KELOMPOK 4
Sepsis merupakan respons sistemik pejamu terhadap infeksi, saat
patogen atau toksin dilepaskan ke dalam sirkulasi darah sehingga
terjadi aktivasi proses inflamasi.
Sepsis adalah SIRS ditambah tempat infeksi yang diketahui.
DEFINISI Meskipun SIRS, sepsis dan syok sepsis biasanya berhubungan
dengan infeksi bakteri, tidak harus terdapat bakteriemia.
Systemic inflammatory response syndrome adalah pasien yang
memiliki dua atau lebih dari kriteria berikut:
Suhu > 38°C atau < 36°C
Denyut jantung >90 denyut/menit
Respirasi >20/menit atau PaCO2 < 32 mmHg
Hitung leukosit > 12.000/mm3 atau >10% sel imatur
Sepsis berat adalah sepsis yang berkaitan dengan disfungsi organ,
kelainan hipoperfusi, atau hipotensi. Kelainan hipoperfusi
meliputi:
Asidosis laktat
Oliguria
Atau perubahan akut pada status mental
Semua jenis mikroorganisme bisa menyebabkan sepsis walau tidak
selamanya berada dalam darah. Bagian tertentu dari kuman bisa
mempunyai efek local atau sistemis terhadap perkembangan sepsis.
Kuman penyebab, antara lain :
Bakteri gram negative (40%) : Enterobakteri (E. coli, Salmonela
typhi) ; dan Pseudomonas aeroginosa
Bakteri gram positif (30%) : terutama Stafilokokus aureus
ETIOLOGI
Infeksi campuran (10%) : Gram negative + gram positif
Kuman “klasik” (< 5%) : Pneumokokus, Meningokokus, Stafilokokus
pyogenes
Jamur (5%) : Hanya untuk pasien dengan gangguan sistem
imun/daya tahan, misal AIDS : Candida, Aspergillus
Faktor presdiposisi : Faktor-faktor yang mempermudah terjadi
sepsis yakni :
Diabetes mellitus
Luka bakar
Neutopeni
Limfom
Divertikulitis, perforasi usus
Adanya benda asing dalam tubuh seperti kateter.
Infeksi: mikroba dalam tubuh yang ditandai dengan respons
inflamasi terhadap keberadaan mikroorganisme atau invasi
organisme terhadap jaringan host.
ISTILAH Bakteriemia: terdapat bakteri hidup dalam darah.
UMUM Systemic inflammatory respons syndrome (SIRS): Systemic
inflammatory respons terhadap berbagai gangguan kondisi klinis
yang dapat mengarah kepada severe sepsis (sepsi berat)
Sepsis: adalah timbulnya konidisi infeksi atau kecurigaan infeksi,
dengan dua atau lebih dari kriteria SIRS.
Sepsis berat: sepsis yang dapat menyebabkan disfungsi organ,
hipoperfusi, atau hipotensi.
Syok sepsis: sepsis yang menyebabkan kondisi syok, dengan
ditemukan hipotensi meskipun telah diberikan resusitasi dengan
kristaloid yang memadai. Selain ditemukan gangguan perfusi,
KLASIFIKASI juga dapat mengalami asidosis laktat, oliguria, atau perubahan
akut pada status mental.
SEPSIS Sepsis-induced hipotensi: tekanan darah sistolik <90 mmHg,
tekanan arteri <65 mmHg, atau pengurangan dari 40 mmHg dari
kondisi normal, dalam kondisi absennya penyebab hipotensi
lainnya.
Multiple organ dysfunction syndrome: gangguan fungsi organ
pada pasien dengan kondisi akut sehingga homeostatis tubuh
tidak dapat dipertahankan tanpa intervensi.
IDENTIFIKASI
SEPSIS ATAU
SIRS
Pengkajian umum pada pasien saat triase, digabungkan dengan
riwayat kesehatan dam pengkajian fisik, sangat penting dalam
mengidentifikasi sepsis. Pasien dengan sepsis datang ke sarana
pelayanan kesehatan dengan demam, menggigil, sesak napas
atau takipnea, takikardia, ruam kemerahan, atau gelisah.
Selain hal tersebut, penting juga untuk menentukan apakah
pasien mengalami immune-compromised (gangguan kekebalan
tubuh) atau pasien baru saja mengalami tindakan operasi, infeksi
saluran kemih, infeksi pernapasan, infeksi kulit, atau menjalani
tindakan prosedur medis yang invasif, riwayat penyakit seperti
diabetes. Hal-hal tersebut seharusnya menjadi dasar-dasar dalam
menentukan keputusan triase.
Model PIRO dari identifikasi sepsis menggunakan predisposisi,
infeksi, respons, dan disfungsi organ untuk tahap sepsis dan
memprediksi kematian (tabel 21-1) PIRO skor dapat dihitung dalam
setiap kategori:
Predisposisi termasuk faktor risiko seperti usia, riwayat
keganasan, penyakit hati, atau paru obstruktif kronik serta
berkediaman di sebuah nursing home (rumah perawatan)
Infeksi diukur berdasarkan adanya pneumonia, infeksi kulit, atau
risiko infeksi lainnya
Respons diukur dalam hal respiratory rate atau frekuensi
pernapasan, detak jantung, atau adanya kelainan bentuk (sel
imature) dalam sejumlah sel darah putih
Disfungsi organ dihitung berdasarkan kadar urea nitrogen dalam
darah, adanya hipoksemia, kadar laktat, jumlah trombosit, dan
tekanan darah sistolik.
Metode lain untuk mengidentifikasi pasien yang berpotensial
mengalami sepsis adalah mortality in emergency department sepsis
score (MEDS) (tabel 21-2). MEDS memperhitungkan beberapa
variabel PIRO. Skor ini menggabungkan variabel seperti usia pasien,
status mental, takipnea atau hipoksemia, dan trombosit bersama
dengan faktor risiko seperti yang tinggal di nurisng home ( rumah
perawatan) atau memiliki infeksi pernapasan bawah atau penyakit
terminal. Terdapat bukti bahwa ini adalah perangkat andal untuk
stratifikasi risiko pada SIRS atau pasien sepsis di UGD.
Apabila pada riwayat pasien diduga mengalami infeksi baru, dan
jika ditemukan dua dari tanda-tanda atau gejala infeksi di bawah ini
ada, maka pasien tersebut memiliki risiko tinggi mengalami sepsis:
Demam tinggi lebih dari 380C (100,80F)
Hipotermia: suhu kurang dari360C (96,80F)
Takikardia: denyut jantung lebih besar dari 90 kali per menit
TANDA DAN Takipnea: pernapasan lebih dari 20 kali per menit
GEJALA Penurunan status mental secara tiba-tiba
Nilai laboratorium abnormal
Leukositosis: jumlah sel darah putih yang lebih besar dari 12.000
mm3
Leukopenia: jumlah sel darah putih kurang dari 4000/mm3
Hiperglikemia: glukosa serum lebih besar dari 120 mg/dL tanpa
adanya diabetes.
Jika terdapat kecurigaan terdapat infeksi dan ditemukan tanda-
tanda awal disfungsi organ, pasien memenuhi kriteria mengalami
kondisi sepsis berat:
Tekanan darah sistolik (SBP) kurang dari 90 mmHg atau MAP
kurang dari 65 mmHg
SBP turun lebih dari 40 mmHg dari baseline
Insufisiensi pernapasan
Kreatinin lebih besar dari 2,0 mg/dL atau urine output yang kurang
dari 0,5 mL/kg per jam selama lebih dari 2 jam
Bilirubin lebih besar dari 2 mg/dL
Jumlah trombosit kurang dari 100.000/mm3
Koagulopati
Laktat lebih besar dari 4 mmoL/L
EARLY GOAL-DIRECTED THERAPY: RESUSITASI PADA 6 JAM
PERTAMA
Menurut pedoman surviving sepsis campaign, tujuan resusitasi
PENATALAKSANAAN harus dicapai dalam 6 jam pertama. Oleh sebab itu, pengenalan
DAN PROSEDUR dini dan pelaksanaan pengobatan terhadap target atau tujuan
DIAGNOSIS tertentu sangat penting. Tujuan yang ditetapkan dalam studi
tercantum pada tabel 21-3. Resusitasi volume (cairan) dan
pemberian antibiotik harus menjadi prioritas perawatan setelah
jalan napas dan pernapasan.
Prosedur Diagnosis
Tes laboratorium, diantaranya sebagai berikut:
Serum laktat- mengukur seluler tingkat perfusi seluler; tingkat laktat
serum meningkat dapat mengidentifikasi okultisme hypoperfusion
Procalcitonin-a prohormon kalsitonin; plasma konsentrasi yang
sangat rendah pada orang sehat. Studi menunjukkan bahwa kadar
plasma meningkat pada sepsis.
Panel dasar metabolik
Hitung darah lengkap, termasuk hemoglobin dan hematokrit
Golongan darah dan crossmatch
Kultur:
Ini termasuk dahak, cerebral spinal fluid, urine, darah, dan kultur luka;
mendaptkan setidaknya satu kultur darah dari sirkulasi darah perifer.
Jika pasien memiliki akses vena, memperoleh kultur bisa didapatkan
dari vena akses
Petunjuk: gunakan perangkat pilihan ini untuk melakukan skrining pada pasien
sepsis berat/severe sepsis di UGD
1. Apakah terdapat riwayat penyakit menunjukkan adanya infeksi baru?
Pneumonia, empiema
PERANGKAT Infeksi saluran kemih
DAN
Takipneu atau hipoksemia 3
Syok sepsis 3
RESUSITASI
Lakukan resusitasi cairan segera pada pasien dengan hipotensi atau
Intervensi serum laktat lebih besar dari 4 mmoL/L.
Terapetik Lakukan pemasangan vena sentral dan monitoring hemodinamik
sesegera mungkin pada unit gawat darurat saat menunggu
keputusan masuk ICU.
1. Oksigen
Pasien septik harus mendapatkan oksigen tambahan dengan tujuan
mempertahankan tekanan oksimetri lebih dari 93%.
Antisipasi airway management (manajemen jalan napas) dan kemungkinan kejadian
intubasi yang cepat.
Intubasi dan ventilasi mekanik dapat mengurangi kerja pernapasan, sehingga
mengurangi kebutuhan oksigen.
Pengukuran saturasi oksigenasi vena dapat dilakukan melalu jalur sentral atau
Prosedur kateter arteri pulmonalis.
2. Largebore kateter intravena (abocath dengan lumen yang besar) untuk resusitasi
terapi khusus: cairan
3. Insersi jalur central vena pressure (CVP). Tekanan CVP dapat memandu resusitasi,
dengan tujuan untuk menjaga CVP pada 8 mmHg.
4. Identifikasi sumber dan control
Menetapkan sumber atau lokasi infeksi secepat mungkin (dalam 6 jam pertama) dan
mengevaluasi sumber infeksi .
5. Transfusi sel darah merah dapat dipertimbangkan jika hemoglobin kurang dari 7
g/dL, ScvO2 kurang dari 70%, atau hematocrit kurang dari 30%.
6. Pemberian antibiotic dalam waktu 1 jam dari kedatangan.
7. Pertimbangan pemberian vasopressor untuk menjaga MAP lebih
besar dari 65 mmHg.
8. Terapi intropik, seperti Dobutamin, dapat dimulai untuk
meningkatkan curah jantung pada pasien dengan gangguan
miokard. Data yang tersedia tidak mendukung penggunaan
dopamine dosis rendah untuk melindungi/ mempertahankan fungsi
ginjal.
9. Pertimbangkan pemberian Hidrokortison ketika hipotensi
refrakter terhadap resusitasi cairan dan vasopressor.
Pertahankan CVP pada 8 sampai 12 mm Hg. Koloid belum terbukti
lebih menguntungkan daripada kristaloid pada resusitasi cairan.
Pemberian antibiotik yang tepat sedini mungkin menurunkan
kematian pada pasien dengan bakteri gram positif dan bakteri
gram negatif. Mengawali pemberian antibiotic spectrum luas
sebelum identifikasi organisme yang menginfeksi dan mengkaji
ulang setelah 48 sampai dengan 72 jam berdasarkan hasil kultur
data klinis
1. Ventilasi mekanik pada sepsis yang diakibatkan oleh cedera
paru akut atau sindrom gangguan pernapasan akut.