Anda di halaman 1dari 22

PENDEKATAN KLINIS PADA

MENINGITIS TUBERKULOSA
Robert Tupan Us Abatan (102012335)
Jacub Desvano Matitaputy (102014225)
Niko Julian (102016052)
Steven Hartanto Kurniawan (102016280)
Stella Wimona (102014071)
Thersia Ervina (102016033)
Wahyu Ari Agustina (102016102)
Gratia Erlinda Tomasoa (102016187)
Syela Charlin Akasian (102016250)
SKENARIO 4
seorang perempuan usia 25 tahun dibawa ke
UGD RS oleh keluarganya dengan keluhan nyeri
kepala berar disertai demam sejak 2 minggu
smrs

Rumusan Masalah : Seorang perempuan berusia 40 tahun dengan


keluhan nyeri kepala berat disertai demam sejak 2 minggu smrs
MIND MAP
Epidemiologi, Etiologi, Patofisiologi, Gejala Klinis, Komplikasi, etc

Anamnesis KU : Tampak sakit sedang


KU : Nyeri kepala berat disertai Kesadaran : Compos mentis
demam TTV : TD110/70 mmHg, frekuensi
RPS :Nyeri kepala terjadi terus RM
napas 20 x/menit, nadi
menerus dan terasa seperti 90x/menit, suhu 37,5ºC
tertusuk- tusuk di seluruh bagian PF seluruh tubuh : Pada
kepala. Demam terasa tinggi pemeriksaan fisik seluruh tubuh
pada malam hari, mual muntah kaku kuduk positif, Kernig's sign
2x sejak 1 hari sebelum masuk positif, Brudzinki's sign positif,
rumah sakit. Batuk-batuk selama dan paralysis N. VI bilateral.
2 bulan dan tidak minum obat
teratur (minum obat warung.
Perbedaan Meningitis Meningitis Bakterial Meningitas Viral
Tuberkulosa
Etiologi Mycobacterium S. pneumoniae, grup B HSV-2, VZV, HIV,
tuberculosis Streptococci, H. enterovirus, arbovirus,
influenzae, EBV, lymphocytic
Lmonocytogenes. N. choriomeningitis virus.
meningitidis
Gejala Klinis Kronik, trias Akut, trias meningtis, Akut, trias meningitis,
meningitis, penurunan penurunaan kesadaran tidak terdapat
kesadaran penurunan kesadaran
Pemeriksaan Pemeriksaan darah Darah lengkap, PCR. Kultur dan
penunjang lengkap, Pemeriksaan Pemeriksaan LCS, serologi
LCS, Tes tuberkulin, kultur dan serologi
pemeriksaan BTA, foto bakteri
thorax, CT-scan, MRI
Tatalaksana OAT (rifampisin, Cephalosporin Simptomatik
isoniazid, ethambutol. generasi 3 (antipiretik, analgesik,
Pyrazinamid) dan (ceftriaxone, antiemetik), antiviral
Kortikosteroid cefotaxime), (acyclovir, famcyclovir,
vancomycin, penisilin, Valacyclovir)
trimetroprim
sulfamethoxazole
PEMERIKSAAN PENUNJANG
 Pemeriksaan darah lengkap
 Pemeriksaan LCS

 Tes Tuberkulin

 Pemeriksaan BTA

 Foto thorax

 CT-scan dan MRI


WORKING DIAGNOSIS

Meningitis Tuberkulosa
ANATOMI MENINGEAL CRANIAL
 Meninges cranial memiliki tiga fungsi, antara lain;
1. Melindungi otak.

2. Menopang pembuluh darah dan sinus venosus.

3. Menutupi rongga yang terisi cairan, spatium


arachnoideum, guna menjaga fungsi normal otak.
 Meninges terdiri dari tiga lapisan jaringan ikat, yaitu;

1. Lapisan dura mater,

2. Lapisan arachnoidea.

3. Lapisan pia mater,


PERDARAHAN
 Pembuluh darah arteria meningea media
percabangan dari a. maxilaris.
 Arteria meningea media bercabang menjadi
ramus anterior dan ramus posterior untuk
memperdarahi bagian meninges lainnya.
 Selain itu, terdapat area-area kecil pada
meninges yang diperdarahi oleh percabangan
dari arteri-arteri lain seperti ramus meningeus A.
ophtalmica, cabang A. occipitalis, dan cabang
kecil dari A. vertebralis.
PERSARAFAN
 meninges memiliki beberapa persarafan yang berasal
dari percabangan saraf cranialis.
 Pada bagian fossa cranii anterior dan fossa crani
posterior, meninges cranii dipersarafi baik secara
langsung maupun tidak langsung oleh nervus
trigeminus ( N. V) yang terbagi menjadi tiga divisi
(Ramus meningeus anterior N. ethmoidalis (N.V1),
ramus meningeus N. maxillaris (N.V2) dan N.
mandibularis (N.V3).
 Selain N. V, nervus Vagus (N.X) dan nervus hypoglossus
(N.XII) juga ikut mempersarafi fossa cranii posterior.
ETIOLOGI MENINGITIS TUBERKULOSA
 Mycobacterium tuberculosis
 Bakteri batang gram positif

 Bersifat aerob, tidak bergerak, dan tidak


menghasilkan spora
 Ukuran panjang 2-4 um dan lebar 0,2-5 um.

 Menyebabkan infeksi yang bersifat kronis


dikarenakan pertumbuhannya yang tergolong lama
dibanding bakteri lain, yaitu 3-8 minggu
 Dinding sel yang tebal yang terdiri dari lipid,
peptidoglikan dan arabinomanan.
EPIDEMIOLOGI MENINGITIS TUBERKULOSA
 Meningitis tuberkulosa merupakan salah satu
komplikasi tuberculosis primer.
 kasus yang tergolong langka pada negara
maju. Di Amerika Serikat tercatat 100-150
kasus meningitis tuberkulosa per tahunnya,
kurang dari 3% dari 4100 kasus meningitis
bakterial yang tercatat pertahunnya.
FAKTOR RESIO MENINGITISA TUBERKULOSA
 sosio-ekonomi (semakin rendah semakin
tinggi insidensinya)
 Hygiene masyarakat

 Usia

 Faktor imun (HIV, keganasan, penggunaan


kortikosteroid, kelainan genetik
PATOFISIOLOGI MENINGITIS TUBERKULOSA
Tahapan terjadinya Meningitis Tuberkulosa
1. Inhalasi Mycobacterium melalui droplet

2. Infeksi lokal pada paru-paru

3. Menyebar ke kelenjar getah bening regional.

4. Terjadi bakterimia yang signifikan dalam waktu singkat

5. Bila tuberkel basil mencapai meninges ataupun parenkim otak

6. membentuk foci kecil subpial ataupun supependimal dimana pada


keadaan ini BTA tidak aktif dan belum timbul gejala meningitis.
7. pembesaran dan ruptur pada foci yang disebabkan karena adanya
trauma ataupun penurunan daya tahan tubuh yang menyebabkan
BTA masuk ke dalam ruang subarachnoid.
8. Terjadi meningitis.
GEJALA KLINIS MENINGITIS TUBERKULOSA
Sumber :
Harrison's principle
of internal
medicine. Edisi 18.
GEJALA KLINIS MENINGITIS TUBERKULOSA

Stadium awal Stadium transisi Stadium terminal


rasa lemah – Kejang – kelumpuhan
– kuduk kaku
kenaikan suhu yang – Koma
– seluruh tubuh menjadi
ringan – pupil melebar dan
kaku
Anoreksia tidak bereaksi sama
– opistotonus
tidak mau bermain- sekali.
– Refleks tendon menjadi
main – Nadi dan
lebih tinggi
tidur terganggu
pernapasan menjadi
– ubun-ubun menonjol
tidak teratur
mual, muntah, sakit – kelumpuhan urat saraf
– terjadi pernapasan
kepala dan apatik mata
– stupor Cheyne-Stokes
KOMPLIKASI MENINGITIS TUBERKULOSA
 serebral palsi
 retardassi mental
 Epilepsy
 Paraplegia
 gangguan sensorik ekstremitas.
 nistagmus, ataksia
 Kebutaan
 tuli
TATALAKSANA MENINGITIS
TUBERKULOSA
 Tatalaksana meningitis tuberkulosa secara empiris
 Deksametason diberikan dalam dosis 10 mg iv selama 2
minggu dan diturunkan secara perlahan.

 kombinasi obat anti tuberkulosis;


1. isoniazid (300 mg/hari)
2. rifampisin (10 mg/ kgBB per hari),

3. pirazinamid (30 mg/ kgBB perhari dalam dosis yang telah


dibagi),
4. ethambutol (15-25 mg/kgBB per hari dalam dosis yang
telah dibagi), pyrodoxine (50 mg/hari).
TATALAKSANA MENINGITIS
TUBERKULOSA
 Setelah kepekaan M. tuberculosis akan
antimikroba diketahui, pemberian antibiotika
ethambutol dapat dihentikan.
 Respon klinis bagus,

 Pyrazinamid dapat dihentikan setalah 8 minggu

 Hanya pemberian rifampisin dan isoniazid yang


terus dilanjutkan selama 6-12 bulan.
 Deksametason diberikan dalam dosis 10 mg iv
selama 2 minggu dan diturunkan secara perlahan.
PROGNOSIS MENINGITIS
TUBERKULOSA
 angka mortalitas tinggi
 Pada negara maju, angka mortalitas sekitar 7-65%.
 Pada negara berkembang, angka mortalitas 69%.
 Angka mortalitas dipengaruhi beberapa faktor ;
usia (neonatus, balita, dan lansia), adanya gangguan
sistem imun, munculnya komplikasi, tidak mendapat
vaksinasi BCG, adanya syndrome of inappropiate diuretic
hormone secretion (SIADH).
 Kerusakan neurologic yang terjadi dapat tersisa pada
50% pasien yang telah sembuh dari meningitis
tuberkulosa.
PENCEGAHAN MENINGITIS
TUBERKULOSA
 Imunisasi BCG
 Menggunakan masker disaat berada di
tempat umum.
 Penggunaan ventilasi yang baik dan
pencahayaan pada tempat
 Menutup mulut disaat batuk.
KESIMPULAN
 Meningitis tuberkulosa merupakan komplikasi tuberculosis primer yang
disebabkan oleh penyebaran bakteri secara hematogen.
 Meningitis tuberkulosa disebabkan oleh bakteri Mycobakterium tuberculosis
yang
 Meningitis tuberkulosa tuberkulosa umumnya terjadi pada anak berusia 0-5
tahun dan lansia berusia diatas 50 tahun, serta pasien dengan penurunan
sistem imun.
 Meningitis tuberkulosa memiliki angka mortalitas yang tinggi dan harus
segera didiagnosa dan ditatalaksana sesegera mungkin.
 Meningitis tuberkulosa dapat diterapi dengan menggunakan obat anti
tuberculosis dan obat kortikosteroid
 Pencegahan dengan melakukan imunisasi BCG dan menggunakan masker
pada saat berada di tempat umum yang padat penduduk. Memberi ventilasi
yang baik dan pencahayaan yang baik pada ruangan juga dapat mencegah
terjadinya penyebaran bakteri.

Anda mungkin juga menyukai