Anda di halaman 1dari 34

ASKEP

HIV/AIDS
KELOMPOK 1
Konsep Dasar Medis

1.Definisi HIV/AIDS
AIDS adalah sidroma yang menunjukkan defisiensi
imun seluler pada seseorang tanpa adanya penyebab
yang diketahui unutk dapat menerangkan terjadinya
defisiensi, tersebut seperti keganasan, obat-obatan
supresi imun, penyakit infeksi yang sudah dikenal
dan sebagainya (Christine L,1992).
AIDS diartikan sebagai bentuk paling erat dari
keadaan sakit terus-menerus yang berkaitan dengan
infeksi human immunodetciency virus (HIV). ( Suzane
C. smetzier dan Brenda G Bare 2002).
2. Anatomi Fisiologi
a) Sistem imun adalah sistem pertahanan tubuh
manusia sebagai perlindungan terhadap infeksi
dari makromolekul asing atau serangan
organisme, termasuk virus, bakteri, protozoa,
dna parasit. Sistem kekebalan juga berperan
dalam perlawanan terhadap protein tubuh dan
molekul lain seperti yang terjadi pada
autoimunitas. Dan melawan sel yang teraberasi
yang menjadi tumor.
b) Antibody adalah likoprotein dengan struktur
tertentu yang di sekresi dari pencerap limfosit/B
yang telah teraktivitasi menjadi sel plasma,
sebagai respond dari antigen tertentu dan
reaktif terhadap antigen tersebut.
c). Virus berukuran mikroskopi yang
menginfeksi sel organism biologis. Virus
bersifat obligat, hal tersebut disebabkan
karena virus hanya terdapat di dalam material
hidup dengan menginfasi dan memanfaatkan
sel makhluk hidup karena virus tidak memiliki
perlengkapan seluler untuk berproduksi
sendiri. Biasanya virus mengandung sejumlah
kecil yang diselubungi semacam bahan
pelindung yang terdiri atas protein, lipid,
glikoprotein, atau kombinasi ketiganya.
3. Etiologi
Penyebab adalah golongan virus retro yang disebut
human immunodeficiency virus (HIV). HIV pertama
kali ditemukan pada tahun 1983 sebagai retrovirus
dan disebut HIV-1. Pada tahun 1986 di Afrika
ditemukan lagi retrovirus baru yang diberi nama HIV-
2. HIV-2 dianggap sebagai virus kurang pathogen
dibandingkan dengan HIV-1. Virus ini adalah suatu
retrovirus yang berarti bahwa ia terdiri dari untaian
tunggal RNA virus yang masuk ke dalam inti sel
pejamu dan ditranskripsikan ke dalam DNA pejamu.
HIV terdapat dalam cairan tubuh seseorang seperti
darah, cairan kelamin (semen dan cairan vagina), dan
ASI. Air mata, air liur, dan keringat mungkin
mengandung virus, tetapi jumlahnya diperkirakan
terlalu rendah untuk menularkan virus.
4. Patofisiologi
HIV dapat mencapai sirkulasi sistemik secara
langsung dengan diperantarai benda tajam yang
mampu menembus dinidng pembuluh darah atau
secara tidak langsung melalui kulit dan mukosa yang
tidak intake seperti yang terjadi pada kontak
seksual. Setelah terjadinya kontak seksual secara
oral, virus masuk dan menyebabkan infeksi pada
sfingter anus dan infeksi pada oral.
Selain kontak seksual, virus HIV ini juga bisa masuk
melalui transmisi darah terutama pada pengguna
narkoba IV dengan pemakaian jarum secara
bergantian dan bisa juga melalui transmisi secara
ventrikel (homoseks/biseks) dan sewaktu persalinan
dan pemberian ASI setelah persalinan.
5. Manifestasi Klinik
Menurut Smeltzer & Bare (2013), gejala klinis terdiri
dari dua gejala yaitu gejala mayor (umum terjadi)
dan gejala minor (tidak umum terjadi) : 
A. Gejala mayor
 Berat badan menurun lebih dari 10% dalam satu
bulan
 Diare kronis yang berlangsung lebih dari satu
bulan
 Demam berkepanjangan lebih dari satu bulan
 Penurunan kesadaran dan gangguan neurologis
 Demensia HIV ensepalopati
 Pembengkakan kelenjar getah bening
B. Gejala minor
 Batuk menetap lebih dari satu bulan
 Dermatitis generalisata
 Adanya herpes zoster multisegmental
dan herpes zoster berulang
 Kandidiasis orofaringeal
 Herpes simpleks kronis progresif
 Limfadenopati generalisata
 Infeksi jamur berulang pada alat
kelamin wanita
 Retinitis virus sitomegalo
6. Pemeriksaan Diagnostik
Menurut Smeltzer & Bare (2013), beberapa pemeriksaan untuk
penegakan diagnosis pada kasus HIV/AIDS, yaitu :
a. Tes untuk mendiagnosa infeksi HIV
 ELISA (enzyme linked immunosorbent assay)

ELISA digunakan untuk menemukan antibody. Kelebihan teknik


ELISA yaitu sensifitas yang tinggi yaitu 98,1% - 100%. Biasanya
memberikan hasil positif 2 – 3 bulan setelah infeksi. ELISA telah
menggunakan antigen recombinan, yang sangat spesifik
terhadap envelope dan core.
 Western blot

Western blot biasanya digunakan untuk menentukan kadar relative


dari suatu protein dalam suatu campuran berbagai jenis protein
atau molekul lain. Biasanya protein HIV yang digunakan dalam
campuran adalah jenis antigen yang mempunyai makna klinik,
seperti gp120 dan gp41 (Kresno, 2001). Western blot mempunyai
spesifitas tinggi yaitu 99,6% - 100%. Namun pemeriksaan cukup
sulit, mahal, dan membutuhkan waktu sekitar 24 jam.
7. Komplikasi
 Komplikasi HIV/AIDS yang berupa infeksi

Salah satu bahaya serius yang mengintai orang


HIV/AIDS (ODHA) adalah macam-macam infeksi
yang dinamakan dengan infeksi oportunistik.
Disebut oportunistik karena berbagai macam
microba penyebab infeksi (termasuk bakteri,
jamur, parasit, dan virus lainnya) muncul
mengambil kesempatan selagi daya tahan tubuh
sedang lemah-lemahnya. Komplikasi HIV/AIDS ini
tidak dapat mudah sehingga makin menurunkan
kondisi kesehatan penderita dengan cepat.
Berikut adalah beberapa jenis infeksi yang rentan
menyerang orang dengan HIV/AIDS.:
 Candidiasis merupakan infeksi yang disebabkan oleh
jamur candida yang bisa muncul di bagian tubuh
mana pun. Orang dengan infeksi HIV sering
mengalami candidiasis, terutama di mulut dan
vagina.
 Pneumonia adalah infeksi oportunistik yang paling
serius bagi penderita HIV. Infeksi pneumonia yang
biasa terjadi pada penderita HIV adalah Pneumocytis
pneumonia (PCP) yang dapat diobati dengan
antibiotic.
o Tuberkulosois disebabkan oleh bakteri
Mycobacterium tuberculosis. Penyakit ini dapat
menyebar melalui percikan ludah ketika
penderitanya batuk, bersin, atau bicara. Penderita
HIV sangat mudah terkena penyakit TB. Bila tidak
diobati, penyakit ini dapat menyebabkan kematian.
8. Dampak yang ditimbulkan terhadap
penyimpanan kebutuhan dasar pada manusia
Permasalahan-permasalahan yang terjadi pada ODHA
dapat dibagi atas beberapa aspek. Aspek tersebut
merupakan permasalahan fisik, sosial, dan psikologis
yang saling mempengaruhi satu sama lain.
Permasalahan fisik yang dihadapi oleh ODHA adalah
penurunan atau kenaikan berat badan secara
berlebihan, kurangnya selera makan, berubahnya
penampilan, dan terkena beberapa penyakit seiring
berkurangnya jumlah CD4 dalam tubuh akibat HIV.
Seseorang dapat dengan mudah terserang penyakit
kulit, penurunan selera makan, dan penurunan BB
dikarenakan HIV melibatkan saluran GI
(gastrointestinal). Penyakit lain yang juga dapat
ditimbulkan adalah kesulitan bernafas (dispnea), diare,
sembelit, konstipasi, mual dan muntah, dan anoreksia.
9. Penatalaksanaan
A. Pengobatan suportif , untuk pasien yang malnutrisi
(perlu dukungan nutrisi), multivitamin (B-compleks, C,
E, selenium), aspek psikologis (perawatan personal
dan dihargai, mempunyai seseorang untuk diajak
bicara tentang masalahnya, mengurangi penghalang
untuk pengobatan pendiidikan/penyuluhan tentang
kondisi mereka), aspek sosial (dukungan emosional,
penghargaan dukungan instrumental, serta dukungan
informative lainnya.
Tujuan :
 Meningkatkan keadaan umum pasien
 Pemberian gizi yang sesuai
 Obat sistomatik dan vitamin
 Dukungan psikologis
B. Pengobatan infeksi oportunistik.
Pada pengobatan ini diberikan sesuai penyebab seperti
antibiotik, obat antiradang, dan pemberian nutrisi yang
adekuat baik infuse atau makanan minuman. Bila pasien
dalam keadaan terminal , penting untuk memberikan
rasa nyaman pada pasien. Infeksinya yaitu :
 Kandidiasis
 Tuberculosis
 Toksoplasmosis
 Herpes
 Pneumocytis pnemunia
 Pengobatan yang terkait AIDS, Limfoma malignum,
sarcoma Kaposi dan sarcoma serviks, di sesuaikan
dengan standar terapi penyakit kanker.
Terapi :
 Flukonazol adalah obat yang digunakan untuk mengobati
candidiasis. Bagian tubuh yang bisa terinfeksi oleh jamur ini
meliputi vagina, mulut, tenggorokan, kerongkongan, rongga
perut, paru, saluran kemih, dan aliran darah. Selain itu, obat
ini juga mampu mencegah infeksi jamur pada pasien yang
memiliki sistem kekebalan tubuh lemah, seperti pasien yang
menjalani kemoterapi atau radioterapi, setelah transplantasi
sumsum tulang, serta penderita AIDS.
 Rifampisin, INH, etambutol, pirazinamid, stremptomisin
digunakan untuk menjamin ketersediaan obat untuk setiap
pasien. Dimana obat ini disediakan dalam bentuk paket.
Satu paket dibuat untuk satu pasien untuk satu masa
pengobatan.
 Pirimetamin, sulfadiazine, asam folat adalah obat untuk
mengatasi sejumlah infeksi akibat bakteri. Obat yang masuk
ke dalam kelompok antibiotic ini bekerja dengan cara
membunuh bakteri atau menghentikan
perkembangbiakannya.
PEMBAHASAN KASUS

Tn.H masuk rumah sakit pada tanggal 7 maret 2020, pukul


20.30 WITA. Pasien masuk dengan keluhan sulit menelan
makanan dan mengalami penurunan nafsu makan serta
mengalami mual muntah. Pada saat pengkajian Tn.H dalam
keadaan komposmentis. Pasien tidak memiliki riwayat penyakit.
Pasien terpasang infuse dengan bantuan oksigen nasal kanul 4
LPM. Hasil pemeriksaan fisik RR 25x/menit, TD 90/60 mmHg, HR
116x/menit, S 36,5°C, konjungtiva tampak anemis, dan sklera
tampak ikterik. Ada batuk disertai sputum dengan warna
kekuning-kuningan. Pada saat dikaji pasien mengeluh pusing,
sulit menggerakkan tangan dan kaki. Saat ini pasien juga masih
mengalami mual muntah dan tidak ada nafsu makan. Hasil
pemeriksaan foto thoraks didapatkan hasil pneumocystic
jiroveci pneumonia.
A. PENGKAJIAN
1.Identitas Pasien
Nama : Tn.H
Umur : 42 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Status perkawinan : Sudah kawin
Pendidikan terakhir : SMA
Bahasa yang digunakan : Bahasa
Indonesia
Alamat : Jln. Gagak No.10
2. Alasan masuk rumah sakit
 Alasan di rawat : pasien mengalami kesulitan untuk menelan dan sulit
menggerakkan tangan dan kaki
 Keluhan utama : sulit menelan makanan dan minuman serta
mengalami mual muntah dan penurunan nafsu makan. Batuk disertai
sputum berwarna kekuning-kuningan, pusing, dan sulit menggerakkan
tangan dan kaki
 
3. Riwayat kesehatan
 Riwayat kesehatan sebelum sakit

Pasien sebelumnya belum pernah mengalami sakit serius kecuali demam


dan flu
 Riwayat kesehatan sekarang

Sebelum masuk rumah sakit pasien sempat mengalami batuk biasa


ketika dirumah namun pasien hanya meminum obat yang banyak dijual
di pasar untuk mengurangi batuk yang dirasakannya. Namun semakin
hari batuknya semakin memburuk hingga adanya sputum. Diikuti dengan
penurunan nafsu makan dan kesulitan bergerak pada bagian tangan dan
kaki. Akhirnya pasien memutuskan untuk melakukan pemeriksaan ke
rumah sakit.
B. DATA FOKUS PENGKAJIAN
11 Pola Gordon :
1.Pola persepsi kesehatan dan pemeliharaan kesehatan
a. Keadaan sebelum sakit :
Pasien mengatakan sering menjaga kesehatan
b. Riwayat penyakit saat ini :
- Keluhan utama : pasien mengatakan sesak napas, batuk
disertai sputum berwarna kekuning-kuningan
- Riwayat keluhan utama : pasien mengatakan tidak ada
riwayat penyakit
2. Pola nutrisi dan metabolic
a.Keadaan sebelum sakit :
Pasien mengatakan makan 3 kali sehari
b.Keadaan sejak sakit :
Pasien mengatakan sulit menelan, nafsu makan menurun,
serta mengalami mual dan muntah. Konjungtiva tampak
anemis, sclera tampak ikterik
3. Pola eliminasi
a.Keadaan sebelum sakit :
Pasien mengatakan tidak ada masalah
dalam proses BAB dan BAK
b.Keadaan sejak sakit :
Pasien mengatakan BAB tidak lancar
4. Pola aktivitas dan latihan
a.Keadaan sebelum sakit :
Pasien mengatakan sering berolahraga
b.Keadaan sejak sakit :
Pasien mengatakan sulit menggerakkan
kaki dan tangan
5. Pola tidur dan istirahat
a.Keadaan sebelum sakit :
Pasien mengatakan sebelum sakit tidurnya
normal seperti biasa
b.Keadaan sejak sakit :
Pasien mengatakan sulit tidur karena sesak
yang di rasa
6. Pola persepsi kognitif
a.Keadaan sebelum sakit :
Pasien mengatakan tidak ada masalah dalam
penglihatan dan pendengaran
b.Keadaan sejak sakit :
Pasien mengatakan tidak ada masalah dalam
penglihatan dan pendengaran
7. Pola persepsi dan konsep diri
a. Keadaan sebelum sakit :
Pasien mengatakan menerima kehidupannya dengan
lapang dada dan merasa senang dengan perannya
sebagai kepala rumah tangga
b.Keadaan sejak sakit :
Pasien mengatakan sering merasa tidak berguna lagi,
merasa cemas dengan penyakitnya saat ini
8. Pola peran dan hubungan dengan sesama
a.Keadaan sebelum sakit :
Pasien mengatakan selalu baik dan akrab dengan
tetangganya. Pasien mengatakan jika ada waktu
luang berkumpul-kumpul dengan tetangganya
b.Keadaan sejak sakit :
Pasien mengatakan sejak sakit merasa dijauhi orang
dan merasa diisolasikan dengan keadaannya saat ini
9. Pola reproduksi dan seksualitas
a.Keadaan sebelum sakit :
Pasien mengatakan tidak ada masalah dengan alat
reproduksinya
b.Keadaan sejak sakit : libido menurun
10. Pola mekanisme koping dan toleransi terhadap stress
a.Keadaan sebelum sakit : pasien mengatakan tidak suka marah
atau membesar-besarkan masalah. Jika ada masalah dalam
keluarganya ia memilih diam dan menghindar
b.Keadaan sejak sakit :
Pasien mengatakan mulai terbiasa dengan kondisi lingkungan
dan situasi baru yang dialaminya di rumah sakit
11. Pola sistem nilai kepercayaan
a.Keadaan sebelum sakit :
Pasien mengatakan tidak sering sholat. Pasien mengatakan ia
menganut agama islam
b.Keadaan sejak sakit :
Pasien mengatakan tidak pernah sholat selama di rumah sakit
C. ANALISA DATA
N DATA ETIOLOGI PROBLEM
O
1 DS : Mukus yang Ketidakefektifa
Pasien mengatakan sesak berlebihan n bersihan
napas dan batuk jalan nafas
disertai sputum
berrwarna kekuning-
kuningan
DO :
Pasien tampak sesak
dengan RR:25x/menit,
dengan bantuan nasal
kanul 4 LPM
DS : Faktor biologi Ketidakseimban
Pasien mengatakan sulit gan nutrisi
menelan, nafsu makan kurang dari
menurun, mengalami kebutuhan
mual dan muntah tubuh
DO :
Konjungtiva tampak
anemis, dan sclera
tampak ikterik

DS : Imobilitas Intoleransi
Pasien mengatakan sulit aktivitas
menggerakkan kaki
dan tangan
DO :
Pasien tampak
lemas/lelah
D. DIAGNOSA KEPERAWATAN
 Ketidakefektifan bersihan jalan nafas b/d
mukus yang berlebihan
 Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh b/d faktor biologi
 Intoleransi aktivitas b/d imobilitas
E. RENCANA KEPERAWATAN
N DIAGNOSA KEPERAWATAN NOC NIC
O
1 Ketidakefektifan bersihan Status pernapasan Manajemen jalan napas
jalan nafas b/d mukus - Frekuansi pernapasan - Monitor status pernapasan
yang berlebihan dipertahankan pada skala 2 dan oksigenasi, sebagai
ditingkatkan ke 4 mestinya
- Batuk dipertahankan pada skala - Motivasi pasien untuk
2 ditingkatkan ke 4 bernapas pelan, dalam,
- Akumulasi sputum berputar dan batuk
dipertahankan pada skala 2 - Instruksikan bagaimana agar
ditingkatkan ke 4 bisa melakukan batuk efektif
- Posisikan untuk meringankan
sesak nafas
- Buang secret dengan
memotivasi pasien untuk
melakukan batuk atau
menyedot lendir
Ketidakseimbanga Nafsu makan Manajemen nutrisi
n nutrisi - Hasrat/keinginan - Monitor kalori dan
kurang dari dipertahankan pada asupan makanan
kebutuhan skala 2 ditingkatkan - Anjurkan pasien
tubuh b/d ke 4 untuk memantau
faktor biologis - Intake makanan kalori dan intake
dipertahankan pada makanan
skala 2 ditingkatkan - Anjurkan keluarga
ke 4 untuk membaca
Status menelan makanan favorit
- Tidak nyaman pasien sementara
dengan menelan berada di rumah
dipertahankan pada sakit atau fasilitas
skala 2 ditingkatkan perawatan yang
ke 4 sesuai
- Peningkatan usaha - Tentukan status
menelan gizi pasien dan
dipertahankan pada kemampuan
skala 2 ditingkatkan pasien untuk
ke 4 memenuhi gizi
pasien
- Instruksikan
pasien mengenai
kebutuhan nutrisi
3 Intoleran aktifitas b/d Toleransi terhadap aktivitas Manajemen energy
imobilitas - Kemudahan dalam melakukan - Monitor intake/asupan
aktivitas hidup harian nutrisi untuk mengetahui
dipertahankan pada skala 2 sumber energy yang
ditingkatkan ke 4 adekuat
- Kekuatan tubuh bagian bawah - Anjurkan pasien untuk
dipertahankan pada skala 2 memilih aktivitas-aktivitas
ditingkatkan ke 4 yang membangun ketahanan
Pergerakan - Anjurkan aktivitas fisik
- Bergerak dengan mudah (ambulasi,ADL) sesuai
dipertahankan pada skala 2 dengan kemampuan pasien
ditingkatkan ke 4 - Kurangi ketidaknyamanan
fisik pasien yang dialami
pasien yang bisa
mempengaruhi fingsi
kognitif, pemantauan diri,
dan pengaturan aktivitas
pasien
- Lakukan ROM aktif/pasif
untuk menghilangkan
ketegangan otot
- Konsultasikan dengan ahli
gizi mengenai cara
meningkatkan asupan
energy dari makanan
F. PELAKSANAAN KEPERAWATAN
N DIAGNOSA KEPERAWATAN IMPLEMENTASI
O
1 Ketidakefektifan bersihan Manajemen jalan napas
jalan nafas b/d mukus - Memonitor status pernapasan
yang berlebihan dan oksigenasi, sebagai
mestinya
- Memotivasi pasien untuk
bernapas pelan, dalam,
berputar dan batuk
- Menginstruksikan bagaimana
agar bisa melakukan batuk
efektif
- Memposisikan untuk
meringankan sesak nafas
- Membuang secret dengan
memotivasi pasien untuk
melakukan batuk atau
menyedot lendir
2 Ketidakseimbangan Manajemen nutrisi
nutrisi kurang dari - Memonitor kalori dan
kebutuhan tubuh asupan makanan
b/d faktor biologis - Menganjurkan pasien
untuk memantau kalori
dan intake makanan
- Menganjurkan keluarga
untuk membaca makanan
favorit pasien sementara
berada di rumah sakit atau
fasilitas perawatan yang
sesuai
- Menentukan status gizi
pasien dan kemampuan
pasien untuk memenuhi
gizi pasien
- Menginstruksikan pasien
mengenai kebutuhan
nutrisi
3 Intoleran aktifitas b/d Manajemen energy
imobilitas - Memonitor intake/asupan
nutrisi untuk mengetahui
sumber energy yang
adekuat
- Menganjurkan pasien
untuk memilih aktivitas-
aktivitas yang membangun
ketahanan
- Menganjurkan aktivitas
fisik (ambulasi,ADL) sesuai
dengan kemampuan
pasien
- Mengurangi
ketidaknyamanan fisik
pasien yang dialami pasien
yang bisa mempengaruhi
fingsi kognitif,
pemantauan diri, dan
pengaturan aktivitas
pasien
- Melakukan ROM aktif/pasif
untuk menghilangkan
ketegangan otot
- Mengkonsultasikan
dengan ahli gizi mengenai
G. EVALUASI
Tahap evaluasi berpedoman pada kriteria tujuan yang
tercantum pada rencana keperawatan.
1. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas b/d mukus yang
berlebihan
H/ : Pasien mengatakan sputum/mukus sudah berkurang
namun masih mengalami batuk
2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan
tubuh b/d faktor biologis
H/ : Pasien mengatakan sudah tidak mual, pasien
mengatakan nafsu makan mulai meningkat, nutrisi pasien
mulai meningkat
3. Intoleran aktifitas b/d imobilitas
H/ : Pasien mengatakan dalam memenuhi kebutuhan
seperti makan, minum, BAB, dan BAK di bantu oleh
keluarga. Pasien masih mengalami intoleransi aktivitas

 
DANGKE

Anda mungkin juga menyukai