Anda di halaman 1dari 64

REGISTRASI, SERTIFIKASI, LISENSI

UU Kesehatan N0.36/2009
ps 23  Penjelasan :
 Kewenangan yang dimaksud adalah
kewenangan yang diberikan berdasarkan
pendidikannya setelah melalui proses
registrasi dan pemberian izin dari
pemerintah sesuai dengan peraturan
perundang-undangan
 Untuk meningkatkan mutu Praktik
Tenaga Kesehatan serta untuk
memberikan pelindungan dan kepastian
hukum kepada Tenaga Kesehatan dan
masyarakat, dibentuk Konsil Tenaga
Kesehatan Indonesia.
PELAKSANAAN
PELAKSANAAN
SERTIFIKASI,
SERTIFIKASI,
REGISTRASI
REGISTRASI

KTKI dan MTKP

Undang Undang Nomor 36 Tahun 2014


LEMBAGA PENJAMINAN MUTU
TENAGA KESEHATAN INDONESIA

KONSIL KEDOKTERAN
INDONESIA (KKI)

KOMITE FARMASI
NASIONAL (KFN)

KONSIL TENAGA
KESEHATAN INDONESIA
(KTKI)
KTKI
KONSIL TENAGA KESEHATAN

Dibentuknya Konsil Tenaga Kesehatan


Indonesia yang selanjutnya disingkat KTKI
adalah untuk meningkatkan mutu Praktik
Tenaga Kesehatan serta untuk memberikan
pelindungan dan kepastian hukum kepada
Tenaga Kesehatan dan masyarakat

6
Konsil masing-masing tenaga kesehatan
mempunyai fungsi:

 pengaturan,
 penetapan dan
 pembinaan tenaga kesehatan dalam
menjalankan praktik Tenaga Kesehatan
untuk meningkatkan mutu pelayanan
kesehatan.
 KTKI
 Konsil masing-masing Tenaga
Kesehatan melaksanakan
tugasnya bersifat
independen.

 Konsil Tenaga Kesehatan


Indonesia bertanggung jawab
kepada Presiden melalui
Menteri.
8
MTKP

Majelis Tenaga Kesehatan Provinsi


yang selanjutnya disingkat MTKP
adalah lembaga yang membantu
pelaksanaan tugas MTKI, diangkat
oleh Kepala Badan PPSDM Kesehatan
Kemenkes

9
TUPOKSI KTKI

a. melakukan Registrasi Tenaga Kesehatan

b. melakukan pembinaan Tenaga Kesehatan dalam


menjalankan praktik Tenaga Kesehatan; c. menyusun
Standar Nasional Pendidikan Tenaga Kesehatan;

c. menyusun standar praktik dan standar kompetensi Tenaga


Kesehatan; dan
e. menegakkan disiplin praktik Tenaga Kesehatan.
Dalam menjalankan tugasnya, konsil masing-masing
Tenaga Kesehatan mempunyai wewenang:

a. menyetujui atau menolak permohonan Registrasi


Tenaga Kesehatan;
b. menerbitkan atau mencabut STR;
c. menyelidiki dan menangani masalah yang
berkaitan dengan pelanggaran disiplin profesi
Tenaga Kesehatan;
d. menetapkan dan memberikan sanksi disiplin
profesi Tenaga Kesehatan; dan
e. memberikan pertimbangan pendirian atau
penutupan institusi pendidikan Tenaga Kesehatan.
Alur Registrasi Nakes melalui
Uji Kompetensi

SERTIFIKA
SI
Uji
Kompetensi REGISTRAS LISENSI
(exit exam) I

Serkom STR SIP / SIK

Perguruan Tinggi KTKI Pemerintah


* Daerah
Legislasi, registrasi, lisensi praktek bidan

 Legislasi adalah proses penyusunan


peraturan ataupun penyempurnaan
perangkat aturan hukum yang telah
ada melalui serangkaian kegiatan,
misalnya sertifikasi,registrasi dan
lisensi (Wahyuningsih, 2005).
 Registrasi adalah dimana seorang tenaga
kesehatan harus mendaftarkan dirinya pada
suatu badan tertentu secara periodik (lima
tahunan) guna mendapatkan kewenangan dan
hak untuk menjalankan profesinya (Soetedjo,
2000).

 Pencatatan resmi thd tenaga kesehatan yg


telah memiliki sertifikat kompetensi dan telah
mempunyai kwalifikasi tertentu lainnya serta
diakui scr hukum untuk menjalankan tindakan
profesinya ( UU no 29 tahun 2004).
Surat Tanda Registrasi

 Surat Tanda Registrasi


yang selanjutnya disingkat STR adalah:

Bukti tertulis yang diberikan oleh


pemerintah kepada tenaga kesehatan
yang telah memiliki sertifikat
kompetensi.
Surat Tanda Registrasi

 STR berlaku selama 5 (lima) tahun sesuai


dengan tanggal/bln/tahun kelahiran
 STR dapat diperpanjang dengan
mengumpulkan satuan kredit profesi
(SKP) selama 5 TAHUN
 Satuan kredit profesi (SKP) ditentukan
oleh organisasi profesi masing-masing
tenaga kesehatan
TATA CARA PENGAJUAN SURAT TANDA REGISTRASI
DARI MTKP KEPADA MTKI

Organisasi
profesi
MTKP
Institusi KTKII
pendidikan Rekapitulasi dan
Validasi Perprofesi
sesuai dengan
format Ms. Excel
Fasilitas Sesuai Ketentuan
pelayanan
kesehatan
PERSYARATAN
dengan melampirkan:
 Ijazah
 Sertifikat kompetensi
 Foto warna background merah
4x6 ( 2 buah)
 Semua dalam bentuk sof copy kecuali
foto
Manfaat Registrasi Tenaga Kesehatan

Meningkatkan mutu
pelayanan kesehatan yang
diberikan tenaga kesehatan;

Melindungi masyarakat atas


tindakan yang dilakukan
tenaga kesehatan; dan

Memberikan kepastian
hukum bagi masyarakat dan
tenaga kesehatan
UJI KOMPETENSI

Uji kompetensi adalah suatu proses


untuk mengukur pengetahuan,
keterampilan, dan sikap tenaga
kesehatan sesuai dengan standar
profesi.
Sertifikat
Kompetensi

 Sertifikat Kompetensi adalah:


surat tanda pengakuan terhadap
kompetensi seseorang tenaga
kesehatan untuk dapat menjalankan
praktik dan/atau pekerjaan profesinya
di seluruh Indonesia setelah lulus uji
kompetensi
LISENSI
 Proses administrasi yang dlakukan oleh
pemerintah berupa penerbitan/
pembuatan surat izin kerja/ praktik
bagi tenaga kesehatan yang akan
mlakukan pelayanan/ praktik
TUJUAN LISENSI

 Memberikan kejelasan batas kewenangan tiap


kategori tenaga kes dalam melakukan pelayanan kes
sesuai dengan bidang keahlian yang dimiliki
 Mengesahkan atau memberi bukti untuk melakukan
pekerjaan dan atau praktik keprofesian
 Meningkatkan kemampuan tenaga kesehatan dalam
mengadopsi kemajuan IPTEKES
 Meningkatkan mekanisme yang obyektif dan
komprehensif dalam menyelesaikan kasus mal
praktek
 Lisensi adalah suatu bentuk surat yang
merupakan tanda bukti seseorang telah
memiliki kewenangan untuk menjalankan
profesinya setelah dilakukan registrasi oleh
badan/pejabat yang berwenang.
 Biasanya harus diperbaharui secara
berkala atau hanya berlaku untuk periode
tertentu.
 Sebagai pembaharuan sertifikasi,
umumnya seseorang individu hrs
menunjukkan bukti pelaksanaan
pendidikan berkelanjutan atau
memperoleh CEU (continuing education
unit)
Jadi orang saja sulit
buanget…., apalagi
jadi orang yang jadi
Radiografer ya….!
 Radiografer adalah setiap orang yang telah
lulus pendidikan teknik radiodiagnostik dan
radioterapi sesuai ketentuan peraturan
perundangan-undangan.

 Uji Kompetensi adalah suatu proses untuk


mengukur pengetahuan, keterampilan dan
sikap tenaga kesehatan sesuai dengan
standar profesi.
 Sertifikat Kompetensi Radiografer yang
selanjutnya disingkat SKR adalah surat tanda
pengakuan terhadap kompetensi Radiografer
untuk dapat menjalankan praktik dan/atau
pekerjaan radiografi di seluruh Indonesia
setelah lulus uji kompetensi.

 Surat Tanda Registrasi Radiografer yang


selanjutnya disingkat STRR adalah bukti
tertulis yang diberikan oleh Pemerintah kepada
Radiografer yang telah memiliki sertifikat
kompetensi.
 Surat Izin Kerja Radiografer yang selanjutnya
disingkat SIKR adalah bukti tertulis pemberian
kewenangan untuk menjalankan pekerjaan
radiografi pada fasilitas pelayanan kesehatan.

 Standar Profesi Radiografer adalah batasan


kemampuan minimal yang harus dimiliki/dikuasai
oleh Radiografer untuk dapat melaksanakan
pekerjaan radiografi secara profesional yang
diatur oleh organisasi profesi.
 Majelis Tenaga Kesehatan Indonesia, yang
selanjutnya disingkat MTKI adalah lembaga yang
berfungsi untuk menjamin mutu tenaga
kesehatan yang memberikan pelayanan
kesehatan.

 Majelis Tenaga Kesehatan Provinsi, yang


selanjutnya disingkat MTKP adalah lembaga yang
membantu pelaksanaan tugas MTKI.
Kualifikasi Radiografer ditentukan
berdasarkan pendidikan yang terdiri dari
(pasal 3):
a. Diploma tiga Akademi Penata Rontgen,
Akademi Teknik Radiodiagnostik dan
Radioterapi;
b. Diploma tiga Radiologi, Pendidikan Ahli
Madya Radiodiagnostik dan Radioterapi,
Politeknik Kesehatan Jurusan
Radiodiagnostik dan Radioterapi;
c. Diploma empat Teknik Radiologi; atau
d. Sarjana Terapan Teknik Radiologi.
Pasal 4
(1) Radiografer untuk dapat melakukan
pekerjaannya harus memiliki STRR.
(2) Untuk dapat memperoleh STRR
sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
Radiografer harus memiliki SERKOM
sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
d. surat keterangan bekerja dari Fasilitas
Pelayanan Kesehatan yang bersangkutan;
e. pas foto berwarna terbaru ukuran 4X6 cm
sebanyak 3 (tiga) lembar berlatar belakang
merah;
f. rekomendasi dari kepala dinas kesehatan
kabupaten/kota atau pejabat yang ditunjuk; dan
g. rekomendasi dari organisasi profesi.
Pasal 8
(1) Radiografer warga negara asing dapat mengajukan
permohonan memperoleh SIKR setelah:
a. memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 7 ayat (1);
b. melakukan evaluasi dan memiliki surat izin kerja
dan izin tinggal serta persyaratan lainnya sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan; dan
c. memiliki kemampuan berbahasa Indonesia.
(2) Radiografer Warga Negara Indonesia
lulusan luar negeri dapat mengajukan
permohonan memperoleh SIKR setelah:
a. memenuhi persyaratan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 7 ayat (1); dan
b. melakukan evaluasi sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-
undangan.
Pasal 9
(1) SIKR berlaku sepanjang STRR masih
berlaku dan dapat diperpanjang kembali
selama memenuhi persyaratan.
(2) Radiografer yang akan memperbaharui
SIKR harus mengikuti ketentuan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7.
Pasal 10
(1) Radiografer hanya dapat melakukan
pekerjaan paling banyak di 2 (dua)
tempat.
(2) Permohonan SIKR kedua dapat
dilakukan dengan menunjukan bahwa
yang bersangkutan telah memiliki
SIKR pertama.
Radiografer yang memiliki SIKR dapat
melakukan pekerjaannya pada Fasilitas
Pelayanan Kesehatan berupa (Pasal 10):
a. rumah sakit;
b. balai kesehatan;
c. puskesmas;
d. klinik;
e. BP4/balai kesehatan paru masyarakat/
balai besar kesehatan paru masyarakat;
f. balai besar laboratorium kesehatan/balai
laboratorium kesehatan;
g. laboratorium klinik;
h. praktik perorangan dokter dan dokter
gigi; dan
i. Fasilitas Pelayanan Kesehatan lain yang
ditetapkan oleh Menteri.
Pasal 12
Pimpinan Fasilitas Pelayanan Kesehatan
dilarang mempekerjakan Radiografer
yang tidak memiliki SIKR untuk bekerja
di Fasilitas Pelayanan Kesehatan
tersebut.
Pasal 13
(1) Radiografer dalam memberikan
pelayanan teknik radiodiagnostik, teknik
radioterapi, dan teknik kedokteran
nuklir hanya dapat melakukan pelayanan
atas permintaan tertulis dengan
keterangan klinis yang jelas dari
dokter, dokter gigi, dokter spesialis
atau dokter gigi spesialis.
(2) Radiografer dalam memberikan
pelayanan teknik radiodiagnostik,
teknik radioterapi, dan teknik
kedokteran nuklir dengan menggunakan
energi radiasi pengion dan non pengion
harus sesuai dengan kode etik,
standar profesi, standar pelayanan
radiologi dan standar prosedur
operasional.
(3) Radiografer dalam memberikan
pelayanan teknik radiodiagnostik, teknik
radioterapi, dan teknik kedokteran
nuklir dilarang:
a. melakukan tindakan medis, termasuk
memasukan bahan kontras dengan
jenis apapun dan cara apapun; dan
b. melakukan pemanfaatan dengan
sistem fluoroscopy secara langsung.
Wewenang Radiografer (pasal 14):
a. melakukan teknik radiografi konvensional
tanpa kontras;
b. melakukan teknik radiografi konvensional
dengan kontras;
c. melakukan teknik radiografi menggunakan
peralatan dengan teknologi digital/sistem
komputer/magnetik/ultrasound baik pengion
dan/atau nonpengion;
d. melakukan teknik kedokteran nuklir;
e. melakukan evaluasi mutu radiografi;
f. melakukan pengelolaan ruangan radiologi;
g. melakukan tindakan prosesing film;
h. melakukan teknik radioterapi dengan
modalitas radioterapi eksternal dan/ atau
internal (brachy terapi);
i. melakukan quality assurance/quality
control bekerjasama dengan mitra terkait.
Pasal 15
(1) Radiografer dapat melaksanakan
kewenangan selain sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 14 apabila dalam penugasan
Pemerintah.

(2) Penugasan Pemerintah sebagaimana


dimaksud pada ayat (1) diberikan kepada
Radiografer yang bekerja di fasilitas
pelayanan kesehatan milik pemerintah.
Otonomi Radiografer

 Salah satu ciri khusus


suatu profesi adalah
bersifat otonom. Profesi
radiografer bersifat
otonom, yakni segala
ketentuan yang
menyangkut pelaksanaan
pekerjaan profesi
ditentukan sendiri oleh
profesi (Chazawi, 2007).
 Kelompok profesi (PARI)
mengatur/menentukan sendiri isi standar
pelayan-an yang dianggap benar.
Pemerintah sekedar menentukan
kewajiban/ mewajibkan radiografer untuk
mentaati standar melalui peraturan serta
memberi sanksi bagi pelanggaran standar.
KEBEBASAN DAN TANGGUNG JAWAB
 Ada hubungan timbal balik antara
kebebasan dan tanggung jawab,
sehingga pengertian manusia itu bebas
berari juga menerima manusia itu
bertanggung jawab.

 Batas2 kebebasan meliputi


a. faktor internal
b. lingkungan
c. kebebasan orang lain
d. generasi penerus
 Khusus mengenai tanggung jawab hukum,
padanan tanggung jawab adalah
wewenang.
 Orang yang diberi wewenang haruslah
bertangung jawab, yakni tangung jawab
terhadap risiko yang kemungkinan timbul
yang mengakibatkan kerugian orang lain.
 Tanggungjawab sebagaimana risiko
adalah sesuatu yang bersifat laten.
Dengan adanya legitimasi
kewenangan tsb, bidan me-
miliki hak otonomi dan mandiri
untuk bertindak scr
profesional yang dilandasi
kemampuan berfikir logis dan
sistemetis serta bertindak
sesuai standar dan etika
profesi.
Pasal 16
(1) Radiografer dalam melaksanakan
pekerjaannya wajib melakukan
pencatatan.
(2) Pencatatan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) wajib disimpan selama
5 (lima) tahun.
Dalam melaksanakan pekerjaannya,
Radiografer mempunyai hak (pasal 17):
a. memperoleh perlindungan hukum
sepanjang melakukan pekerjaannya sesuai
dengan standar pelayanan, SOP, kode
etik, standar profesi Radiografer;
b. memperoleh informasi yang lengkap dan
jujur dari pemberi pekerjaan;
c. melakukan tugas sesuai dengan
kompetensi;
d. menerima imbalan jasa profesi dan
tunjangan lain sesuai ketentuan peraturan
perundang-undangan; dan
e. memperoleh jaminan perlindungan
terhadap risiko kerja yang berkaitan
dengan pelaksanaan tugasnya sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
Pasal 18
Dalam melaksanakan pekerjaannya, Radiografer
mempunyai kewajiban;
a. menghormati hak klien;
b. melakukan rujukan untuk kasus di luar kompe-
tensi dan kewenangannya sesuai ketentuan
peraturan perundang-undangan; menyimpan rahasia
sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan;
c. melaksanakan kewenangan selain sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 14 apabila dalam rangka
menyelamatkan nyawa pasien (life saving);
d. memberikan informasi tentang pekerjaan
radiografer yang dibutuhkan oleh klien;
e. meminta persetujuan pekerjaan
radiografer (informed concent) yang akan
dilaksanakan kepada klien; dan
f. mematuhi standar profesi, kode etik,
standar pelayanan, dan standar prosedur
operasional Radiografer.
Pasal 19
(1) Menteri, pemerintah daerah provinsi,
pemerintah daerah kabupaten/kota, MTKI, dan
MTKP, melakukan pembinaan dan pengawasan
terhadap pelaksanaan pekerjaan Radiografer
dengan mengikut-sertakan Organisasi Profesi.
(2) Pembinaan dan pengawasan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) diarahkan untuk
meningkatkan mutu pelayanan yang diberikan
oleh Radiografer.
Pasal 20
(1) Pimpinan fasilitas pelayanan kesehatan wajib
melaporkan Radiografer yang bekerja dan
berhenti bekerja di fasilitas pelayanan
kesehatannya kepada Kepala Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota dengan tembusan kepada
Organisasi Profesi.
(2) Kepala dinas kesehatan kabupaten/kota wajib
melaporkan Radiografer yang bekerja di
daerahnya setiap satu tahun kepada kepala dinas
kesehatan provinsi.
Pasal 21
(1) Dalam rangka pelaksanaan pengawasan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19, Menteri,
pemerintah daerah provinsi atau kepala dinas
kesehatan provinsi dan pemerintah daerah
kabupaten kota/kepala dinas kesehatan
kabupaten/kota dapat memberikan tindakan
administratif kepada Radiografer yang melakukan
pelanggaran terhadap ketentuan penyelenggaraan
pekerjaan Radiografer dalam Peraturan Menteri
ini
(2) Tindakan administratif sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) berupa:
a. teguran lisan;
b. teguran tertulis; dan/atau
c. pencabutan SIKR.
Pasal 22
(1) Pemerintah daerah kabupaten/kota atau kepala
dinas kesehatan kabupaten/kota dapat
merekomendasikan pencabutan STRR kepada MTKI
terhadap Radiografer yang melakukan pekerjaan
tanpa memiliki SIKR.

(2) Pemerintah daerah kabupaten/kota atau kepala


dinas kabupaten/kota dapat mengenakan sanksi
teguran lisan, teguran tertulis, kepada pimpinan
fasilitas pelayanan kesehatan yang mempekerjakan
Radiografer yang tidak mempunyai SIKR.

Anda mungkin juga menyukai