Anda di halaman 1dari 23

KELOMPOK 12

Abdul hamid
Nur azizah
Lusia dina komsary
Italina salla
Tuli konduktif &
sensorineural
Definisi
1. Tuli Konduktif
Tuli Konduktif atau Conductive Hearing Loss
(CHL) adalah jenis ketulian yang tidak dapat
mendengar suara berfrekuensi rendah. Misalnya
tidak dapat mendengar huruf U dari kata susu
sehingga penderita mendengarnya ss. Biasanya
gangguan ini “reversible” karena kelainannya
terdapat di telinga luar dan telinga
tengah(Purnawan Junadi,dkk. 1997, hal. 238).
2. Tuli Sensorineural
Tuli sensorineural terjadi karena kerusakan sel
rambut telinga bagian dalam. Telinga terdiri dari
tiga bagian, yaitu telinga bagian luar, telinga
bagian tengah, dan telinga bagian dalam. Tuli
sensorineural dapat terjadi ketika terjadi
gangguan saraf dari telinga bagian dalam ke otak.
Penderita tuli sensorineural sulit mendengarkan
suara pelan dan keras. Tuli sensorial adalah jenis
gangguan pendengaran permanen yang palinh
sering etrjadi.
Etiologi

Tuli Konduktif
• Infeksi sekunder (ISPA)
• Adanya cairan (sekret, air) ataupun benda asing pada
liang telinga
• Adanya benda asing pada liang telinga, baik berupa
cairan, biji-bijian ataupun seranggga dapat menggangu
konduksi atau hantaran suara.
• Sumbatan Oleh Serumen
• Cairan (darah atau hematotimpanum karena trauma
kepala)
• Tumor pada telinga luar dan tengah
Tuli sensorineural
1. Koklea
Penyebab tuli sensorineural yang berasal dari koklea terdiri dari:
• Labirinitis (oleh bakteri/ virus)
• Obat ototoksik
• Presbikusis
• Tuli mendadak
• Kongenital
• Trauma
• Tuli akibat bising
2. Retrokoklea
• Penyakit Meniere
• Neuroma Akustik
Patofisiologi
Manifestasi klinis

1. Tuli konduktif
• rasa penuh pada telinga
• pembengkakan pada telinga bagian tengah dan luar
• rasa gatal
• trauma
• tinnitus

2. Tuli sensorineural
• Tinnitus
• Perasaan tekanan pada telinga
• Merasa pusing
• Mendengar suapa seperti gumaman
• Kesulitan membedakan suara bernada tinggi (seperti s atau th)
• Suara yang teredam
Pemeriksaan diagnostic

1. Tuli konduktif
• Audiometri
• X-ray
2. Tuli sensorineural
• Pemeriksaan Dengan Garputala
• Audiometri
• Audimetri Ambang Bicara
• Diskriminasi
• Timpanometri
• Respon Auditoris Batang Otak
• Elektrokokleografi
Penatalaksanaan

Medikamentosa
a.Tuli Konduktif
• Oklusi Liang Telinga (Serumen Prop atau Benda Asing)
• Otitis Eksterna
• Otitis Media:
b. Tuli Sensorineural
• Tuli yang disebabkan oleh penyakit autoimun: berikan
prednisolon oral disertai metotreksat dosis rendah
• Penyakit Meniere: berikan diuretik kombinasi antara
hidroklorotiazid dan triamterene. Selain itu dapat juga
menggunakan acetazolamide, spironolactone, dan furosemide
2. Pembedahan
a. Tuli Konduktif
• Otitis media yang sering berulang dapat dilakukan
miringotomi dan pemasangan pipa Grommet
• Otitis media supuratif kronik tipe bahaya perlu
dilakukan tindakan seperti mastoidektomi, dengan atau
tanpa timpanoplasti atau miringoplasti
• Otosklerosis dapat melalui tindakan stapedektomi atau
stapedetomi, dimana tulang stapes diganti menjadi
bahan protesis
• Tumor dan osteoma, perlu dilakukan pengangkatan
jaringan patologik melalui operasi
2. Tuli Sensorineural
a. Terapi Suportif
Terapi suportif pada penderita tuli yang dapat
dilakukan yakni berupa rehabilitasi audiologi:
• Rehabilitasi Audiologi
• Alat Bantu Dengar
ASUHAN KEPERAWATAN
KLIEN DENGAN TULI
(KONDUKTIF &
SENSORINEURAL)
Pengkajian

1`.Pengumpulan data
• Anamnesa
– Identitas klien: Data diri klien meliputi : nama, umur, pekerjaan, pendidikan,
alamat, dll.
– Riwayat adanya kelainan nyeri
– infeksi saluran nafas atas yang berulang,
– riwayat infeksi
– riwayat keluarga
– nyeri telinga
– rasa penuh dan penurunan pendengaran
– suhu meningkat
– malaise
– vertigo
– Aktifitas terbatas
– Takut mengahadapi tindakan pembedahan

• Pemeriksaan fisik
– B1(breathing) : infeksi saluran pernafasan atas
yang
– Berulang
– B2(blood) : tidak ada kelainan pada sistem
– Kardiovaskuler
– B3(brain) : pusing, vertigo,nyeri, rasa penuh
pada
– Telingga
– B4(bladder) : tidak ada kelainan
– B5(bowel) : tidak ada kelainan
– B6(bone&muskuluskeletal) : malaise, aktivitas terbatas, suhu
meningkat
Diangsona keperawatan
1. Nyeri berhubungan dengan proses peradangan
2. Gangguan sensori / presepsi berhubungan dengan
kerusakan pada telingatengah
3. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan nyeri
4. Isolasi sosial berhubungan dengan nyeri, otore
5. Kurangnya pengetahuan mengenai pengobatan dan
pencegahan kekambuhan
6. Ansietas berhubungan dengan prosedur perubahan status
kesehatan dan pengobatan
7. Gangguan harga diri rendah berhubungan dengan
berkurangnya pendengaran
Dx Keperawatan
Intervensi keperawatan
Tujuan Intervensi Rasional

Nyeri berhubungan dengan Pasien mengambarkan nyeri 1)kaji nyeri 1)untuk mengukur tingkat/kualitas nyeri
proses peradangan dalam keadan minimal atau tidak 2)Ajarkan klien teknik pengurangan nyeri guna intervensi selanjutnya
ada nyeri 3) Ubah posisi setiap 2 sampai 4 jam 2) pengalihan perhatian dapat mengurangi
4) Berikan analgesik jika dipesankan nyeri
3) posisi yang nyaman dapat membantu
mengurangi tingkat nyeri.
4) analgesic dapat mengurangi nyeri.

Gangguan sensori / presepsi Klien memperlihatkan persepsi 1)Kaji tingkat gangguan persepsi 1)untuk mengukur tingkat pendengaran
berhubungan dengan kerusakan pendengaran yang baik pendengaran klien pasien guna intervensi selanjutnya
pada telingatengah 2) Berbicara pada bagian sisi telinga yang 2) berbicara pada bagian sisi telinga yang
baik baik dapat membatu klien dalam proses
3) Bersihkan bagian telinga yang kotor komunikasi
4) Kolaborasi dengan dokter dengan tindakan 3) telinga yang bersih dapat membantu
pembedahan dalam proses pendengaran yang baik
4) tindakan pembedahan dapat membatu
klien memperoleh pendengaran yang baik
Intoleransi aktifitas klien dapat melakukan 1)Kaji tingkat intoleransi klien 1) Untuk mengetahui tingkat aktivitas
berhubungan dengan nyeri aktivitas dengan baik 2)Bantu klien untuk melakukan aktifitas klien guna intervensi selanjutnya
sehari-hari 2) Bantuan terhadap aktifitas klien dapat
3) Anjurkan klien untuk melakukan mempermudah pemenuhan kebutuhan
aktivitas yang ringan klien
4) Libatkan keluarga untuk proses 3) Aktivitas yang ringan dapat membantu
perawatan dan aktivitas klien mengurangi energy yang keluar
5) Ajurkan klien untuk istirahat yang 4) Keluarga memiliki peranan penting
cukup dalam aktifitas sehari-hari klien selama
perawatan
5) Istirahat yang cukup dapat mebantu
meminimalkan pengeluaran energy.

Isolasi sosial berhubungan pola koping klien adekuat 1)Kaji tingkat koping klien terhadap penyakit 1) Untuk mengetahui tingkat koping pasien
dengan nyeri, otore yang dialaminya terhadap penyakitnya guna intervensi
2) Kaji tingkat pola koping keluarga terhadap selanjutnya.
penyakit yang dialami klien 2) Pola koping keluarga mempengaruhi
3) Berikan informasi yang adekuat mengenai koping pasien terhadap penykitnya
penyakit yang dialami klien. 3) Informasi adekuat dapat memperbaiki
4) Berikan motivasi kepada klien dalam koping pasien terhadap penyakitnya
menghadapi penyakitnya 4) Motivasi dapat membantu pasien dalam
5) Anjurkan keluarga untuk selalu menghadapi penyakitnya dan menjalani
memotivasi klien. pengobatan sehingga klien tidak merasa
sendirian.
5) Motivasi dari keluarga sangat membantu
proses koping pasien.
Kurangnya pengetahuan mengenai klien dapat mengerti mengenai 1)Kaji tingkat pendidikan klien 1) Untuk mengetahui tingkat
pengobatan dan pencegahan penyakitnya. 2) Kaji tingkat pengetahuan klien pendidikan klien guna intervensi
kekambuhan tentang prognosis penyakitnya selanjutnya
3) Berikan informasi yang lengkap 2) untuk mengukur sejauh mana
mengenai penyakit klien. klien mengetahui tentang
4) Berikan informasi yang akurat penyakitnya
jika klien membutuhkan informasi 3) informasi yang lengkap dapat
tentang penyakitnya. menambah pengetahuan klien
sekaligus mengurangi tingkat
kecemasan
4) pemberian informasi yang
akurat dapat menambah informasi
tentang penyakit yang dialami klien

Kurangnya pengetahuan mengenai klien dapat mengerti mengenai 1)Kaji tingkat pendidikan klien 1) Untuk mengetahui tingkat
pengobatan dan pencegahan penyakitnya. 2) Kaji tingkat pengetahuan klien pendidikan klien guna intervensi
kekambuhan tentang prognosis penyakitnya selanjutnya
3) Berikan informasi yang lengkap 2) untuk mengukur sejauh mana klien
mengenai penyakit klien. mengetahui tentang penyakitnya
4) Berikan informasi yang akurat jika 3) informasi yang lengkap dapat
klien membutuhkan informasi tentang menambah pengetahuan klien
penyakitnya. sekaligus mengurangi tingkat
kecemasan
4) pemberian informasi yang akurat
dapat menambah informasi tentang
penyakit yang dialami klien
Ansietas berhubungan dengan klien memperlihatkan ekspresi 1)Kaji tingkat ansietas klien 1) untuk mengukur tingakt
prosedur perubahan status wajah yang ceria. terhadap penyakitnya kecemasan klien terhadap
kesehatan dan pengobatan 2) Kaji tingkat pengetahuan klien penyakitnya guna implementasi
tentang penyakitnya selanjutnya.
3) Berikan informasi klien tentang 2) sebagai tolak ukur untuk
penyakitnya. memberikan informasi selanjutnya
4) Berikan dorongan pada klien mengenai penyakit yang di
dalam menghadapi penyakitnya. alaminya.
5) Libatkan keluarga klien dalam 3) Informasi yang adekuat dapat
proses pengobatan mengurangi kecemassan klien
terhadap penyakitnya
4) Dorongan yang adekuat dapat
menurunkan tingkat kecemasan
klien sekaligus memberikan
perhatian kepada klien.
5) Keluarga klien memiliki peranan
penting dalam proses
penyembuhan dan menurunkan
tingkat kecemasan klien.
Gangguan harga diri rendah Pendengaran menjadi normal, 1)Gunakan alat bantu 1) dengan menggunakan alat bantu
berhubungan dengan sehingga meningkatkan rasa pendengaran, seperti koklear pendengaran meningkatkan respon
berkurangnya pendengaran. percaya diri klien implant. pendengaran klien, sehingga klien
Kriteria Hasil : Percaya diri klien 2) Ajari klien menggunakan bahasa dapat mendengar suara dengan
meningkat karena dapat isyarat, atau body language dan normal, sehingga komunikasi klien
mendengar dengan normal. media tulisan. dengan orang lain tetap lancar.
3) Ajari keluarga dan kolega klien 2) Klien dapat berkomunikasi
untuk berbicara lebih keras atau dengan orang lain dengan
cenderung mendekat ke telinga menggunakan bahasa tubuh atau
yang sehat. bahasa isyarat lainnya dan bisa
juga dengan ditulis, sehingga
komunikasi klien tetap lancar.
3) Memudahkan klien untuk
mendengar, sehingga komunikasi
klien tetap lancar, harga diri klien
meningkat.

Anda mungkin juga menyukai