Anda di halaman 1dari 34

Pencegahan Infeksi

Penyakit Diare
Diare
• Definisi
– Buang air besar (BAB) dengan konsistensi tinja cair atau setengah
cair, dimana kandungan air tinja lebih dari 200 gram atau 200 ml per
24 jam, atau bila frekuensi BAB encer lebih dari 3 kali per hari.

• Klasifikasi
– Berdasarkan lama diare:
• Diare akut: berlangsung selama kurang atau sama dengan 15 hari
• Diare kronik: berlangsung lebih dari 15 hari
– Berdasarkan kausa:
• Diare infektif (inflamasi dan noninflamasi) dan non-infektif
– Berdasarkan ada tidaknya kelainan organik:
• Diare organik dan fungsional
Penyebab Diare
1)     Infeksi
• a)      Bakteri (shigella, salmonelia, e. coli dan golongan vibrio)
• b)      Virus (rotavirus, norwalk+norwalk like agent dan adenovirus)
• c)      Parasit (cacing perut, ascaris, trichuris, bacilus cereus)
2)     Malabsorpsi
3)     Alergi
4)     Keracunan
– a)      Keracunan bahan kimia
– b)      Keracunan oleh racun yang dikandung dan diproduksi (jasad
renik, algae, ikan, buah-buahan, dan sayur-sayuran)
5)     Sebab-sebab lain (makanan, psikis)
Mekanisme dasar yang menyebabkan timbulnya
diare adalah:

a) Gangguan osmotik
Akibat terdapatnya makanan atau zat yang tidak
dapat diserap akan menyebabkan tekanan osmotik
meninggi, sehingga terjadi pergeseran air dan
elektrolit ke dalam rongga usus yang berlebihan ini
akan merangsang usus untuk mengeluarkannya
sehingga timbul diare.
b) Gangguan sekresi
Akibat rangsangan tertentu (misalnya toksin)
pada dinding usus akan terjadi peningkatan
sekresi air dan elektrolit ke dalam rongga usus
dan selanjutnya diare timbul karena terdapat
peningkatan isi rongga usus.
c) Gangguan motilitas usus
Hiperperistaltik akan mengakibatkan
berkurangnya kesempatan usus untuk
menyerap makanan, sehingga timbul diare.
Sebaliknya jika peristaltik menurun akan
mengakibatkan bakteri tumbuh berlebihan
yang selanjutnya akan menimbulkan diare
Epidemiologi Diare

1)      Penyebaran kuman (agen) yang menyebabkan diare

Kuman penyebab diare biasanya menyebar melalui fecal oral


antara lain melalui makanan/ minuman yang tercemar tinja
dan atau kontak langsung dengan tinja penderita. Beberapa
perilaku yang menyebabkan penyebaran kuman enterik dan
meningkatkan resiko terjadinya diare, antara lain :
– Tidak memberikan ASI secara penuh 4-6 bulan pada
pertama kehidupan. Pada bayi yang tidak diberi ASI resiko
untuk menderita diare lebih besar daripada bayi yang
diberi ASI penuh dan kemungkinan menderita dehidrasi
berat juga lebih besar

– Menggunakan botol susu, penggunaan botol ini


memudahkan pencemaran oleh kuman, karena botol
susah dibersihkan.
– Menyimpan makanan masak pada suhu kamar. Bila makanan
disimpan beberapa jam pada suhu kamar, makanan akan
tercemar dan kuman akan berkembang biak

– Menggunakan air minum yang tercemar. Air mungkin sudah


tercemar dari sumbernya atau pada saat disimpan dirumah.
Pencemaran dirumah dapat terjadi kalau tempat
penyimpanan tidak tertutup atau apabila tangan tercemar
menyentuh air pada saat mengambil air dari tempat
penyimpanan
– Tidak mencuci tangan sesudah buang air besar dan
sesudah membuang tinja anak atau sebelum makan dan
menyuapi anak.

– Tidak membuang tinja (termasuk tinja bayi) dengan benar.


Sering beranggapan bahwa tinja bayi tidaklah berbahaya,
padahal sesungguhnya mengandung virus atau bakteri
dalam jumlah besar.

2) Faktor Pejamu yang Meningkatkan Kerentanan terhadap
 

Diare

Tidak memberikan ASI sampai 2 tahun. ASI mengandung antibodi yang


dapat melindungi kita terhadap berbagai kuman penyebab diare

Kurang gizi. Beratnya penyakit, lama dan resiko kematian karena diare
meningkat pada anak-anak yang menderita gangguan gizi

Imunodefisiensi/ imunosupresi. Keadaan ini mungkin hanya berlangsung


sementara, misalnya sesudah infeksi virus (seperti campak) atau mungkin
yang berlangsung lama seperti pada penderita AIDS (Automune Deficiensy
Syndrome)

Secara proporsional, diare lebih banyak terjadi pada golongan Balita (55
%).
3) Faktor Lingkungan dan Perilaku

Penyakit diare merupakan salah satu penyakit


berbasis lingkungan. Dua faktor yang dominan
yaitu sarana air bersih dan pembuangan tinja.
Kedua faktor ini akan berinteraksi bersama
dengan perilaku manusia. Apabila faktor
lingkungan tidak sehat karena tercemar kuman
diare serta perilaku manusia yang tidak sehat
maka menimbulkan diare.
Diare Pada Kehamilan
• Kejadian diare dijumpai pada 34% perempuan hamil

• Penyebab utama diare pada kehamilan: Infeksi


– Sekitar 80% kejadian diare disebabkan oleh infeksi virus seperti
rotavirus ataupun Norwalk

• Penyebab non-infeksi diare pada kehamilan antara lain:


intoleransi laktosa, perubahan hormonal, pengaruh
makanan yang tidak cocok, penggunaan obat-obatan
tertentu, inflammatory bowel disease (IBD) dan irritable
bowel syndrome
• Faktor risiko diare pada kehamilan antara lain;
– perjalanan ke daerah endemik (disebut sebagai
diare turis – traveller’s diarrhea)
– makanan dan air yang tercemar
– adanya perilaku seksual yang menyimpang
– penggunaan obat-obatan seperti antibiotik
ataupun imunosupresan
• Tata laksana diare pada kehamilan meliputi tata
laksana nonfarmakologik dan farmakologik.
– Tata laksana nonmedikamentosa, antara lain
menghindari makanan atau minuman yang dapat
memperberat diare seperti makanan berlemak,
pedas, dengan rempah yang menonjol, ataupun
susu (jika ada intoleransi laktosa). Hindari juga
minuman yang cenderung asam karena dapat
mencetuskan mual muntah yang pada akhirnya
dapat memperberat kondisi dehidrasi
• Terapi medikamentosa diare pada kehamilan
tidak jauh berbeda pada kasus bukan kehamilan,
yakni meliputi terapi konservatif seperti
Rehidrasi (baik dengan cairan per oral ataupun
intravena), memperbaiki kelainan elektrolit yang
terjadi, dan pemberian obat-obatan anti-diare

• Perbedaanya adalah kehati-hatian dalam


pemilihan obat anti-diare terkait efek pada janin
Diare Pada Bayi dan Balita
• Kekeraapan buang air besar tergantung usia.

• Pada bayi baru lahir sampai usia dua bulan


(terutama bayi yang mendapatkan ASI), BAB
sering terjadi, bisa sampai 10 kali sehari.
– Hal ini disebabkan karena refleks gastrokolika
masih kuat (Refleks tubuh yang meningkatkan
pergerakan usus besar yang timbul akibat makan
dan minum sehingga bayi buang air besar segera
setelah makan)
• Tinja tampak cair, berbusa, dan berbau asam.
– Usus bayi belum berfungsi sempurna sehingga sebagian
laktosa tidak dicerna dengan sempurna. Laktosa yang tidak
dicerna usus halus masuk ke usus besar dan difermentasi oleh
bakteri. Terbentuk gas, terlihat seperti buih. Berbau asam
karena terbentuk asam-asam organik dan berbentuk cair
karena terbentuk cairan akibat proses fermentasi

• Jika kenaikan berat badan bayi normal dan bayi tampak


sehat, buang air besar yang sering, berbuih, dan berbau
asam merupakan hal yang normal.
• DIARE pada bayi/anak umumnya terjadi karena infeksi kuman
– Kuman yang paling sering menyerang saluran cerna ialah rotavirus, lainnya
seperti E.coli dan Salmonella

• Pada sebagian besar diare pada anak, biasanya sembuh sendiri

• Perlu dipantau komplikasinya berupa dehidrasi

• Dehidrasi merupakan penyebab kematian pada diare


– Pencegahan terhadap dehidrasi merupakan upaya pengobatan diare yang
utama, yaitu dengan memberikan oralit sedini mungkin pada anak diare
– Caranya: larutan oralit sebanyak 10 cc per kilogram berat anak setiap kali
mencret, segera setelah anak menderita diare. Berikan oralit dengan
sendok, sedikit demi sedikit. Penelitian menunjukkan sebagian besar anak
dengan diare dapat disembuhkan hanya dengan pemberian larutan oralit,
tanpa obat lain.
• Mendekati usia dua bulan, bayi mulai tampak jarang
buang air besar. Bahkan bisa sampai 5-7 hari sekali

• Fungsi saluran cerna bayi berangsur berkembang,


refleks gastrokolika mulai mengendur. Ketersedian
enzim laktase untuk mencerna laktosa mulai
mencukupi sehingga laktosa mulai dicerna dengan
baik, fermentasi laktosa berkurang. Namun, koordinasi
otot-otot sekitar anus belum sempurna sehingga bayi
sukar mengeluarkan tinja yang mulai memadat kental
Tanda dan gejala pada anak yang mengalami diare
• Cengeng, rewel
• Gelisah
• Suhu meningkat
• Nafsu makan menurun
• Feses cair dan berlendir, kadang juga disertai dengan adanya
darah
• Anus lecet
• Dehidrasi
• Berat badan menurun
• Turgor kulit menurun
• Mata dan ubun- ubun cekung
• Selaput lendir dan mulut serta kulit menjadi kering
Klasifikasi tingkat dehidrasi anak dengan diare
Pencegahan
Pencegahan penyakit diare

• Cuci tangan sesering mungkin untuk mencegah


penyebaran virus atau mikroorganisme lain
• Cuci tangan memakai  sabun setelah menyiapkan
makanan, memegang daging mentah, dari toilet,
mengganti popok, bersin, batuk dan membuang
ingus.
• Gunakan pembersih tangan jika mencuci tidak
memungkinkan. gunakan pembersih tangan
berbahan dasar alkohol. pastikan untuk benar-
benar menutupi bagian depan dan punggung
kedua tangan.
• Mencegah diare dari makanan yang
terkontaminasi. untuk mencegah diare yang
disebabkan oleh makanan yang terkontaminasi:
– Sajikan segera makanan atau dinginkan di kulkas
setelah dimasak atau dipanaskan. jika makanan
pada  pada suhu ruangan dapat mendorong
pertumbuhan bakteri.
– Cuci beberapa kali selama mempersiapkan
makanan.
Pencegahan diare pada anak

• Memberi ASI
• Memberi MPASI
• Menggunakan air bersih
• Mencuci tangan
• Menggunakan jamban
• Membuang tinja bayi dengan benar
• Imunisasi campak
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai