Av a i l a b l e f r o m
U R L : http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC1720014/pdf/v089p00751.pdf/?tool=pmcentrez.
2. Taslim S Soetomenggolo. Kejang Demam. Dalam Buku Neurologi UI. Jakarta: Penerbit FKUI. 2004. h 244-251.
3. American Academy of Pediatrics. Practice Parameter: Long-term Treatment of the Child with Simple Febrile Seizure. 1999; 6: 1307-
1309. Sumber Tulisan: http://aappolicy.aappublications.org/cgi/content/full/pediatrics
4. Asril Aminulah, Prof Bambang Madiyono. Hot Topik In Pediateric II : Kejang Pada Anak. Cetakan ke-2. Jakarta: Balai Penerbit FKUI.
2002.
5. Tumbelaka, Alan R, Trihono, Partini P, Kurniati, Nia, Putro Widodo, Dwi.   Penanganan Demam Pada Anak Secara Profesional: Pendidikan
Kedokteran Berkelanjutan Ilmu Kesehatan Anak XLVII. Cetakan pertama. FKUI-RSCM. Jakarta. 2005.
6. Baumann Robert, MD. Febrile Seizures, Sumber Tulisan: http://www. Emedicine.com/neuro/topic134.htm,
7. Hasan Rusepno, Alatas Husein. Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta: FK.UI. 1997. h 847-60.
8. Lumbantobing, S.M. Kejang Demam. Jakarta: Balai Penerbit FKUI. 2007.
9. Behrman, Richard E., Robert M. Kliegman., Hal B. Jenson. Nelson Ilmu Kesehatan Anak : Kejang Demam. 18 edition. Jakarta : EGC.
2007.
10. Pusponegoro, Hardiono D, dkk. Konsensus Penatalaksanaan Kejang Demam. Jakarta: UKK Neurologi IDAI. 2006.
11. Pusponegoro, Hardiono D. Standar Pelayanan Medis Kesehatan Anak. Jakarta: Badan Penerbit IDAI. 2004.
 

Anda mungkin juga menyukai