Anda di halaman 1dari 9

Angin bertiup amat pelan.

Terpaanya yang
lemah hanya bisa mengoyangkan dedaunan di pucuk-
pucuk pohon kers, yang tumbuh tak beraturan
dipinggir Sungai Brantas. Jauh diatas sana, bias sinar
bulan terlihat begitu indah menghiasi kisi-kisi langit
yang bermandikan cahaya purnama. Bayangannya
jelas terlihat dipermukaan sungai yang tengah penuh,
hingga arus mengalir begitu perlahan, bahkan air
tampak seakan tak berjalan.
Secara yuridis, Perda menjadi urgen
untuk segera direalisasikan. Mengingat
Undang-Undang Sisdiknas No. 20 Tahun
2003 menyiratkan adanya jaminan
pendidikan dasar cuma-cuma. Pada
pasal 34 ayat (2) tentang wajib belajar
disebutkan, bahwa pemerintah dan atau
pemerintah daerah menjamin
terselenggaranya wajib belajar minimal
pada jenjang pendidikan dasar tanpa
memungut biaya.
Berdasarkan hasil temuan UNDP (
United Nations Development Programme) ,
posisi minat baca Indonesia berada di
peringkat 96, sejajar dengan Bahrain,
Malta, dan Suriname. Untuk Kawasan Asia
Tenggara, hanya ada dua negara dengan
peringkat di bawah Indonesia, yakni
Kamboja dan Laos. Masing-masing berada
di urutan angka seratus. Apa pun
alasannya, posisi Indonesia yang terlalu
rendah dalam minat baca ini tentu sangat
memprihatinkan bagi bangsa yang
mengklaim sebagai bangsa besar.
Bukannya murah, atau bebas biaya, kenyataannya

ditengah himpitan ekonomi, justru biaya pendidikan

melejit naik. Banyak anak-anak tidak sekolah, hanya

karena keluarganya miskin. “Maaf, sekolah ini

memang harus ada bayaran” adalah bentuk

pelarangan halus bagi mereka yang miskin. Bisa jadi,

“Orang miskin dilarang sekolah”, hanyalah paradoks.

Tapi paradoks itu telah menjadi kenyataan.


IKAPI (Ikatan Penebit Indonesia)
sebagai sebagai organisasi yang
berada di garda terdepan dalam
pengembangan perbukuan
Indonesia merasa perlu untuk
melakukan kampanye pentingnya
buku dalam kehidupan sehari-hari. 
Sebagai titik tolaknya, IKAPI telah
mempelopori untuk mencanangkan
17 Mei sebagai Hari Buku Nasional.
Negara Indonesia dibangun melalui
peradaban yang sangat panjang dari jaman
kerajaan hingga jaman modern. Otonomi
daerah telah memberikan warna dalam
perkembangan kepemimpinan di Indonesia.
Golongan pemimpin identik dengan
golongan tua di mana, para pemuda
kurang diberikan kesempatan untuk dapat
memimpin. Namun, patut untuk disadari
bahwa batasan usia tidaklah menjamin
kematangan seseorang untuk lebih maju.
Sebagai tradisi timur kita semua
pecaya bahwa doa orang tua sangat
manjur artinya dapat memberi kita
kesenangan bahkan kesengsaraan.
Sesuai dengan pepatah Jawa “setetes
banyu ngademi, seperci genik manasi”.
Kata tersebut begitu sangat dalam
artinya, bahwa doa orang tua akan
memberikan kita kesejukan dan
amarahnya akan mendatangkan
malapetaka dalam kehidupan.
Di
pinggir sungai, di gazebo yang
banyak memadati lembah berumput itu,
temaram malam menyiratkan raut
romantis yang mendamaikan hati.
Sementara disana, tepatnya disebelah
barat, diatas jembatan sungai yang lebar
ini, tampak kilatan lampu kendaraan
berlalu lalang, bersaing dengan bintang-
bintang yang kurang tajam bersinar.
 ......................................

DIKUTIP DARI NOVEL “TASAWUF CINTA”,


KARYA: M.HILMI AS’AD
  
Prospek peningkatan kualitas SDM dimasa
datang pun terlihat suram. Rata-rata angka
partisipasi pendidikan lanjutan dan
pendidikan tinggi relative rendah (56% untuk
SLTP, 32% untuk SLTA, dan 12 untuk PT).
Dalam kondisi demikian, Otonomi daerah
(termasuk sektor pendidikan) dilaksanakan.
Di era otonomi daerah, urusan pendidikan, TK
sampai SLTA, menjadi tanggung jawab daerah.
Hanya perguruan tinggi yang masih dipegang
pusat. Jelas, masa depan pendidikan
tergantung pada kemampuan pemerintah daerah
dalam mengelola sektor pendidikannya.

Anda mungkin juga menyukai