Anda di halaman 1dari 29

Konsep penyakit pada sistem persyarafan :

kejang, meningitis, hidrosepalus

KELOMPOK II
CINDY ANGGRAINI PARAMITHA
MIFTAH
OLANDINA
KHUSNUL
RYAN
DEFINISI
kejang

Kejang adalah gejala yang timbul dari efek langsung


atau tidak langsung dari penyakit sistem saraf pusat
(SSP) atau disfungsi otak. Disfungsi otak tersebut
dapat disertai dengan motorik, sensorik dan gangguan
otonom tergantung pada daerah otak yang terlibat
baik organ itu sendiri atau penyebaran ke organ yang
lain.
GEJALA KEJANG KESELURUH BAGIAN
OTAK

- Tubuh kaku lalu dilanjutkan dengan gerakan menyentak di seluruh


tubuh.
- Gerak menyentak di wajah, leher dan tangan.
- Otot hilang kontrol, sehingga dapat membuat penderita tiba-tiba
jatuh.
- Kaku otot, terutama pada punggung dan tungkai.
- Pandangan kosong ke satu arah.
- Mata berkedip cepat.
Pencegahan Kejang

Cara pencegahan kejang secara spesifik tergantung pada


pencetusnya masing-masing. Namun umumnya
pencegahan dapat dilakukan dengan menghindari cahaya
yang berkedip-kedip, stress yang berlebihan ataupun
kelelahan fisik.
pemeriksaan penunjang

Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang gold-standard untuk epilepsi adalah
EEG. Selain itu, pemeriksaan laboratorium dan radiologi juga
dapat membantu dalam menentukan penyebab,
menyingkirkan diagnosis banding, serta menentukan lanjutan
tata laksana epilepsi.
ASUHAN KEPERAWATAN KEJANG

Pengkajian

Berdasarkan tanda dan gejala penyakit kejang demam, maka asuhan


keperawatan yang prioritas ditegakkan adalah pengkajian, diagnosa
keperawatan, perencanaan, implementasi, perencanaan pemulang
Diagnosa keperawatan

1. Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan proses


patologis
2. Resiko perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d
intake yang tidak adekuat (Doengoes, 2007)
Intervensi

1. Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan proses patologisPeningkatan suhu tubuh


berhubungan dengan proses patologis.
intervensi:
 Pantau suhu pasien (derajat dan pola): perhatikan menggigil?diaforesi.
 Pantau suhu lingkungan, batasi/tambahkan linen tempat tidur sesuai indikasi.
 Berikan kompres hangat: hindari penggunaan kompres alkohol.
 Berikan selimut pendingin
Kolaborasi:
Berikan antipiretik sesuai indikasi
intervensi

2. Resiko perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d intake yang tidak adekuat.
intervensi:
Buat tujuan berat badan minimum dan kebutuhan nutrisi harian.
Gunakan pendekatan konsisten, duduk dengan pasien saat makan, sediakan dan buang
makanan tanpa persuasi dan/komentar.
Berikan makan sedikit dan makanan kecil tambahan, yang tepat.
Buat pilihan menu yang ada dan izinkan pasien untuk mengontrol pilihan sebanyak mungkin.
Pertahankan jadwal bimbingan berat badan teratur.
DEFINISI
meningitis

Meningitis adalah Peradangan pada susunan saraf,


Radang umum pada araknoid dan piameter,
disebabkan oleh bakteri, virus, riketsia atau
protozoa, yang dapat terjadi secara akut dan
kronis. (Arief Mansjoer : 2000)
TANDA DAN GEJALA
Tanda dan gejala meningitis yang biasa muncul termasuk: Demam dan menggigil,
terutama pada bayi baru lahir dan anak-anak. Perubahan kondisi mental seperti
kebingungan. Mual dan muntah.
Meski gejalanya awalnya mirip dengan flu, meningitis tetap harus diwaspadai, karena juga
dapat menimbulkan kejang dan kaku pada leher. Pada bayi di bawah usia 2 tahun,
meningitis umumnya ditandai dengan memunculkan benjolan di kepala.
Ada beberapa faktor yang dapat memicu meningitis, antara lain:
Infeksi kuman.
Penyakit kanker dan lupus.
Efek samping obat dan operasi otak.
Risiko terkena meningitis juga akan meningkat pada ibu yang sedang hamil atau lupa
menjalani imunisasi.
MENIFESTASI KLINIS

Keluhan pertama biasanya Nyeri kepala. Rasa nyeri ini


dapat menyebar ke tengkuk dan punggung. Tengkuk
menjadi kaku. Kaku kuduk disebabkan oleh
mengejangnya otot-otot ekstensor tengkuk. Bila hebat,
terjadi opistotonus, yaitu tengkuk kaku dalam sikap
kepala tertengadah dan punggung dalam sikap
hiperekstensi, kesadaran menurun. Tanda
Kernig&Brudzinsky positif. (Arief Mansjoer : 2000)
PENYEBAB

Penyebab meningitis adalah bakteri pneumococus,


meningococus,stapilococus, streptococus, salmonella
virus,hemofilus influenza,herpes simplek,atau oleh karena luka /
pembedahan atau injuri pada sistem persarafan. (Arief Mansjoer :
2000)
PEMERIKSAAN PENUNJANG

1. Pemeriksaan Darah
2. Cairan Otak
3. Pemeriksaan Radiologis
asuhan keperawatan
1. Identitas
Umur                  :  dapat menyerang semua kelompok umur.
Jenis Kelamin     :  tidak terdapat perbedaan.
Status ekonomi  : sering terjadi keadaan nutrisi yang buruk, karena faktor ekonomi.
Lingkungan tempat tinggal yang tidak memenuhi persyaratan kesehatan menunjang
juga terjadinya penyakit ini.
2. Riwayat Keperawatan
a.    Keluhan Utama.
Kejang-kejang dapat disertai dengan penurunan kesadaran,tanda-tanda peningkatan
tekanan intrakranial
Riwayat penyakit

Anak menjadi lesu atau terjadi kelemahan secara


umum, nyeri ekstremitas, mudah
terangsang/irritable, demam (39°- 41°C), nafsu
makan menurun, muntah-muntah, nyeri kepala,
nyeri tenggorokan, pucat, gelisah,
Diagnosa keperawatan

1. Gangguan perfusi jaringan sehubungan dengan


peningkatan tekanan intrakranial
2. Resiko terjadi kejang ulang berhubungan dengan
hipertermi.
Intervensi

1. Gangguan perfusi jaringan sehubungan dengan peningkatan tekanan intrakranial


Tujuan
1.Pasien kembali pada,keadaan status neurologis sebelum sakit
2.Meningkatnya kesadaran pasien dan fungsi sensoris
Kriteria hasil
1.Tanda-tanda vital dalam batas normal
2.Rasa sakit kepala berkurang
3.Kesadaran meningkat
4.Adanya peningkatan kognitif dan tidak ada atau hilangnya tanda-tanda tekanan
intrakranial yang meningkat.
Intervensi lanjutan

2. Resiko terjadi kejang ulang berhubungan dengan hipertermi.


Tujuan : Klien tidak mengalami kejang selama berhubungan dengan hiperthermi
Kriteria hasil             :
Tidak terjadi serangan kejang ulang.
Suhu 36,5 – 37,5 º C (bayi), 36 – 37,5 º C (anak)
Nadi 110 – 120 x/menit (bayi)
100-110 x/menit (anak)
Respirasi 30 – 40 x/menit (bayi)
24 – 28 x/menit (anak)
Kesadaran composmentis
Definisi
hidrosefalus

Hidrosefalus merupakan sindroma klinis yang dicirikan


dengan dilatasi yang progresif pada system ventrikuler
cerebral dan kompresi gabungan dari jaringan – jaringan
serebral selama produksi CSF berlangsung yang
meningkatkan kecepatan absorbsi oleh vili arachnoid.
Akibat berlebihannya cairan serebrospinalis dan
meningkatnya tekanan intrakranial menyebabkan
terjadinya peleburan ruang – ruang tempat mengalirnya
liquor (Mualim, 2010)
Patofisiologi

Jika terdapat obstruksi pada system ventrikuler atau pada ruangan


subarachnoid, ventrikel serebral melebar, menyebabkan permukaan
ventrikuler mengkerut dan merobek garis ependymal. White mater
dibawahnya akan mengalami atrofi dan tereduksi menjadi pita yang tipis.
Pada gray matter terdapat pemeliharaan yang bersifat selektif, sehingga
walaupun ventrikel telah mengalami pembesaran gray matter tidak
mengalami gangguan.
Menifestasi Klinis
1.  Hidrosefalus dibawah usia 2 tahun
·   Sebelum usia 2 tahun yang lebih menonjol adalah pembesaran kepala.
·   Ubun-ubun besar melebar, terba tegang/menonjol dan tidak berdenyut.
·   Dahi nampak melebar dan kulit kepala tipis, tegap mengkilap dengan
pelebaran vena-vena kulit kepala.
·   Tulang tengkorak tipis dengan sutura masih terbuka lebar cracked pot sign
yakni bunyi seperti pot kembang yang retak pada perkusi.
·   Perubahan pada mata.
2.  Hydrochepalus pada anak diatas usia 2 tahun.
·      Yang lebih menonjol disini ialah gejala-gejala peninggian tekanan intra
kranial oleh karena pada usia ini ubun-ubun sudah tertutup
Komplikasi Hidrosefalus

  Peningkatan tekanan intrakranial


·  Kerusakan otak
· Infeksi:septikemia, endokarditis, infeksiluka, nefritis, meningitis,
ventrikulitis, abses otak.
·  Shunt tidak berfungsi dengan baik akibat obstruksi mekanik.
·  Hematomi subdural, peritonitis,adses abdomen, perporasi organ dalam
rongga abdomen,fistula,hernia, dan ileus.
·   Kematian
Pemeriksaan Diagnostik

1. Pemeriksaan fisik
2. Pemeriksaan darah
3. Pemeriksaan Radiologi
Asuhan Keperawatan Hidrosefalus
1.    Anamnesa
a.  Riwayat penyakit / keluhan utama
Muntah, gelisah nyeri kepala, lethargi, lelah apatis, penglihatan
ganda, perubahan pupil, kontriksi penglihatan perifer.
b.  Riwayat Perkembangan
Kelahiran : prematur. Lahir dengan pertolongan, pada waktu lahir
menangis keras atau tidak.
Kekejangan : Mulut dan perubahan tingkah laku.
Apakah pernah terjatuh dengan kepala terbentur.
Keluhan sakit perut.
Diagnosa Keperawatan
1. Resiko cidera b.d ketidakmampuan keluarga mengenal masalah
kesehatan, ketidakmampuan mengambil keputusan, ketidakmampuan
melakukan perawatan sederhana, ketidak mampuan menciptakan
lingkungan kondusif, ketidakmampuan memanfaatkan fasilitas
kesehatan.
2.  Resiko gangguan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh
sehubungan b.d ketidakmampuan keluarga mengenal masalah
kesehatan, ketidakmampuan mengambil keputusan, ketidakmampuan
melakukan perawatan sederhana, ketidak mampuan menciptakan
lingkungan kondusif, ketidakmampuan memanfaatkan fasilitas
kesehatan.
Intervensi
1. Resiko cedera
Nic: Setelah dilakukan kunjungan selama 3x diharapkan keluarga mampu
menciptakan lingkungan kondusif dengan kriteria hasil:
 Keselamatan fisik dapat dipertahankan
 Adanya pelindung dan alat bantu untuk klien
Noc:
Kendalikan lingkungan dengan : 1. Menyingkirkan bahaya yang tampak jelas,
mengurangi potensial cedera akibat jatuh ketika tidur misalnya menggunakan
penyanggah tempat tidur, usahakan posisi tempat tidur rendah, gunakan
pencahayaan malam hari siapkan lampu panggil
2.  Jelaskan pada keluarga pentingnya keselamatan pada anak dan cara
pencegahan untuk cidera.
3.  Anjurkan pada keluarga untuk mengawasi segala aktifitas klien yang
membahayakan keselamatan.
4.  Beri alat bantu misal:tongkat
2. Resiko gangguan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh
Nic: Setelah dilakukan kunjungan selama 3x diharapkan keluarga mampu melakukan
perawatan sederhana dirumah  dengan kriteria hasil:
·         Berat badan ideal
·         Tidak muntah
·         Tidak terjadi malnutrisi
Noc: 1.Berikan makanan lunak tinggi kalori tinggi protein.
2.    Berikan klien makan dengan posisi semi fowler dan berikan waktu yang cukup
untuk menelan.
3.    Ciptakan suasana lingkungan yang nyaman dan terhindar dari bau – bauan yang
tidak enak..
4.    Timbang berat badan bila mungkin.
5.    Jagalah kebersihan mulut ( Oral hygiene)
6.    Berikan makanan ringan diantara waktu makan
Ada yg ingin bertanya?

Anda mungkin juga menyukai