Anda di halaman 1dari 33

ASUHAN KEPERAWATAN PADA

PASIEN DENGAN
DEMAM TIFOID
Arif RakhMAN
DEFINISI
• Nama Lain: Tifus, Typhus abdominalis, Typhoid fever,
enteric fever.
• Penyakit infeksi akut yang biasanya mengenai
saluran cerna, disebabkan oleh bakteri Salmonella
Thyphi, dengan gejala demam selama satu minggu
atau lebih dengan disertai gangguan pada saluran
pencernaan dan dengan atau tanpa gangguan
kesadaran.
ETIOLOGI

S. Typhi, S. Paratyphi (A,B,& C), S. Schottmuelleri, dan S.


Hirschfeldii
PENULARAN
PATOFISIOLOGI
• Salmonella Typhi yang masuk ke saluran
gastrointestinal akan ditelan oleh sel-sel fagosit ketika
masuk melewati mukosa. Sebagian dari Salmonella
Typhi ada yang dapat masuk melalui usus halus
mengadakan invaginasi ke jaringan limfoid usus halus.
Kemudian Salmonella Typhi, masuk melalui folikel limpa ke
saluran limpatik dan sirkulasi darah sistemik sehingga
terjadi bakterimia. Bakterimia pertama-tama menyerang
system retikulo endothelial (RES) selanjutnya akan di
kolonisasi melalui saluran limfe.
Patofisiologi
• Limfe yang mengalir duktus torasikus menghantarkan
organisme masuk melalui aliran darah, dari sini terjadi
desminasi ke seluruh organ jauh. Sel retikulo di sumsum
tulang, hati, dan limpa meamakan bakteri yang
menyebar secara hematogen, yang kadang
menimbulkan fokus infeksi. Organisme yang
menyebar melalui darah kemudian selanjutnya
mengenai seluruh organ didalam tubuh seperti di
sitem saraf pusat, ginjal, dan jaringan limpa.
MANIFESTASI KLINIS
• Demam tinggi  39°-40 °C lebih dair 7 hari dan
terus meningkat
• Tubuh menggigil terutama pada malam hari 
• Gejala gastrointestinal: Nyeri perut, kembung,
mual, muntah, diare, konstipasi,
hepatomegali, splenomegali, dan lidah kotor
Manifestasi Klinis
• Kelemahan
• Denyut jantung lemah (bradikardi)
• Sakit kepala
• Nyeri otot
• Penurunan kesadaran (delirium, apatis, somnolen,
sopor bahkan koma)
• Pada kasus tertentu muncul penyebaran flek merah
muda (“rose spots”)
PENCEGAHAN
Pencegahan
KOMPLIKASI
• Komplikasi intestinal
– Perdarahan usus
– Perforasi usus
– Ileus paralitik
• Komplikasi ekstraintetstinal
– Komplikasi kardiovaskular: kegagalan sirkulasi perifer
(renjatan/sepsis), miokarditis, trombosis dan
tromboflebitis.
– Komplikasi darah: anemia hemolitik, trombositopenia
dan atau koagulasi intravaskular diseminata dan
sindrom uremia hemoltilik.
Komplikasi
– Komplikasi paru: penuomonia, empiema dan peluritis.
– Komplikasi hepar dan kandung kemih: hepatitis dan
kolelitiasis.
– Komplikasi ginjal: glomerulonefritis, pielonefritis dan
perinefritis.
– Komplikasi tulang: osteomielitis, periostitis, spondilitis dan
artritis.
– Komplikasi neuropsikiatrik: delirium, mengingismus,
meningitis, polineuritis perifer, sindrim Guillain-Barre,
psikosis dan sindrom katatonia.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
• Hitung sel darah tepi: ditemukan leukopenia,
limfositosis relatif dan aneosinofilia pada
permulaan sakit. Mungkin terdapat anemia dan
trimbositopenia pada tifoid berat.
• Uji serologis: berupa uji Widal; tes TUBEX®; metode
enzyme immunoassay (EIA), metode enzyme-linked
immunosorbent assay (ELISA),dan pemeriksaan
dipstik.
PENANGANAN
• Istirahat bertujuan untuk mencegah
komplikasi dan mempercepat penyembuhan.
Pasien harus tirah baring absolut sampai
minimal 7 hari bebas demam atau kurang
lebih selama 14 hari. Mobilisasi dilakukan
bertahap, sesuai dengan pulihnya kekuatan
pasien.
• Diet dan terapi penunjang dilakukan dengan
pertama memberikan bubur saring, kemudian
bubur kasar dan akhirnya nasi sesuai dengan
tingkat kesembuhan pasien. Pemberian
makanan tingkat dini yaitu nasi dengan lauk
pauk rendah selulosa (pantang sayuran
dengan serat kasar) dapat diberikan dengan
aman. Juga perlu diberikan vitamin dan
mineral untuk mendukung keadaan umum
pasien.
• Antibiotika, seperti ampicillin, kloramfenikol,
trimethoprim-sulfamethoxazole, dan
ciproloxacin sering digunakan untuk merawat
demam tipoid. Obat-obat pilihan pertama
adalah kloramfenikol, ampisilin/amoksisilin
dan kotrimoksasol. Obat pilihan kedua adalah
sefalosporin generasi III. Obat-obat pilihan
ketiga adalah meropenem, azithromisin dan
fluorokuinolon. 
• Kloramfenikol diberikan dengan dosis 50 mg/kg
BB/hari, terbagi dalam 3-4 kali pemberian, oral atau
intravena, selama 14 hari. Bilamana terdapat indikasi
kontra pemberian kloramfenikol , diberi ampisilin
dengan dosis 200 mg/kgBB/hari, terbagi dalam 3-4 kali.
Pemberian, intravena saat belum dapat minum obat,
selama 21 hari, atau amoksisilin dengan dosis 100
mg/kgBB/hari, terbagi dalam 3-4 kali. Pemberian,
oral/intravena selama 21 hari kotrimoksasol dengan
dosis (tmp) 8 mg/kbBB/hari terbagi dalam 2-3 kali
pemberian, oral, selama 14 hari.
• Untuk kasus berat dan dengan manifestasi
nerologik menonjol, diberi Deksametason
dosis tinggi dengan dosis awal 3 mg/kg BB,
intravena perlahan (selama 30 menit).
Kemudian disusul pemberian dengan dosis 1
mg/kg BB dengan tenggang waktu 6 jam
sampai 7 kali pemberian.
• Pembedahan biasanya dilakukan dalam kasus
perforasi usus. Kebanyakan ahli bedah lebih
suka sederhana penutupan perforasi dengan
drainase peritoneum. Reseksi usus
diindikasikan untuk pasien dengan perforasi
ganda.
DIAGNOSA KEPERAWATAN
• Hipertermi b.d proses penyakit.
• Defisit volume cairan b.d kehilangan volume cairan
secara aktif
• Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan
b.d ketidakmampuan untuk memasukan atau
mencerna nutrisi oleh faktor fisiologis.
• Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri biologis
(biologi, kimia, fisik, psikologis), kerusakan jaringan.
Hipertemia
• Monitor suhu tubuh • Berikan cairan intravena
• Monitor warna & suhu kulit • Kompres pasien pada lipat
• Monitor tekanan darah, nadi paha dan aksila
dan RR • Tingkatkan sirkulasi udara
• Monitor tingkat kesadaran • Tingkatkan intake cairan dan
• Monitor WBC, Hb, dan Hct nutrisi
• Monitor intake dan output • Monitor TD, nadi, suhu, & RR
• Berikan antipiretik sesuai • Catat adanya fluktuasi
program terapi tekanan darah
• Kelola antibiotik sesuai • Monitor hidrasi seperti turgor
program terapi kulit, kelembaban
• Selimuti pasien (membrane mukosa)
Defisit Volume cairan
• ertahankan catatan intake dan • Berikan cairan oral
output yang akurat • Berikan penggantian nasogastrik
• Monitor status hidrasi sesuai output (50 – 100 cc/jam)
(kelembaban membran • Dorong keluarga untuk
mukosa, nadi adekuat, tekanan membantu pasien makan
darah ortostatik), jika diperlukan • Kolaborasi dokter jika ada cairan
• Monitor hasil laboratorium berlebih muncul memburuk
yang sesuai dengan retensi • Atur kemungkinan tranfusi
cairan (BUN, Hmt, osmolalitas • Persiapan untuk tranfusi
urine, albumin, total protein) • Pasang kateter jika perlu
• Monitor tanda-tanda vital • Monitor intake dan out put
setiap 15 menit sampai 1 jam setiap 8 jam
• Kolaborasi pemberian cairan IV
• Monitor status nutrisi
Ketidakseimbangan nutrisi kurang
• Kaji adanya alergi makanan • Monitor pucat, kemerahan, dan kekeringan
• Kolaborasi dengan ahli gizi untuk jaringan konjungtiva 12) Monitor intake
menentukan jumlah kalori dan nutrisi yang nutrisi
dibutuhkan oleh pasien • Informasikan pada klien dan keluarga
• Yakinkan diet yang dimakan mengandung tentang manfaat nutrisi
tinggi serat untuk mencegah konstipasi • Kolaborasi dengan dokter tentang
• Ajarkan pasien bagaimana membuat kebutuhan suplemen makanan seperti NGT
catatan makanan harian atau TPN sehingga intake cairan yang
• Monitor adanya penurunan BB dan gula adekuat dapat dipertahankan
darah • Atur posisi semi fowler atau fowler tinggi
• Monitor l ingkungan selama makan selama makan
• Jadwalkan pengobatan dan tindakan tidak • Kelola pemberian anti emetik sesuai
selama makan program terapi
• Monitor turgor kulit • Anjurkan banyak minum
• Monitor kekeringan, rambut kusam, total • Pertahankan terapi intravena line
protein, Hb dan kadar Ht • Catat adanya edema, hiperemik, hipertonik
• Monitor mual dan muntah papilla lidah dan cavitas oral.
Nyeri akut
• Lakukan pengkajian nyeri secara • Kaji tipe dan sumber nyeri untuk
komprehensif termasuk lokasi, menentukan intervensi
karakteristik, durasi, frekuensi • Ajarkan tehnik non farmakologi:
kualitas dan faktor presitipasi nafas dalam, kompres hangat
• Observasi reaksi non verbal dan • Berikan analgetik untuk menguragi
ketidaknyamanan nyeri
• Bantu pasien dan keluarga untuk • Tingkatkan istirahat
mencari dan menemukan • Berikan informasi tentang nyeri
dukungan seperti penyebab nyeri, berapa
lama nyeri akan berkurang dan
• Kontrol lingkungan yang dapat
antisipasi ketidaknyamanan prosedur
mempengaruhi nyeri seperti suhu
• Monitor vital sign sebelum dan
ruangan pencahayaan dan
sesudah pemberian analgesik
kebisingan
pertama kali
• Kurangi faktor presipitasi nyeri
MIND YOUR FOOD

Anda mungkin juga menyukai