Anda di halaman 1dari 116

I.

Pengelolaan Area Isolasi


01 Klinik Demam

Bagian Satu Pengelolaan


Pencegahan dan Pengendalian
Pengaturan Zona

Pengaturan Denah Pengaturan Pasien


Pengaturan Denah

Jalur masuk satu arah yang eksklusif dengan tanda yang jelas
01
Fasilitas kesehatan harus membuat klinik demam yang relatif
berdiri sendiri, termasuk jalur masuk satu arah yang eksklusif
di pintu masuk rumah sakit dengan tanda yang terlihat;

02 Prinsip “3 zona dan 2 jalur perlintasan"


Zona terkontaminasi, zona potensi terkontaminasi
dan zona bersih yang diberi tanda secara jelas, serta
dua penyangga antara zona yang terkontaminasi dan
zona yang berpotensi terkontaminasi;
03 Prinsip “3 zona dan 2 jalur perlintasan"
• Sebuah jalur perlintasan yang terpisah untuk barang-barang
yang terkontaminasi;
• Menetapkan wilayah visual untuk pengiriman barang satu arah
dari area kantor (zona yang berpotensi terkontaminasi) ke
ruang isolasi (zona yang terkontaminasi)

04 STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR


• Ada prosedur operasi standar yang sesuai bagi
tenaga medis untuk memakai dan melepas alat
pelindung mereka.
• Buat bagan alur dari berbagai zona, sediakan
cermin ukuran penuh dan amati rute berjalan
secara ketat;
SUPERVISI OLEH TEKNISI PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN
05 Teknisi pencegahan dan pengendalian infeksi harus
ditunjuk untuk mengawasi tenaga medis dalam
memakai dan melepas alat pelindung untuk
mencegah kontaminasi;

DISINFEKSI BARANG TERKONTAMINASI


06
Semua barang di zona terkontaminasi yang belum
didesinfeksi tidak boleh dibuang.
Pengaturan Zona
Siapkan ruang pemeriksaan terpisah secara khusus, laboratorium, ruang observasi,dan
ruang resusitasi;

Siapkan area prapemeriksaan dan triase untuk melakukan penyaringan awal pasien;

Pisahkan zona diagnosis dan zona Penatalaksanaan:


 pasien yang memiliki riwayat epidemiologi dan demam dan/atau gejala-gejala
pernapasan harus dibawa ke zona khusus untuk pasien yang diduga terkena COVID-19;
 pasien yang mengalami demam biasa tetapi tidak memiliki riwayat epidemiologi yang
jelas harus dibawa ke zona pasien demam biasa
Pengaturan Pasien
Pasien yang mengalami
demam harus memakai
masker bedah medis

Ajarkan kepada pasien


dan keluarganya
mengenai cara mengenali
Masker
gejala dantindakan
pencegahan penting sejak
dini EDUKASI
HANYA
WAKTU PASIEN
BERKUNJUNG
Hanya pasien yang
Lama kunjungan pasien harus
diizinkan masuk ke ruang
diminimalkan untuk menghindari
tunggu agar ruang tidak
terjadinya infeksi silang;
terlalu padat;
PENYARINGAN, PENERIMAAN, DAN PENGECUALIAN

KRITERIA PENYARINGAN
Riwayat Dalam 14 hari sebelum penyakit timbul, ada RIWAYAT:
Epidemi- ① Perjalanan/tinggal di daerah berisiko tinggi;
ologi ② Kontak dengan pasien SARS-CoV-2 (hasil NAT +)
③ Bersentuhan langsung dengan pasien gejala demam/pernapasan di
daerah berisiko tinggi Tidak
(RE) memiliki RE
④ Pengelompokan penyakit (>=2 kasus gejala demam &/ pernapasan di
tempat2 dlm 2 minggu terakhir). +
Tidak
Manifes- ① Pasien mengalami demam &/ gejala pernapasan 1—2
1 RE memiliki RE
tasi ② Pasien memiliki ciri-ciri pencitraan CT untuk COVID-19: manifestasi
+ +
 Bayangan bercak  menjadi ground glass opacity / pengisian klinis
Klinis 2 MK 3 MK
parsial ruang udara dan infiltrat pada kedua paru-paru.
 Kasus parah  konsolidasi paru & efusi pleura; +
(MK) namun
③ Hitungan leukosit normal/↓ (tahap awal penyakit) , atau PENCITRAAN
jumlah limfositnya normal/↓ (seiringnya waktu). berkata iya

Konsultasi
Diagnosis Kasus Dugaan Terinfeksi Ya Ya
Pasien memenuhi KRITERIA PENYARINGAN
(pasien terduga terpapar)?

Ya Tidak
X ada riwayat
Uji asam nukleat epidemiologis
(NAT)
Bila X dapat dikesampingkan
sebagai pengidap COVID-19
+ - (berdasarkan gejala & pencitraan)

 RAWAT INAP Uji ulang 24 jam kemudian


Evaluasi lanjutan
 DIOBATI secara kolektif &
sesuai keparahan kondisi Dianggap Dianggap X terinfeksi Diagnosis
terinfeksi COVID-19, bila: COVID-19, bila: menyeluruh
Bangsal isolasi umum/  2 hasil NAT –
ICU terisolasi Manifestasi klinis +  Manifestasi klinis –

Tes NAT tambahan Pulang dari RS


setiap 24 jam
Hingga dikecualikan/ dipastikan
Persyaratan Bangsal Isolasi
1
Pasien yang DIDUGA dan 3
DIPASTIKAN TERINFEKSI
2 harus
DIPISAHKAN di area Pasien yang DIPASTIKAN
Pasien TERDUGA TERINFEKSI dapat ditempatkan
bangsal yang berbeda;
TERINFEKSI harus diisolasi di di ruangan yang sama
- Jarak tempat tidur > 1,2 meter.
satu kamar tersendiri.

AREA BANGSAL ISOLASI :


Area Bangsal Observasi - Setiap kamar harus dilengkapi dengan fasilitas
Bangsal Isolasi - Aktivitas pasien harus dibatasi di bangsal isolasi
Area ICU Isolasi

 Kunjungan dan Penatalaksanaan oleh anggota keluarga harus ditolak.


 Edukasi Pasien u/ mencegah penyebaran Covid-19
II. Pengelolaan Staf

Pengelolaan Kesehatan
Pengelolaan alur kerja
1. Pengelolaan alur kerja
Sebelum mengakhiri tugasnya, staf harus
mandi dan melakukan regimen pembersihan
diri yang diperlukan untuk mencegah
kemungkinan terjadinya infeksi.

Atur Penatalaksanaan, pemeriksaan, dan desinfeksi


untuk setiap tim secara kelompok untuk mengurangi
frekuensi keluar masuk staf dari bangsal isolasi.

Staf harus dibagi menjadi beberapa tim berbeda. Jam kerja setiap
tim di ruang isolasi harus dibatasi maksimum 4 jam dan pada waktu
yang berbeda.

Sebelum bekerja di klinik dan bangsal isolasi staf harus mengikuti


dan lulus pelatihan dan pemeriksaan secara ketat untuk
memastikan mereka mengetahui cara memakai dan melepas alat
pelindung diri.
2. Pengelolaan Kesehatan

Saat staf garis depan


Staf garis depan di Pantau dan catat status menyelesaikan
daerah isolasi - kesehatan termasuk pekerjaan mereka di
harus tinggal di pemantauan suhu tubuh area isolasi dan kembali
akomodasi yang Diet bergizi harus dan gejala pernapasan; ke kehidupan normal
terisolasi disediakan untuk Atasi masalah psikologis terlebih dahulu menjalani
dan tidak boleh meningkatkan dan fisiologis yang tes NAT untuk SARS-
muncul. Apabila staf mengalami CoV-2  negatif,
keluar tanpa izin. kekebalan tenaga
gejala yang terkait diisolasi secara kolektif di
medis. seperti demam, mereka area tertentu selama 14
harus segera diisolasi
hari sebelum dilepaskan
dan disaring dengan
NAT.
dari observasi medis.
III. Pengelolaan Perlindungan Pribadi Terkait COVID-19
Perlindungan Perlindungan Perlindungan
tingkat I tingkat II tingkat III
• Topi bedah
• Topi bedah sekali pakai • Topi bedah
sekali pakai
sekali pakai • Masker N95
Perlindungan • Masker (N95)
• Masker bedah • Baju • Baju seragam
tingkat
seragam
III
sekali pakai kerja
• Baju seragam kerja • Baju seragam
pelindung medis
kerja Sarung • Baju
Perlindungan
Peralatan tangan karet
tingkat II
seragam
pelindung
sekali pakai
• Sarung tangan
sekali karet sekali
perlindungan • pakai medissekali pakai
atau/dan pakai • Perangkat
Perlindungan pakaian • Sarung pelindung
tingkat I isolasisekali tangan • pernapasan
pakai apabila karet sekali sewajah atau
• respirator
perlu pakai pemurni udara
• Kaca Mata listrk
Pelindung
Perlindungan Perlindungan Perlindungan
tingkat I tingkat
• Bagian II jalan
rawat tingkat III
pasien demam • Ketika staf melakukan
• Area bangsal isolasi operasi seperti intubasi
(termasuk intensif trakea, trakeotomi,
ICU terisolasi) bronkofibroskopi,
• Pemeriksaan endoskopi
spesimen non gastroenterologis, dll.,
dan selama memakainya,
pernapasan pada pasien diduga/
• Triase pra- pasien yang diduga/ dipastikan
Cakupan pemeriksaan, dipastikan terinfeksi menyemburkan atau
• Bagian rawat jalan • Pemeriksaan menyemprotkan cairan
penerapan umum pencitraan pada pernapasanatau
cairan/darah tubuh.
pasien yang
• Saat staf melakukan
diduga/dipastikan operasi dan otopsi untuk
terinfeksi pasien yang
• Pembersihan alat dipastikan/diduga
bedah yang dipakai terinfeksi
pada pasien yang • Saat staf melakukan NAT
untuk COVID-19
diduga/dipastikanteri
nfeksi
• Protokol Memakai APD Protokol Melepas APD

Protokol Operasi
Rumah Sakit
Prosedur Desinfeksi untuk Area Bangsal
Isolasi COVID-19
Desinfeksi Lantai dan Dinding

01 Hilangkan semua polutan sebelum desinfeksi.


Desinfeksi dengan larutan mengandung klorin Desinfeksi Permukaan Berbagai
1000 mg selama 30 menit sebanyak tiga kali Benda
sehari
02 Hilangkan semua polutan sebelum
desinfeksi. Desinfeksi dengan larutan
mengandung klorin 1000 mg/L selama 30
menit sebanyak tiga kali sehari. Bersihkan
dari daerah yang bersih dahulu

Desinfeksi Udara

03 Gunakan pensteril udara plasma yang


di jalankan terus-menerus atau
Pembuangan Feses dan Saluran
Pembuangan Kotoran
gunakan lampu ultraviolet selama 1
jam sebanyak tiga kali sehari 04 Sebelum di buang, harus didesinfeksi
dengan desinfektan mengandung
klorin aktif 40mg/L selama 1,5 jam.
Total konsentrasi klorin residu harus
mencapai 10mg/L.
Prosedur Desinfeksi untuk Area Bangsal Isolasi COVID-19

Untuk tumpahan dengan volume 02 Untuk tumpahan dengan volume


01 darah/cairan tubuh kecil (<10 mL) darah/cairan tubuh besar (>10 mL):

Opsi 1: tutup dengan lap disinfektan


Opsi 1:yang
Serap cairan yang tumpah selama 30 menit
mengandung klorin efektif 5000 mg/L buang
dengan handuk penyerap bersih (mengandung asam
secara hati-hati  lap dua kali permukaan
peroksida yang bisa menyerap hingga 1 L cairan per
handuk)  bersihkan area yang terkontaminasi setelah
benda dengan lap disinfektan yang mengandung
polutan disingkirkan.
klorin
Opsi 2: Tutupi seluruh tumpahan memakai bubuk
Opsi 2: Hilangkan tumpahan secara hati-hati
disinfektan atau bubuk pemutih yang mengandung bahan
memakai bahan penyerap sekali pakaipenyerap air atau tutup seluruhnya memakai bahan yang
menyerap air sekali pakaii tuangkan secukupnya 10.000
seperti kain kasa, tisu, dll., yang telah direndam
di dalam larutan disinfektan yang mg/L disinfektan yang mengandung klorin ke dalam bahan
penyerap air (atau tutup dengan handuk kering yang diberi
mengandung klorin 5000 mg/L. disinfektan dalam jumlah besar) Biarkan 30 meni
buang tumpahan secara hati-hati.
Disinfeksi
respirator
pemurni udara
bertenaga
listrik
Prosedur Pembersihan dan Desinfeksi Endoskopi
Rendam endoskop dan katup pakai ulang dalam asam peroksida 0,23% (pastikan konsentrasi disinfektan sebelum digunakan
agar efektif);

Pencernaan
Sambungkan saluran perfusi dari setiap kanal dan
endoskop,Bronkofibroskopi
injeksikan 0,23% cairan asam peroksida ke dalam
saluran memakai jarum suntik 50 mL sampai terisi penuh, lalu tunggu selama 5 menit;

Lepaskan saluran perfusi dan cuci setiap rongga dan katup endoskop dengan sikat pembersih khusus sekali
pakai;

Masukkan katup ke osilator ultrasonik yang mengandung enzim untuk mengosilasinya. Sambungkan saluran
perfusi setiap kanal dengan endoskop. Injeksikan 0,23% asam peroksida ke dalam saluran memakai jarum
suntik 50 mL dan bilas saluran secara terus-menerus selama 5 menit. Injeksikan udara untuk
mengeringkannya selama 1 menit; suplai desinfeksi.

Injeksikan air bersih ke saluran memakai jarum suntik 50 mL dan bilas saluran secara terus-menerus selama .
3 menit. Injeksikan udara untuk mengeringkannya selama 1 menit. Kemudian lakukan tes kebocoran pada
endoskop.
Endoskopi
Masukkan mesin pencuci dan desinfeksi endoskopi otomatis. Atur tingkat desinfeksi ke yang tertinggi untuk
diproses;
Bawa perangkat ke pusat suplai desinfeksi untuk disterilisasi dengan etilen oksida.

Bronkoskopi
Praperawatan Peralatan Medis yang Dapat
Digunakan Kembali Lainnya

Jika tidak ada polutan yang tampak Jika tampak


polutan

rendam dalam disinfektan 5000 mg/L yang


rendam dalam disinfektan 1000 mg/L yang mengandung mengandung klorin sekurang-kurangnya selama 30
klorin sekurang-kurangnya selama 30 menit; menit

keringkan, kemas dan bungkus perangkat, lalu kirim ke pusat


Prosedur Desinfeksi pada Kain/Bahan yang Terinfeksi
Pasien yang Diduga atau Dipastikan Terinfeksi
Kain/Bahan yang Terinfeksi
Mendesinfeksi Alat Pengangkut
1. Alat pengangkut khusus harus digunakan untuk 1.ATAU
1. KAIN Pakaian,
BAHANseprai,
YANG penutup seprai, dan
membawa kain yang terinfeksi TERINFEKSIsarung bantal bekas pasien
2. Alat ini harus segera didesinfeksi setiap kali
digunakan membawa kain yang terinfeksi
2. Gorden tempat tidur area bangsal
3. Alat pengangkut harus dibersihkan dengan 3. Keset handuk yang digunakan untuk
disinfektan yang mengandung klorin (klorin aktif membersihkan ruangan sekitar.
1000 mg/L) selama 30 menit sebelum membilas
dengan air sampai bersih.
4. MENDESINFEKSI ALAT 2. METODE PENGUMPULAN
PENGANGKUT Metode Pengumpulan
1. Masukkan kain ke kantung plastik
sekali pakai larut dalam air, ikat
dengan tali serupa kabel.
Penyimpanan dan Pencucian 2. Masukkan kantung ke kantung plastik
1. Kain yang terinfeksi harus dipisahkan lain, tutup dengan tali kabel dengan
dari kain lainnya (bukan terinfeksi simpul mati.
3. PENYIMPANAN DAN 3. Masukkan kantung plastik ke kantung
COVID-19), lalu cuci menggunakan
PENCUCIAN kain berwarna kuning, ikat dengan tali
mesin cuci khusus. kabel.
2. Cuci dan disinfektan kain memakai 4. Pasang label infeksi khusus, tulis
disinfektan yang mengandung klorin nama bagian. Bawa kantung ke ruang
pada suhu 90°C sekurang-kurangnya cuci pakaian.
Prosedur Pembuangan Limbah Medis
Terkait COVID-19
Semua sampah yang berasal dari pasien yang diduga atau dipastikan terinfeksi harus dibuang
1 sebagai limbah medis

Masukkan limbah medis dalam kantung sampah limbah medis dua lapis, tutup kantung memakai tali
2 kabel dengan simpul mati, dan semprot tas dengan disinfektan yang mengandung klorin 1000 mg

Masukkan benda tajam ke dalam kotak plastik khusus, tutup kotak dengan segel, dan semprot kotak
3 memakai disinfektan 1000 mg/L yang mengandung klorin

Masukkan limbah yang dimasukkan ke dalam kantung ini dalam kotak pengangkut limbah medis,
4 pasang label infeksi khusus, tutup kotak dengan rapat, lalu pindahkan

Pindahkan sampah ini ke tempat penyimpanan sementara untuk limbah medis di sepanjang rute
5 yang ditentukan pada waktu yang rutin, lalu tempatkan limbah secara terpisah di satu lokasi tetap

Limbah medis ini akan dikumpulkan dan dibuang oleh penyedia pembuangan limbah medis yang
6 telah disetujui.
Prosedur Pengambilan Tindakan Pengobatan
terhadap Paparan COVID-19 di Tempat Kerja
Paparan pada Paparan pada Paparan pada membrane Paparan langsung saluran
Cedera benda
kulit normal kulit yang rusak mukosa seperti mata pernapasan

Peras darah dari Tinggalkan area isolasi.


Buang kontaminan dengan tisu
ujung proksimal Berkumurlah dengan banyak
bersih atau kain kasa, lalu
Bilas dengan banyak ke ujung distal → cairan garam normal atau
oleskan iodofor 0,5% atau alkohol
cairan garam atau Bilas luka dengan yang mengandung iodofor
75% pada kulit dan biarkan
cairan normal yang air mengalir → 0,05%. Celupkan cotton bud
larutannya menetap selama
mengandung iodofor Lakukan ke dalam alkohol 75%, lalu
paling tidak 3 menit agar
0,05% desinfeksi dengan usapkan dengan gerakan
terdisinfeksi, kemudian bilas
alkohol 75% atau melingkar di dalam rongga
seluruhnya dengan air mengalir
iodofor 0,5% hidung secara perlahan

Evakuasi dari daerah isolasi dan masuk ke ruang isolasi yang ditetapkan

Melapor ke bagian terkait

Pisahkan dan amati orang-orang yang terpapar selain terpapar pada kulit normal selama 14 hari. Jika menunjukkan beberapa
gejala, segera laporkan ke bagian terkait
1) Paparan kulit
Kulit terkontaminasi secara langsung dalam jumlah besar oleh cairan
tubuh, darah, sekresi, atau kotoran dari pasien.
2) Paparan pada membran mukosa
Membran mukosa, seperti mata dan saluran pernapasan yang
terkontaminasi secara langsung oleh cairan tubuh, darah, sekresi, atau
kotoran dari pasien
3) Cedera karena benda tajam
Tertusuknya tubuh oleh benda tajam yang terpapar langsung dengan
cairan tubuh, darah, sekresi, atau kotoran pasien.
4) Paparan langsung saluran pernapasan
Masker jatuh, sehingga membuat mulut atau hidung terpapar ke pasien
Prosedur Desinfeksi Terakhir
 Limbah medis harus dibuang sebagai limbah medis terkait COVID-19

Peralatan medis yang dapat digunakan kembali harus didesinfeksi sesuai prosedur desinfeksi peralatan
yang dapat digunakan kembali terkait SARS-CoV-2

Kain/bahan kain medis harus didesinfeksi dan dibuang sesuai prosedur desinfeksi kain yang terinfeksi
SARS-CoV-2

Permukaan benda (Instrumen dan perangkat bedah termasuk meja alat, meja operasi, kasur operasi, dll.)
harus bebas polutan darah/cairan tubuh pasien COVID-19 kemudian didesinfeksi menggunakan cairan klorin
aktif 1000 mg/L dan biarkan selama 30 menit.

Lantai dan dinding harus bebas polutan darah/cairan tubuh pasien COVID-19 kemudian didesinfeksi
menggunakan cairan klorin aktif 1000 mg/L dan biarkan selama 30 menit.

Udara dalam ruangan: Matikan unit filter kipas (FFU), kemudian desinfeksi udara dengan penyinaran lampu
ultraviolet paling tidak selama 1 jam. Nyalakan FFU untuk memurnikan udara secara otomatis paling tidak
selama 2 jam
Operasi Bedah pada Pasien yang Diduga
atau Dipastikan Terinfeksi
Persyaratan Ruang Operasi dan APD dari Staf
Tempatkan pasien pada
Siapkan semua
ruang operasi Semua personel Pasien harus
barang yang
bertekanan negatif. bedah harus memakai topi sekali
dibutuhkan untuk
Periksa suhu, memakai APD pakai dan masker
operasi dan pakai alat
kelembapan, dan sebelum memasuki bedah sekali pakai
bedah sekali pakai jika
tekanan udara di ruang ruang operasi tergantung situasinya
mungkin
operasi

Perawat yang bertugas di Saat operasi dilakukan, ruang


ruang antara bertanggung Personel yang tidak terkait antara dan ruang operasi harus
jawab untuk menyerahkan harus meninggalkan ruang tertutup rapat, operasi harus
berbagai barang ke ruang operasi dilakukan hanya jika ruang
operasi operasi diberi tekanan negatif
Prosedur Penanganan Jenazah Pasien yang
Diduga atau Dipastikan Terinfeksi
APD Staf sesuai tingkat perlindungan

.
Penanganan jenazah
• Menutup semua lubang atau luka menggunakan bola kapas atau kain kasa yang telah dicelupkan ke
dalam disinfektan klorin 3000-5000 mg/L atau asam peroksida 0,5%

• Membungkus jenazah dengan kain dua lapis yang telah direndam dengan disinfektan, dan bungkus
dalam kain pembungkus jenazah dua lapis antibocor dengan klorin yang mengandung disinfektan

• Jenazah dipindahkan oleh staf di bangsal isolasi rumah sakit melalui area yang terkontaminasi ke lift
khusus, keluharusar dari bangsal, kemudian langsung diangkut ke lokasi tertentu dengan kendaraan
khusus sesegera mungkin untuk dikremasi.

 Desinfeksi terakhir: Lakukan desinfeksi terakhir bangsal dan lift


Terima kasih
V. Dukungan Digital untuk Pencegahan
1.
dan
Mengurangi
Pengendalian
risiko infeksi silang
Epidemi
saat pasien meminta
penatalaksanaan medis
- Menganjurkan pasien untuk mengakses layanan non-darurat secara
online.
- Mengarahkan pasien untuk menyampaikan informasi serta keluhan
secara online sebelum mengunjungi fasilitas kesehatan.
- Menganjurkan pasien untuk menggunakan perangkat pengukur digital
mandiri.

2. Mengurangi intensitas kerja dan risiko infeksi dari tenaga medis


- Mengumpulkan pengetahuan dan pengalaman bersama serta
melakukan diskusi dengan berbagai ahli melalui konsultasi jarak jauh.
- Mengakses kondisi kesehatan serta melaporkan catatan
medis pasien secara online, serta memberikan perhatian lebih
terhadap pasien dengan riwayat berpergian ke daerah
endemik, dengan mengisi kuisioner epidemiologi dan
panduan triase.

3. Respons cepat terhadap layanan darurat pasien covid-19


- Memiliki sumber daya digital dasar yang dibutuhkan oleh
sistem fasilitas kesehatan (teutama rumah sakit dengan
rujukan covid-19) berbasis cloud

- Melakukan pelatihan kepada tenaga kesehatan untuk


memanfaatkan sistem informasi fasilitas kesehatan yang
berbasis online
DIAGNOSIS
DAN
2 PENATALAK
SANAAN
I. Manajemen Secara Personal,
ANALISIS
Kolaboratif, dan Multidisiplin
PASIEN Vid SISTEMA
eo
co
nfe
ren
TIS
ce
Lanjut usia, sakit parah,
kritis
 Progresivitas COVID-
TIM AHLI 19
 Status pasien
 Komplikasi
 Hasil pemeriksaan
Departemen Penyakit Infeksi, Penyakit harian
Pernapasan, ICU, Patologi Klinik,
Radiologi, Ultrasonografi, Farmasi, TATALAK
Pengobatan Tradisional Tiongkok,
Psikologi, Terapi Pernapasan, SANA  Antivirus
 Terapi Oksigen
Rehabilitasi, Nutrisi, Keperawatan  Dukungan nutrisi
II. Etiologi dan Indikator Inflamasi
1. Deteksi Asam Nukleat SARS-Cov-2

1.1. Pengambilan Sampel


- Spesimen yang tepat
- Cara pengambilan spesimen
- Waktu pengambilan.
Jenis-jenis spesimen:
- Spesimen saluran pernapasan atas
- Spesimen saluran pernapasan bawah
- Darah, feses, urine, dan sekresi konjungtiva.
1.2. Deteksi Asam Nukleat

Uji asam nukleat adalah metode yang lebih diutamakan untuk diagnosis infeksi
SARS-Cov-2. Berikut proses pengujian :
- Spesimen sudah diproses sebelumnya
- Virus dilakukan lisis untuk mengekstrak asam nukleatnya.

Tiga gen spesifik SARS-Cov-2 yaitu:


- Open Reading Frame 1a/b (ORF 1a/b)
- Protein Nukleokapsid (N)
- Gen Protein Amplop (E)

Kriteria hasil uji asam nukleat yang positif adalah: Gen ORF 1a/b positif, dan/atau
gen N/gen E positif.
2. Isolasi dan Kultur 3. Deteksi Antibodi
Virus Serum
Kultur virus harus dibiakkan di laboratorium• Antibodi spesifik diproduksi setelah infeksi
yang memenuhi syarat tingkat SARS-CoV-2. IgM spesifik serum positif atau
Perlindungan keamanan Biosafety Level-3 titer antibodi IgG spesifik dalam fase
(BSL3). pemulihan ≥ 4 kali lebih tinggi daripada
Proses kultur sebagai berikut: dalam fase akut dapat digunakan sebagai
- Sampel baru dahak pasien, feses, dsb. kriteria Diagnosis
Diambil
- Kemudian diinokulasi pada sel Vero E-6• Selama pemantauan tindak lanjut, IgM
untuk kultur virus. terdeteksi 10 hari setelah munculnya gejala
- Efek sitopatik (CPE) diamati setelah 96 jam. dan IgG terdeteksi 12 hari setelah
munculnya gejala.
4. Mendeteksi Indikator Respons
5. Deteksi Infeksi Sekunder
Inflamasi Bakteri atau Jamur

• Disarankan untuk melakukan uji protein • Pasien yang sakit parah dan kritis
C-reaktif,prokalsitonin, feritin, D-dimer, rentan terhadap infeksi sekunder dari
total dan subpopulasi limfosit, IL-4, IL- bakteri atau jamur.
6, IL-6, IL-10, TNF-α, INF-γ.
• Spesimen yang memenuhi syarat
• Sebagian besar pasien COVID-19 harus diambil dari titik infeksi untuk
memiliki kadar prokalsitonin normal membiakkan kultur bakteri atau jamur.
dengan peningkatan kadar protein C-
reaktif signifikan yang menandakan
infeksi sekunder
6. Keselamatan di Laboratorium

1. Perlindungan diri sesuai dengan persyaratan perlindungan


laboratorium BSL-3 untuk pengambilan spesimen saluran pernapasan,
deteksi asam nukleat, dan.
2. Perlindungan diri sesuai dengan persyaratan perlindungan
laboratorium BSL-2 harus diterapkan untuk uji biokimia, imunologi,
dan uji laboratorium rutin lainnya.
3. Spesimen harus diangkut di dalam tangki dan kotak transportasi
khusus yang memenuhi persyaratan keselamatan biologis.
4. Semua limbah laboratorium apa pun wajib diautoklaf.
III. Temuan Pencitraan Pasien Covid-19
• Pencitraan toraks sangat bermanfaat dalam diagnosis,
pemantauan terapeutik, dan evaluasi pemulangan pasien
COVID-19
• Rontgen dada portabel rutin harian direkomendasikan
untuk pasien dalam kondisi kritis yang tidak dapat
bergerak.

• CT scan untuk evaluasi COVID-19 biasanya dilakukan saat hari


mulai dirawat
• Jika kemanjuran terapeutik yang ideal tidak tercapai, dapat
dilakukan kembali setelah 2 sampai 3 hari.
• Jika gejalanya membaik setelah penatalaksanaan, diulang
kembali 5-7 hari
COVID-19 pada tahap awal sering disertai dengan bayangan
spot-spot multifokal atau ground glass opacity (GGO) yang
ada terdapat pada area tepi paru-paru, area subpleura, dan
kedua lobus bagian bawah pada hasil pemindaian CT thorax
Progres penyakit sebagian besar Kasus kritis dapat menunjukkan
terjadi dalam 7-10 hari, disertai perluasan gabungan lebih lanjut,
perluasan dan peningkatan densitas dengan densitas seluruh paru-paru
lesi, ada lesi gabungan dengan menunjukkan peningkatan
tanda air bronchogram. keburaman, yang sebut dengan
"paru-paru putih".
• Setelah kondisi membaik, ground glass opacities (GGO)
dapat sepenuhnya hilang, dan beberapa lesi gabungan akan
meninggalkan garis-garis fibrotik atau retikulasi subpleural

• Pasien yang memiliki manifestasi CT paru tertentu harus


diisolasi dan menjalani uji asam nukleat berkelanjutan,
meskipun uji asam nukleat dari SAR-CoV-2 hasilnya negatif
IV. APLIKASI BRONKOSKOPI DALAM DIAGNOSIS
DAN PENGELOLAAN PASIEN COVID-19
Pengambilan spesimen dari
saluran pernapasan bawah
0
1
(misalnya dahak, aspirasi
Untuk melokalisasi titik perdarahan,
endotrakeal, lavage
menghentikan hemoptisis,
bronkoalveolar (BAL)) untuk
SARS-CoV-2 0 menghilangkan dahak atau pembekuan
darah; jika titik perdarahan diidentifikasi

2
melalui bronkoskopi, injeksi saline dingin,
epinefrin, vasopresin, atau fibrin lokal

0
serta penatalaksanaan laser dapat
Membantu dalam pembuatan
dilakukan melalui bronkoskop.
saluran udara buatan;

3
memandu intubasi trakea
atau trakeotomi perkutan.

0 Untuk pemberian obat-obatan


seperti infus α-interferon dan N-

4 asetilsistein
Tampilan bronkoskopik dari hiperemia mukosa
bronkus yang meluas, pembengkakan, sekresi
seperti mukus di lumen, dan dahak seperti jeli
yang menghalangi jalan napas pada pasien
dalam kondisi kritis.
V. Diagnosis dan
Klasifikasi COVID-19
DIAGNOSIS COVID-19
Hasil positif uji asam nukleat SARS-CoV-2
Doctor

adalah standar utama untuk diagnosis COVID-


19.

Namun, apabila terjadi kemungkinan hasil


false negative dalam deteksi asam nukleat,
manifestasi karakteristik dugaan kasus dalam
CT scan dapat dianggap sebagai kasus yang
KLASIFIKASI KLINIS COVID-19
KASUS KASUS
RINGAN SEDANG
1. Gejala klinisnya ringan 1. Pasien memiliki gejala seperti
2. Tidak ada manifestasi demam dan gejala terkait
pneumonia yang ditemukan saluran pernapasan.
dalam pencitraan. 2. Manifestasi pneumonia dapat
dilihat pada pencitraan.
KASUS BERAT
Pasien dewasa yang memenuhi salah satu kriteria berikut:

0 Tekanan oksigen parsial


3 arteri (PaO2)/konsentrasi
Laju pernapasan ≥ 30 oksigen (FiO2) ≤ 300
tarikan napas/menit 0 mmHg
1
Pasien dengan progres
0
0 lesi > 50% dalam
Saturasi oksigen ≤ 4 waktu 24 hingga 48
93% pada posisi 2
jam dalam pencitraan
istirahat
paru
KASUS KRITIS

Memenuhi salah satu kriteria berikut:

1. Terjadi gagal napas yang


membutuhkan bantuan ventilasi
mekanis.

2. Adanya syok.

3. kegagalan organ lain yang


memerlukan pemantauandan
penatalaksanaan di ICU.
KASUS KRITIS
 Tahap Awal:
1. 100 mmHg <indeks oksigenasi ≤150
mmHg.
2. Kapasitas sistem pernapasan ≥30
mL/cmH2O.
3. Tanpa kegagalan organ selain paru-paru.

Pasien memiliki peluang besar untuk sembuh


melalui pemberian antivirus aktif, badai anti-
sitokin, dan Penatalaksanaan pendukung.
KASUS KRITIS
 Tahap Menengah:
1. 60 mmHg < indeks oksigenasi ≤ 100 m
mHg.
2. 30 m L/cmH2O > kapasitas sistem
pernapasan ≥15 mL/cmH2O.
3. Mungkin terdapat komplikasi akibat
disfungsi ringan atau sedang pada organ
 Tahap Lanjut: lain.
1. Indeks oksigenasi ≤ 60 mmHg.
2. Kapasitas sistem pernapasan <15mL/cmH2O.
3. Konsolidasi kedua paru-paru tidak memadai dan
membutuhkan bantuanpenggunaan ECMO.
4. Terjadi kegagalan organ vital lainnya.
5. Risiko kematianmeningkat secara signifikan.
VI. Pengobatan Antiviral untuk
Membasmi Patogen Secara Tepat
Waktu
• Pengobatan dengan antivirus secara dini dapat
mengurangi timbulnya kasus yang parah dan kritis.
Meskipun tidak ada bukti klinis untuk obat antivirus
yang efektif, saat ini strategi antivirus berdasarkan
karakteristik SAR-CoV-2 diadopsi sesuai dengan
Protokol Diagnosis dan Penatalaksanaan COVID-19:
Pencegahan, Kontrol, Diagnosis, dan Manajemen.
Obat Antivirus
Di FAHZU (First Affiliated Hospital, Zheijiang University of Medicine)

• Lopinavir/ritonavir (2 kapsul, per oral per


12 jam) dikombinasikan dengan arbidol Jika regimen dasar tidak efektif, klorokuin
(200 mg per oral per 12 jam) diberikan fosfat dapat digunakan pada orang
sebagai regimen dasar. dewasa berusia antara 18-65 tahun (berat
badan ≥50 kg: 500 mg bid; berat badan
• Dari penatalaksanaan terhadap 49 pasien ≤50 kg: 500 mg bid selama 2 hari
di rumah sakit, waktu rata-rata untuk pertama, selanjutnya 500 mg qd selama 5
mencapai hasil uji asam nukleat virus hari).
negatif untuk pertama kalinya adalah 12
hari.

Nebulisasi interferon dianjurkan dalam Protokol Diagnosis dan Penatalaksanaan COVID-19,


dilakukan dalam bangsal bertekanan negatif untuk mencegah transmisi aerosol
• Darunavir/cobicistat memiliki sedikit aktivitas DURASI PENATALAKSANAAN
antivirus dalam uji hambatan
perkembangbiakan virus secara in vitro dan • Durasi Penatalaksanaan dengan
efek sampingnya relatif ringan. klorokuin fosfat tidak boleh lebih
• Untuk pasien yang intoleran terhadap dari 7 hari.
lopinavir/ritonavir, berikan darunavir/cobicistat
• Durasi Penatalaksanaan dengan
(1 tablet qd) atau favipiravir (dosis awal 1600
regimen lain belum ditentukan dan
mg kemudian 600 mg tid) biasanya sekitar 2 minggu.
• Penggunaan tiga obat antivirus atau lebih
secara bersamaan tidak dianjurkan. • Obat antivirus harus dihentikan jika
hasil uji asam nukleat dari spesimen
dahak tetap negatif lebih dari 3 kali.
VII. Penatalaksanaan Antisyok dan
Antihipoksemia
1. Penggunaan Glukokortikoid Bila
Diperlukan
APLIKASI
INDIKASI Metilprednisolon rutin dengan dosis awal 0,75~1,5
① Pasien dalam kondisi sakit mg/kg,
parah dan kritis diberikan secara intravena 1x per hari
② Pasien yang demam tinggi direkomendasikan.
PERTIMBANGAN KHUSUS
berkelanjutan ( > 39 °C)
① skrining TB dengan uji T-SPOT, HBV dan HCV dengan
③ Pasien dengan hasil CT –
uji antibodi harus dilakukan sebelum terapi
scan yang menunjukkan
kortikosteroid
GGO atau memengaruhi
② inhibitor pompa proton dipertimbangkan untuk
lebih dari 30% area paru
mencegah komplikasi
③ kalium serum yang rendah harus diperbaiki;
2. Penatalaksanaan Hati Buatan untuk Menekan Kaskade Sitokin

2.1 Indikasi untuk ALSS 2.2 Kontraindikasi

① indikator inflamasi serum (seperti IL-6) naik ① Penyakit yang menyebabkan perdarahan
menjadi ≥ 5 ULN, atau laju peningkatannya ≥1 hebat atau koagulasi intravaskular diseminata
kali per hari.
② Pasien yang sangat alergi terhadap
② progres area yang terdampak dalam citra CT komponen darah atau obat yang seperti
atau rontgen paru ≥10% per hari. plasma, heparin

③ sistem pendukung hati buatan diperlukan ③ Penyakit serebrovaskular akut atau cedera
untuk penatalaksanaan penyakit yang kepala berat
menyertainya.Pasien memenuhi poin ① + ②,
atau pasien memenuhi poin 3. ④ Gagal jantung kronis, klasifikasi fungsional
jantung ≥ derajat III
3. Terapi Oksigen untuk Hipoksemia

3.1 Terapi oksigen 3.2 Ventilasi Mekanis


(1) Pemantauan saturasi
oksigen berkelanjutan selama (1) Ventilasi Noninvasif (NIV)
terapi oksigen
(2) Ventilasi Mekanis Invasif
(2) Terapi oksigen sesegera
mungkin ① Prinsip ventilasi mekanis invasif pada
pasien dalam kondisi kritis
(3) Target Penatalaksanaan ② Rekrutmen Paru
dengan terapi oksigen (3) Ventilasi Dalam Posisi Tengkurap
(4)Pencegahan Regurgitasi dan Aspirasi
(4) Terapi oksigen kontrol (5) Pengelolaan Cairan
(6)Strategi untuk Mencegah VAP
VIII. Penggunaan Antibiotik Rasional Untuk Mencegah
Infeksi Sekunder

COVID-19 adalah penyakit akibat infeksi virus, antibiotik harus


digunakan dengan hati-hati pada pasien yang parah berdasarkan
kondisinya.

• Beberapa pasien COVID-19 berisiko terkena infeksi jamur


sekunder karena imunitas seluler yang melemah akibat infeksi
virus, penggunaan glukokortikoid, dan/atau antibiotik spektrum
luas.

• Perlu dilakukan deteksi mikrobiologi dari sekresi pernapasan


segera untuk pasien yang diduga terinfeksi.
Perlu diwaspadai adanya kemungkinan infeksi
kandidiasis invasif dan menyiapkan terapi anti-jamur.
Flukonazol atau ekinoandin dapat digunakan dalam
kondisi berikut:
pasien diberikan0 antibiotik spektrum
01 luas selama 7 hari atau lebih;

02 pasien diberikan nutrisi paren- teral;

pasien menjalani pemeriksaan atau


03 Penatalaksanaan invasif;

hasil kultur kandida pasien positif dalam


04 spesimen yang diambil dari dua bagian
tubuh atau lebih;
05 Pasien mengalami peningkatan hasil tes G secara
signifikan.
Terapi anti-jamur seperti vorikonazol,
posaconazol, atau echinocandin
dipertimbangkan untuk digunakan dalam
pasien diberi kondisi berikut: pasien mengalami
penyakit paru-paru
glukokortikoid
selama tujuh hari atau obstruktif kronis dan
lebih kultur aspergilus teruji
positif dalam spesimen
pasien mengalami yang diperoleh dari
agranulositosis saluran napas
pasien
mendapatkan
hasil tes GM yang
meningkat tajam.
Penggunaan Antibiotik
ntuk Mencegah Infeksi
Sekunder

Pertimbangan penggunaan
antibiotik, jika:
• Lesi paru yang luas • Tidak dianjurkan
• Sekresi bronkus yang berlebih untuk infeksi
• Penyakit saluran nafas kronis bakteri pada pasien
dengan gejala awal
• Menggunakan glukokortikoid atau ringan
enis-jenis antibiotik Tujuan
Untuk pencegahan infeksi sekunder
pada pasien yang sangat parah

Golongan Kuinolon

Sefalosporin gen II/ III

Senyawa inhibitor beta


laktase
Pemantauan saat
Pemberian Antibiotik

Darah DNA RNA,


rutin dan antigen dan
CRP antibodi
Preparat
Gejala dan apusan
Tanda
Kultivasi atau
kultur
spesimen

6
2
Infeksi
Kandidiasis
Invasif Terapi anti-jamur (Flukonazol atau Ekinoandin)
dapat digunakan apabila pasien memiliki kondisi
seperti :

Telah diberikan
1 antibiotik spektrum
luas selama 7 hari
2 Telah diberikan nutrisi
parenteral 3
Telah menjalani
pemeriksaan atau
penatalaksanaan
atau lebih
invasif

Hasil kultur positif


Hasil Tes G meningkat
4 dalam spesimen yang
diambil dari dua
5 secara signifikan
bagian tubuh berbeda
Dukungan
Nutrisi

Pasien COVID-19 memiliki resiko nutrisi yang tinggi,


diakibatkan mengalami stres yang berat
Perlu dilakukan evaluasi awal tentang resiko nutrisi, fungsi
saluran pencernaan, dan resiko aspirasi dan dukungan nutrisi
enteral
Asupan oral lebih diutamakan

Enteral Parenteral
Dukungan ECMO untuk Pasien
COVID-19

Untuk oksigenasi membran luar tubuh (ECMO)


dalam penatalaksanaan COVID–19, perhatikan:
1. Waktu dan sarana intervensi
2. Antikoagulan dan perdarahan
3. Koordinasi dengan ventilasi
4. ECMO saat sadar
5. Pelatihan rehabilitasi dini
6. Strategi penanganan komplikasi.
Waktu Intervensi
ECMO

Emergency Alternatif

Dini

6
6
Pilihan Mode

Pasien
mode V-V.gangguan
pernapasan

Pasien gagal napas yang mengalami komplikasi


PaO2/-FiO2 < 100 mmHg, mode V-A-V harus dipilih dengan total fluks >
gangguan
6 L/menit dan jantung
V/A = 0,5/0,5 dipertahankan dengan pembatasan arus.

Untuk pasien COVID-19 tanpa gagal napas, tetapi


mengalami komplikasi hasil kardiovaskular serius
yang mengakibatkan syok kardiogenik, mode V-A
dengan ECMO harus .dipilih.
Untuk memastikan fluks target,
kanula akses vena 22 Fr (24 Fr)
Nilai Set Fluks adalah pilihan pertama untuk
dan Suplai pasien dengan berat badan di
Oksigen Target bawah (di atas) 80 kg.

SPO2 > 90% harus Fluks awal > 80% output


dipertahankan. FiO2 < 0,5 kardiak (CO) dengan rasio
didukung oleh ventilasi mekanis siklus mandiri < 30%.
atau terapi oksigen lain.
Pengaturan
Ventilasi

Pengelolaan ventilasi normal dengan


menyesuaikan tingkat gas sweep:
• Aliran udara awal diatur ke Aliran: gas sweep =
1:1.
• Kekuatan pernapasan spontan dan frekuensi
pernapasan pasien (RR) harus dipertahankan
• Konfigurasi gas sweep di mode V-A harus
memastikan nilai PH 7,35-7,45 di aliran darah, di
luar membran oksigenator.
Anti-Koagulasi dan Pencegahan
Perdarahan

(1) Untuk pasien tanpa perdarahan aktif, tanpa perdarahan


viseral, dan dengan jumlah trombosit > 50×109/L, dosis
heparin awal yang dianjurkan adalah 50 IU/kg.
(2) Untuk pasien yang mengalami komplikasi perdarahan, atau
dengan jumlah trombosit > 50×109/L, dosis heparin awal
yang dianjurkan adalah 25 IU/kg.
(3) Waktu tromboplastin parsial teraktivasi (aPPT) 40—60 detik
diusulkan sebagai target dosis pengelolaan antikoagulan.
Berhenti Menggunakan ECMO dan Ventilasi
Mekanis

Jika pasien yang diberi perlakuan V-V ECMO


dikombinasikan dengan ventilasi mekanis
memenuhi syarat ECMO sadar

Untuk pasien yang membutuhkan pembersihan pengisapan


buatan, yang diharapkan memiliki dukungan ventilasi mekanis
jangka panjang, yang memenuhi syarat PaO2/FiO2 > 150 mmHg
dan waktu > 48 jam, yang citra paru-parunya berubah menjadi
lebih baik, dan yang kerusakan terkait tekanan ventilasi
mekanisnya telah dikontrol,
Pengumpulan
Plasma

METODE UJI PASCA


PENDONOR
PENGUMPULAN PENGUMPULAN

• Plasmaferesis, 200-
400 mL setiap kali • Uji asam nukleat untuk
• >2 minggu setelah (berdasarkan SARS-CoV-2;
pemulihan dan dikeluarkan • Pengenceran 160 kali
konsultasi medis). Designer
dari RS untuk tes kualitatif deteksi
• 18 ≤ Usia ≤ 55 IgG dan IgM spesifik
> 50Text
• BB Example kg: (untuk SARS-CoV-2; atau
pria) Get a modern
atau > 45 kg pengenceran 320 kali untuk
PowerPoint
(untuk wanita). tes kualitatif deteksi
• >2 Presentation
minggu sejak that
donor antibodi keseluruhan.
is beautifully
darah terakhir.
designed.
Terapi Plasma
Untuk Pasien PENGGUNAAN KLINIS PLASMA PENYEMBUHAN
Covid-19

Rencana infus secara umum,


dosis terapi plasma penyemb-
INDIKASI KONTRAINDIKASI
uhan adalah ≥400 mL untuk
• Pasien COVID-19 yang sangat parah atau satu kali infus, atau ≥ 200 mL • Riwayat alergi plasma, natrium sitrat, dan
kritis teruji positif dalam tes saluran per infus untuk beberapa kali
metilena biru;
pernapasan;. infus.
• Untuk pasien dengan riwayat penyakit sistem
• Pasien COVID-19 yang tidak sangat parah autoimun atau defisiensi IgA selektif,
atau kritis, tetapi dalam keadaan supresi penerapan plasma penyembuhan harus
imunitas; perkembangan penyakit paru yang dievaluasi dengan hati-hati oleh dokter pasien.
cepat
Manajemen Penggunaan
Obat untuk Pasien COVID-
19

7
4
dentifikasi reaksi negative
antivirus

Lopinavir/ritonavir dan Arbidol


darunavir /cubicistat
Peningkatan serum
Diare, mual, muntah, aminotransferase dan penyakit
peningkatan serum kuning. Jika dikombinasi dengan
aminotransferase, lopinavir, tingkat insidennya
penyakit kuning, bahkan lebih tinggi..
dislipidemia, peningkatan
asam laktat.

Kloroquin fosfat
Fapilavir
Pusing, sakit kepala, mual, muntah, diare,
Peningkatan asam urat plasma,
berbagai jenis ruam kulit. Reaksi negatif
diare, neutropenia, syok, hepatitis
yang terparah adalah gagal jantung.
fulminan, cedera ginjal akut.
Reaksi negatif utama adalah toksisitas
mata.
Pemantauan Tabel 1 konsentrasi plasma obat-obatan untuk pasien COVID-
Obat Terapeutik 19

Nama obat Titik waktu pengambilan Rentang konsentrasi Prinsip penyesuaian


darah dosis

lopinavir/ 30 menit setelah atau opinavir: berkorelasi dengan


ritonavir sebelum pemberian obat (palung) > 1 μg/mL efikasi dan efek
(puncak) < 8,2 μg/mL samping obat.

mipenem 10 menit sebelum 1~8 μg/mL Penafsiran dan


pemberian obat penyesuaian
konsentrasi obat
plasma berdasarkan
meropenem 10 menit sebelum 1~16 μg/mL
MIC pengujian patogen
pemberian obat
Pemantauan Tabel 1 konsentrasi plasma obat-obatan untuk pasien COVID-
Obat Terapeutik 19

Nama obat Titik waktu pengambilan Rentang Prinsip penyesuaian


darah konsentrasi dosis

vancomycin 30 menit sebelum 10~20 mg/L (15~20 Konsentrasi palung berkorelasi dengan
pemberian obat mg/L untuk infeksi tingkat kegagalan terapi anti-infeksi dan
MRSA parah) toksisitas ginjal.
linezolid 30 menit sebelum 2~7 μg/mL Konsentrasi palung berkorelasi dengan
pemberian obat reaksi negatif myelosupresi..

vorikonazol 30 menit sebelum 1~5,5 μg/mL Konsentrasi palung berkorelasi dengan


pemberian obat efikasi terapeutik dan reaksi negatif
Memperhatikan
interaksi obat Tabel 2 Interaksi antara obat anti-virus dengan obat umum
potensial untuk penyakit yang mendasari

Nama obat INTERAKSI POTENSIAL Kontraindikasi dalam


obat-obatan kombinasi

lopinavir/ konsentrasi plasma obat meningkat jika Dilarang mengombinasi


ritonavir dikombinasikan denganstatin, imunosupressor penggunaan amiodaron,
seperti takrolimus, vorikonazol quetiapine , simvastatin .

darunavir/ Bila dikombinasikan dengan obat-obatan yang


cobicistat terkait dengan metabolisme CYP3A dan/atau
CYP2D6, konsentrasi plasma obat-obatan
kombinasi dapat meningkat.
arbidol induktor, inhibitor, substrat UGT1A9, dan CYP3A4. ----
Memperhatikan
interaksi obat Tabel 2 Interaksi antara obat anti-virus dengan obat umum
potensial untuk penyakit yang mendasari

Nama obat INTERAKSI POTENSIAL Kontraindikasi dalam


obat-obatan kombinasi
fapilavir ① Teofilin meningkatkan ketersediaan hayati ----
fapilavir.
② Meningkatkan ketersediaan hayati
asetaminofen sebesar 1,79 kali.
③ Dengan pirazinamid meningkatkan kadar
asam urat plasma.
④ Kombinasinya dengan repaglinid
meningkatkan level plasma repaglinid.

klorokuin ---- Obat-obatan yang dapat


fosfat mengakibatkan interval Q-T
berkepanjangan
1
Wanita
Hamil

4 Menghindari
2
Pasien dalam Pasien dengan
CRRT selama 24 kerusakan medis
dalam populasi
insufisiensi hati
jam
khusus

3
Pasien dengan
insufisiensi
ginjal
Intervensi Psikologis
dengan Pasien COVID-
Stres psikologis dan gejala pasien COVID
19

Sekitar 48% pasien yang dipastikan COVID-19


mengalami stres psikologis sejak pertama kali masuk

GEJALA
Penyesalan ,kebencian, kesepian dan ketidakberdayaan, depresi, kecemasan dan fobia, gelisah,
dan kurang tidur. Beberapa pasien mengalami serangan panik.

Ensefalitis yang dipicu oleh SARS-CoV-2 yang


mengakibatkan gejala psikologis seperti tidak sadarkan diri dan lekas marah.
Mengadakan mekanisme dinamis untuk evaluasi dan
peringatan krisis psikologis

Alat peringkat mandiri mencakup :


• Kuesioner Laporan Mandiri 20 (SRQ-20),
• Kesehatan Pasien 9 (PHQ-9 )
• Gangguan Kecemasan Umum 7 (GAD-7).

Alat peringkat peer mencakup:


• Skala peringkat depresi Hamilton (HAMD)
• Skala peringkat kecemasan Hamilton scale (HAMA)
• Skala sindrom positif dan negatif (PANSS)
Intervensi dan
Penatalaksanaan
berdasarkan penilaian

Prinsip intervensi dan Penatalaksanaan

Gejala ringan : Intervensi psikologis disarankan


Gejala sedang – berat : Disarankan adanya intervensi & Penatalaksanaan
dengan kombinasi obat-obatan dan psikoterapi

Prinsip intervensi dan Penatalaksanaan

• Mempertimbangkan interaksi obat dan efeknya terhadap pernapasan


• Memperbaiki gejala depresi dan kecemasan
• Memperbaiki kecemasan dan kualitas tidur.
s Intervensi Rehabilitasi Dini
Sasaran:
• Mengurangi kesulitan bernapas
• Meredakan gejala
• Meredakan kecemasan dan
1. Penilaian
depresi
Rehabilitasi • Gerakan • Menurunkan kejadian komplikasi
• Respirasi • Activity daily living
• Status jantung (ADL)

2. Terapi Rehabilitasi
• manajemen posisi • Pelatih tekanan
• latihan pernapasan ekspirasi positif
• Siklus aktif teknik • Terapi Fisik
bernapas
Transplantasi paru-paru pada pasien
Covid-19

Transplantasi paru-paru bisa dipertimbangkan


dengan evaluasi lain jika lesi paru-paru tidak
membaik secara signifikan setelah
penatalaksanaan medis yang memadai dan
pasien berada dalam kondisi kritis.
Evaluasi lain, yaitu:

Penilaian pra-
Kontraindikasi
transplantasi
Penilaian pra-transplantasi

4. Penilaian 5. Uji Asam 6. Penilaian 7. Proses


2. Perjalanan fungsional organ Nukleat Covid-
1. Usia, 3. Status status penilaian medis
Penyakit, utama lainnya, 19, hasil pra-operasi
tidak >70 thn Fungsi paru- infeksi
negatif
paru, - Jantung setidaknya tiga
- Status kali pengujian
peluang Kesadaran berturut-turut
pemulihan - Pasien dgn di semua
gagal hati & sampel cairan
ginjal tidak boleh tubuh.
menjalani
transplantasi.
Standar Pemulangan dan Rencana Tindak Lanjut untuk Pasien COVID-19

1. Standar Pemulangan

2. Obat Setelah Pemulangan

3. Isolasi Mandiri

4. Tindak Lanjut

5. Manajemen pasien dengan hasil tes positif lagi setelah pemulangan


8
7
Aufa Muhammad Nadhif Buku Pegangan
04054822022036
Assyifa Rachmadina Pencegahan
04045822022079
Frilla Adhani Marsya
dan
04054822022104
Indriani Putri Dewi 04087822022001
Penatalaksana
M Khairul Kahfi Pasaribu 04054822022145
an COVID-19
Nurunnisa Arsyad 04054822022132
Ully Febra Kusuma 04054822022026
Wiena Nadella 04054822022110
Kelompok 1
Yuana Tiara Khumairah 04054822022060
Standar Pemulangan dan Rencana
Tindak Lanjut
1. Standar pemulangan
1. Suhu tubuh tetap normal minimal 3 hari

2. Gejala pernapasan membaik

3. Hasil uji asam nukleat dinyatakan negatif 2x berturut-turut

4. Lesi pada paru terlihat membaik

5. Tidak ada komplikasi penyakit

6. SpO2 > 93% tanpa bantuan inhalasi O2

7. Pemulangan disetujui oleh tim medis


2. Obat setelah pemulangan
Antivirus tidak diperlukan setelah pemulangan
Dapat digunakan pada pasien yang memiliki beberapa lesi paru dalam 3 hari
pertama setelah pengujian asam nukleatnya negatif.

3. Isolasi mandiri

Pasien harus melanjutkan isolasi selama dua minggu setelah pemulangan.


Kondisi isolasi mandiri yang disarankan adalah:

1. Tempat tinggal yang sering diberi ventilasi dan didesinfeksi


2. Menghindari kontak dengan bayi, manula, dan orang dengan
imunitasnya rendah dirumah
3. Pasien dan anggota keluarga harus memakai masker dan sering
4. Tindak lanjut
– Panggilan tindak lanjut pertama harus 48 jam setelah pemulangan, dan rawat jalan 1
minggu, 2 minggu, dan 1 bulan setelah pemulangan.

– Panggilan telepon tindak lanjut harus dilakukan 3 dan 6 bulan setelah pemulangan.

5. Manajemen pasien dengan hasil tes positif lagi setelah pemulangan


– Isolasi standar, dan isolasi mandiri serta kunjungan tindak lanjut jika dipulangkan

– Penatalaksanaan antivirus yang sebelumnya diberikan oleh rumah sakit, tetap


diberikan kepada pasien.

– Pasien hanya dipulangkan jika citra paru terlihat membaik serta hasil tes dahak dan
feses negatif selama 3 kali berturut-turut (dengan interval 24 jam)
Penatalaksanaan oleh Perawat untuk Pasien yang
Menerima Terapi Oksigen Kanula Nasal Aliran Tinggi
(HFNC)

Pada tatalaksana ini dibagi menjadi 3 bagian


1.Penilaian
2.Pemantauan
3.Penatalaksanaan sekresi
1. Penilaian

– Memberikan informasi terperinci tentang HFNC  kooperatif


– Gunakan obat penenang dosis rendah dengan pengawasan ketat jika perlu.
– Kateter nasal yang sesuai rongga hidung
– Sesuaikan keketatan pengikat kepala & gunakan plester dekompresi  mencegah
cidera kulit wajah akibat tekanan.
– Pertahankan ketinggian air di ruang alat pelembab udara atau humidifier.
– Titrasi laju aliran, fraksi oksigen inspirasi (FiO2), dan suhu air berdasarkan
kebutuhan serta toleransi pernapasan pasien.
2. Pemantauan

– HFNC dapat diganti dengan ventilasi mekanis jika terjadi hal berikut:
– Ketidakstabilan hemodinamik
– Gangguan pernapasan terlihat dengan jelas dari kontraksi otot tambahan
– Kekurangan oksigen tetap terjadi meskipun telah dilakukan terapi oksigen
– Penurunan kesadaran
– Laju pernapasan > 40 x/menit secara terus-menerus
– Jumlah dahak yang signifikan.
3. Penatalaksanaan Sekresi

– Sekresi pasien:
– Liur
– Ingus Dibersihkan menggunakan tisu
Buang ke dalam wadah tertutup berisi klorin (2500 mg/L).
– Dahak

– Dapat juga menggunakan ekstraktor mukus oral atau tabung isap


– Buang kedalam wadah pengumpul dahak berusi klorin (2500 mg/L).
Penatalaksanaan Pasien dengan
Ventilasi Mekanis oleh Perawat

Prosedur Intubasi
– Jumlah staf medis dan pergerakannya dibatasi seminimal mungkin
– Kenakan respirator pemurni udara listrik sebagai APD
– Sebelum intubasi, lakukan pemberian analgesik dan obat penenang yang
memadai, dan gunakan pelemas otot jika perlu
– Pantau dengan ketat respons hemodinamik selama intubasi
– Terus bersihkan dan desinfeksi ruangan dengan teknologi pemurnian udara
plasma selama 30 menit setelah intubasi selesai.
Manajemen Analgesik, Obat Penenang, dan Penurunan Kesadaran

– Nilai nyeri setiap 4 jam


– Ukur pemberian obat penenang setiap 2 jam (RASS/BISS)
– Untuk prosedur yang diketahui akan terasa sakit, berikan analgesik
– Pemeriksaan penurunan kesadaran CAM-ICU
– Pencegahan penurunan kesadaran:
– Peredaan rasa nyeri
– Pemberian obat penenang
– Komunikasi
– Tidur yang berkualitas, dan mobilisasi awal
Pencegahan Pneumonia Terkait Ventilator (VAP)

– Mencuci tangan;
– Menambah kemiringan ranjang (30-45°) jika tidak ada kontradiksi
– Membersihkan mulut (tiap 4-6 jam), ekstraktor mukus oral sekali pakai
– Menjaga tekanan manset pipa endotrakea (ETT) di 30-35 cmH2O setiap
4 jam
– Dukungan nutrisi enteral & pemantauan volume residu lambung setiap
4 jam
– Mengevaluasi pelepasan ventilator setiap hari;
– Menggunakan pipa trakea yang dapat dicuci untuk pengisapan
subglotik berkelanjutan + pengisapan melalui spuit 10 mL setiap 1
hingga 2 jam.

– Membuang retentate di bawah glotis:


– Spuit yang berisi sekresi subglotik  mengeluarkan disinfektan yang
mengandung klorin (2500 mg/L), lalu ditutup kembali dan dibuang ke
dalam wadah pembuangan sampah tajam.
Pengisapan Dahak

– Pengisapan dahak
– Menggunakan kateter pengisapan tertutup & kantung tertutup sekali
pakai
– Bertujuan mengurangi pembentukan aerosol dan tetesan kecil atau
droplet.

– Pengumpulan spesimen dahak


– Menggunakan kateter pengisapan tertutup & kantung penampung sesuai
– Bertujuan mengurangi paparan droplet.
Pembuangan Embun dari Ventilator
– Dua perawat untuk prosedur ini
– Segera ke dalam wadah berpenutup yang telah diberi klorin (2500
mg/L) dan dimasukkan ke dalam mesin pencuci bersuhu 90℃
(dibersihkan & desinfeksi)

Penatalaksanaan oleh Perawat untuk Ventilasi Posisi Tengkurap (PPV)


– Sebelum mengubah posisi:
– Kencangkan posisi selang
– Periksa semua sambungan agar tidak mudah lepas
– Ubah posisi pasien setiap 2 jam.
Pengelolaan dan Pemantauan Harian ECMO
(Oksigenasi Membran Ekstrakorporeum)
1. Pemantauan ECMO dilakukan oleh ECMO perfusionis, setiap
jam
1. Laju aliran/kecepatan putar pompa
2. Aliran darah, aliran oksigen dan konsentrasi
oksigen
3. Memastikan alat pengukur suhu berfungsi
4. Mencegah pembekuan dalam sirkuit, tidak
ada tekanan pada kanula dan selang sirkuit
tidak tertekuk atau tidak ada goyangan selang
ECMO
2. Kondisi yang harus dipantau dan dicatat setiap giliran jaga :

01 Kedalaman fiksasi
dan fiksasi kanula 04 Lokasi kanula, melihat
apakah ada perdarahan
dan pembengkakan

02 Garis ketinggian air


di pengatur suhu 05 Ukuran lingkar kaki

03 Daya mesin dan


sambungan oksigen 06 Amati anggota
tubuh bagian bawah
(nadi, suhu, warna
dll)
3. Pemantauan Harian: AGD pasca-membran
4. Manajemen Antikoagulasi

Tujuan Perlakuan
– Pasien harus diinjeksi dengan heparin
– Mencapai efek antikoagulasi
natrium (25-50 IU/kg) pada saat
sedang intubasi dan terus diberi heparin
– Sehingga tidak memicu natrium (7,5-20 IU/kg/j) selama
periode alir pompa.
pengaktifan koagulasi berlebih
– Dosis heparin natrium sesuai hasil APTT
– Mempertahankan keseimbangan
dipertahankan antara 40-60 detik.
(antikoagulasi, koagulasi dan
– Jumlah tusukan minimal dan observasi
fibrinolysis) status perdarahan secara teliti
5. Lakukan ventilasi ultra protektif

– Mencegah dan mengurangi cedera paru terkait ventilator:


– Volume tidal awal <6 mL/Kg
– Intensitas pernafasan spontan (10-20 kali/menit)

– Amati: 1. Tanda-tanda vital 1. SpO2 > 90%


pasien 2. Status volume urine
2. Pertahankan MAP 3. Elektrolit darah
(60-65 mmHg)

3. CVP pasca-membran,
– Transfusi melalui < 8 mmHg menghindari infus emulsi lemak dan propofol
Penatalaksanaan ALSS (Sistem
Dukungan Hati Buatan) oleh Perawat

Fokus Utama

– Kondisi pasien – Fokus pada masalah


– Menstandarkan utama
prosedur operasi – Menangani
komplikasi segera
1. Penatalaksanaan Oleh Perawat Selama
Pengobatan
– Persiapan Operator Sendiri
– Penilaian Pasien – Pengoperasian
– Pemasangan dan Pra- – Penyesuaian Parameter
Pembilasan – Penghentian
– Pencatatan
2. Penatalaksanaan Sesekali
– Observasi dan Penatalaksanaan Tertunda
– Penatalaksanaan Intubasi ALSS
– Penatalaksanaan Intubasi dan Ekstubasi ALSS
Penatalaksanaan Terapi Penggantian Ginjal
Kontinu (CRRT)

• Tentukan akses vaskular


• Kateterisasi vena sentral (VENA JUGULAR INTERNAL)
Persiapan
• Perangkat CRRT dapat diintergrasikan ke sirkuit ECMO
Sebelum CRRT
• Siapkan peralatan, barang habis pakai, dan obat-obatan
ultrafiltrasi sebelum CRRT
Penatalaksanaan Umum
1Pemantauan
Tanda –Tanda Vital Gejala Analisis Gas Ventilator Associated Lung
Darah Injury (VALI)
Terutama pada Batuk, dahak, Kenali Saat berada di bawah
penurunan tekanan dada, penurunan tekanan akhir ekspirasi
kesadaran,laju dispnea, dan sianosis. kondisi untuk positif (PEEP) tinggi dan
pernapasan, dan menyesuaikan dukungan tekanan tinggi.
saturasi oksigen. strategi terapi Pantau dengan ketat
oksigen perubahan pada tekanan
saluran udara, volume
tidal, dan laju pernapasan.
2 Pencegahan Aspirasi
4. Pencegahan aspirasi
3.Pencegahan aspirasi selama 2. Evaluasi
selama HFNC retensi
(High Flow
1. Pemantauan Retensi
pemindahan pasien
lambungNassal Canule)
setiap 4 jam.
Lambung.
Sebelum pemindahan dilakukan, hentikan Periksa humidifier setiap 4 jam untuk
asupan melalui
Lakukan hidung,post-pyloric
pengasupan isap keluar residu
kontinu menghindari pelembapan berlebih atau tidak
Masukkan kembali aspirat jika volume residu
lambung,
dengan pompa nutrisi untuk mengurangi ke
dan sambungkan selang lambung memadai.
lambung < 100 mL; atau, laporkan ke dokter
kantung
refluks tekanan negatif.
gastroesofageal. Segera buang semua air yang terakumulasi
jaga.
Evaluasi motilitas lambung dan retensi dalam selang untuk mencegah batuk dan
lambung dengan ultrasound, jika aspirasi yang disebabkan oleh masuknya
Selama pemindahan, kepala pasien harus embun secara tidak sengaja ke dalam saluran
memungkinkan.
terangkat hingga 30°. napas.
Pasien dengan pengosongan lambung normal Pastikan posisi kanula nasal tetap lebih tinggi
tidak disarankan untuk penilaian rutin dari mesin dan selang. Segera hilangkan embun
pada sistem
3 Terapkan strategi
pencegahan infeksi
Infeksi aliran darah terkait kateter
Infeksi saluran kemih terkait kateter

Tekanan perangkat
4 Cegah cidera kulit,
yang disebabkan: Dermatitis akibat inkontinensia
Cidera akibat perekat medis

5 Periksa semua pasien,


dengan model risiko Pasien masuk
VTE, saat: Kondisi klinis pasien berubah

Pantau fungsi Pembekuan darah


Level D-dimer
6• Bantu makan pasien:
• Lemah
• Napas pendek
• Indeks oksigenasi yang berfluktuasi

• Berikan nutrisi enteral pada tahap awal bagi pasien


yang tidak bisa makan melalui mulut

• Setiap giliran jaga, sesuaikan tingkat nutrisi enteral dan


kuantitasnya berdasar toleransi nutrisi enteral
Contoh Saran Medis untuk Pasien
COVID-19

1. Saran Medis untuk kasus COVID-19 Parah


2.
3. Ringan
Sedang
BIASA
BIASA PEMERIKSAAN
• Isolasi udara
• Isolasi udara • Deteksi RNA Novel koronavirus 2019 (Tiga lokasi)
• Pemantauan saturasi oksigen darah
• Pemantauan saturasi oksigen darah (dahak, feses) qd
• Terapi O2 dengan kanula nasal
• Terapi O2 dengan kanula nasal • Darah rutin, profil biokimia, urine rutin, feses rutin +
OB, fungsi pembekuan darah + D-dimer, analisis gas
OBAT-OBATAN darah+ asam laktat, ASO +RF +CPR+CCP, ESR, PCT, ABO+
• OBAT-OBATAN
Tablet Arbidol 200 mg tid golongan darah, RH, fungsi tiroid, enzim jantung + assay
•• Tablet Arbidol 200
Lopinavir/Ritonavir mg2 po tidpo q12h
tablet kuantitatif serum troponin, empat item rutin, uji virus
•• OBAT-OBATAN
Lopinavir/Ritonavir 2 tablet popr.nar
q12h
Interferon spray 1 semprotan pernapasan, sitokin, uji G/GM, enzim pengubah
•• Tablet Arbidol
Interferon 200 mg po tid
spray 1 semprotan pr.nar
tid angiotensin
• Lopinavir/Ritonavir
tid 2 tablet po q12h
• NS 100 mL + methylprednisolone 40 • USG hati, kandung empedu, pancreas, dan limpah,
•• Interferon
NS spray 1 semprotan pr.tid
mg100
ivgttmL
qd+ Ambroxol 30mg ivgtt bid ekokardiografi dan CT scan paru
• NS 100 mL + pantoprazole 40 mg
ivgtt qd
Contoh Saran Medis untuk Pasien
COVID-19

4. Saran Medis untuk kasus COVID-19 Kritis


BIASA
• Isolasi udara PEMERIKSAAN
• Pemantauan saturasi oksigen darah • Deteksi RNA Novel koronavirus 2019 (Tiga lokasi)
• Terapi O2 dengan kanula nasal (dahak, feses) qd
• Darah rutin, ABO + golongan darah RH, urine rutin,
OBAT-OBATAN feses rutin + OB, empat item rutin, uji virus
• Tablet Arbidol 200 mg po. tid pernapasan, fungsi tiroid, elektrokardiogram, analisis
• Lopinavir/Ritonavir 2 tablet q12h gas darah + elektrolit + asam laktat + GS, uji G/GM,
(atau darunavir 1 tablet qd) kultur darah SEKALI
• NS 10 mL + methylprednisolone 40 • Darah rutin, profil biokimia, fungsi pembekuan darah
mg iv q12h + D dimer, analisis gas darah + asam laktat, peptida
• NS 100 mL + pantoprazole 40 mg natriuretik, enzim jantung, assay kuantitatif serum
ivgtt qd troponin, immunoglobulin + komplemen, sitokin,
• Immunoglobulin 20 g ivgtt qd kultur sputum, CRP, PCT qd
Terimakasih

Anda mungkin juga menyukai