Pneumonia Topik 1
Pneumonia Topik 1
Kelompok 6/ A2 :
An.B, usia 14 bulan, dibawah ke IGD dengan keluhan sesak napas yang makin
memberat sejak 3 hari yang lalu. Orang tuanya sudah membawanya berobat diklinik
tapi tetap tidak ada perbaikan. Anak jadi susah minum dan rewel, tidak mau makan.
Anak mengelami panas tinggi, BAB dan BAK tidak ada perubahan.
Imunisasi atau vaksin dibuat agar tubuh dapat membiasakan dan membentuk
antibodi terhadap suatu patogen yang masuk setelah proses imunisasi diberikan.
Imunisasi juga diberikan agar daya tahan tubuh anak lebih kebal terhadap berbagai
macam ancaman penyakit masyarakat seperti polio, campak hingga TBC yang
penularannya sangat cepat dan rawan sehingga proses vaksinasi diharapkan dapat
menyesuaikan tubuh dengan lingkungan baru dan melindunginya.
Pneumonia pada anak paling banyak ditemukan pada anak dengan status imunisasi
yang belum lengkap. Anak yang belum mendapatkan imunisasi lebih rentan terkena
pneumonia. Imunisasi merupakan cara pencegahan terkena penyakit menular
karena kekebalan tubuh anak belum terbentuk sempurna
7. Imunisasi apa yang harus diberikan pada anak usia 14 bulan ?
Batuk adalah pengeluaran sejumlah volume udara secara mendadak dari rongga toraks
melalui epiglotis dan mulut. Melalui mekanisme tersebut dihasilkan aliran udara yang
sangat cepat yang dapat melontarkan keluar material yang ada disepanjang saluran
respiratorik. Mekanisme lain yang bekerjasama dengan batuk adalah bersihan
mukosilier (Mucociliary Clereance) . Batuk akan membawa keluar sekresi berlebihan
yang diproduksi didalam salutran repiratoti, pada saat terjadi radang oleh berbagai
sebab. (Sari Pediatri, 2004)
Batuk akan terbangkitkan apabila ada rangsangan pada reseptor batuk yang melalui
saraf aferen akan meneruskan impuls ke pusat batuk tersebar difus di medula. Dari
pusat batuk melalui saraf eferen impuls diteruskan ke efektor batuk yaitu berbagai otot
respiratorik.
Reseptor ini dapat terangsang secara mekanis (sekret, tekanan), kimiawi (gas yang
merangsang), atau secara termal (udara dingin). Bila rangsangan pada reseptor batuk
ini berlangsung berulang maka akan timbul batuk berulang.
(Sari Pediatri, 2004)
8. Bagaimana batuk dalam kasus dapat terjadi ?
Ronki berasal dari bronki yang lebih besar atau trakea dan mempunyai
bunyi yang berpuncak lebih rendah dari sonor. Bunyi-bunyi tersebut
terdengar pada pasien yang mengalami penurunan sekresi. Ronki dapat
disebabkan oleh hilangnya stabilitas jalan napas perifer yang kolaps pada saat
ekspirasi. Tekanan inspirasi yang tinggi menyebabkan terjadinya pemasukan
udara cepat ke dalam unit-unit udara distal. Hal ini menyebabkan pembukaan
yang cepat dari alveoli dan bronkus kecil atau bronkus sedang yang
mengandung sekret pada bagian-bagian paru yang berdeflasi sampai volume
residu.
10. Apa penyebab terjadinya pneumonia?
Pneumonia merupakan salah satu penyakit infeksi saluran pernapasan akut yang
banyak menyebabkan kematian pada anak di Indonesia. Diperkiran sebanyak 922.000
balita atau 15% meninggal akibat pneumonia di tahun 2015 (Kementerian Kesehatan
RI, 2016).
Pneumonia adalah inflamasi parenkim paru dengan konsolidasi ruang alveolar.
Pneumonia lobaris menggambarkan pneumonia yang terlokalisir pada satu atau lebih
lobus paru. (karen et al, 2010)
Manifestasi klinis sesuai dengan kriteria WHO untuk pneumonia yaitu batuk,
demam, takipnea, peningkatan usaha napas, napas cuping hidung, dan hipoksia
didukung dengan pemeriksaan penunjang foto toraks
Menurut Leung et al (2016) pneumonia disebabkan oleh :
1) Bakteri Streptococcus pneumoniae , Haemophilus influenzae, Mycoplasma
pneumonia,
Staphylococcus aureus
2) Virus Respiratory syntical virus, Influenza A or B virus Human rhinovirus, Human
merapneumovirus, Adenovirus, parainfluenza virus
11. Apa hubungan terjadinya sesak napas, demam,
batuk, retraksi pada kasus?
Sesak napas, demam, batuk dan takipnea merupakan tanda dan gejala klinis
pada pneumonia. Berdasarkan data keluhan utama yang ditemukan pada anak
dengan pneumonia yaitu sesak napas sebanyak 174 (97,8%) anak. rata-rata
frekuensi napas anak dengan pneumonia yaitu 60 kali/menit.
Berdasarkan penelitian terdapat demam terjadi pada penderita pneumonia
karena adanya infeksi diparenkim paru dengan durasi demam <72 jam (58,2%).
Penelitian menunjukan bahwa batuk merupakan manifestasi klinis yang paling
banyak dijumpai pada pneumonia dengan durasi batuk <72 jam (52,9%).
Hasil penelitian didapatkan bahwa laju pernapasan lebih tinggi/takipnea pada
balita pneumonia dibandingkan dengan bukan pneumonia. Takipnea pada
pneumonia mempunyai nilai sensitivitas sebesar 74%. Ronki berasal dari bronki
yang lebih besar atau trakea dan mempunyai bunyi yang berpuncak lebih rendah
dari sonor. (Jurnal e-Clinic (eCl), 2016)
Hasil penelitian didapatkan bahwa laju pernapasan lebih tinggi/takipnea
pada balita pneumonia dibandingkan dengan bukan pneumonia. Takipnea
pada pneumonia mempunyai nilai sensitivitas sebesar 74%. Ronki berasal
dari bronki yang lebih besar atau trakea dan mempunyai bunyi yang
berpuncak lebih rendah dari sonor.
Penelitian ini sesuai dengan kepustakaan yang ada yang menyatakan bahwa
pada pneumonia, retraksi jaringan antara tulang rusuk (retraksi subkostal
dan interkostal) lebih sering terjadi dari pada retraksi suprakostal (Jurnal e-
Clinic (eCl), 2016)
jadi menurut kelompok kami, hubungan dari sesak napas, demam, batuk
serta takipnea merupakan manifestasi klinis dari suatu penyakit yaitu
Pneumonia, yang disebabkan karna adanya bakteri ataupun virus .
KESIMPULAN
Pneumonia merupakan salah satu penyakit infeksi saluran pernapasan akut
yang banyak menyebabkan kematian pada anak di Indonesia. Diperkiran
sebanyak 922.000 balita atau 15% meninggal akibat pneumonia di tahun 2015
(Kementerian Kesehatan RI, 2016).
Pneumonia adalah inflamasi parenkim paru dengan konsolidasi ruang
alveolar. Pneumonia lobaris menggambarkan pneumonia yang terlokalisir
pada satu atau lebih lobus paru. (karen et al, 2010)
Manifestasi klinis sesuai dengan kriteria WHO untuk pneumonia yaitu batuk,
demam, takipnea, peningkatan usaha napas, napas cuping hidung, dan
hipoksia didukung dengan pemeriksaan penunjang foto toraks
Sesak napas, demam, batuk dan takipnea merupakan tanda dan gejala klinis
pada pneumonia. Berdasarkan data keluhan utama yang ditemukan pada anak
dengan pneumonia yaitu sesak napas sebanyak 174 (97,8%) anak. rata-rata
frekuensi napas anak dengan pneumonia yaitu 60 kali/menit.
Berdasarkan penelitian dan hasil penelitian yang ada :
demam terjadi pada penderita pneumonia karena adanya infeksi diparenkim
paru dengan durasi demam <72 jam (58,2%).
batuk merupakan manifestasi klinis yang paling banyak dijumpai pada
pneumonia dengan durasi batuk <72 jam (52,9%).
laju pernapasan lebih tinggi/takipnea pada balita pneumonia dibandingkan
dengan bukan pneumonia. Takipnea pada pneumonia mempunyai nilai
sensitivitas sebesar 74%.
Penelitian ini sesuai dengan kepustakaan yang ada yang menyatakan bahwa
pada pneumonia, retraksi jaringan antara tulang rusuk (retraksi subkostal
dan interkostal) lebih sering terjadi dari pada retraksi suprakostal (Jurnal e-
Clinic (eCl), 2016)
SASARAN PEMBELAJARAN DALAM
SCENARIO
Masalah keperawatan