Anda di halaman 1dari 44

KEPERAWATAN ANAK 1

Dosen : Ns. Reginus T. Malara.,M.Kep

Kelompok 6/ A2 :

Angela N. Rumondor 18011104035


Jennifer S. Supit 180111040051
Putrindah Bujung 180111040052
Ridel Tuerah 18011104043
Skenario 6 :

An.B, usia 14 bulan, dibawah ke IGD dengan keluhan sesak napas yang makin
memberat sejak 3 hari yang lalu. Orang tuanya sudah membawanya berobat diklinik
tapi tetap tidak ada perbaikan. Anak jadi susah minum dan rewel, tidak mau makan.
Anak mengelami panas tinggi, BAB dan BAK tidak ada perubahan.

An.B mendapatkan terapi kloramfenikol, paracetamol 60 mg dan terpasang oksigen 2


ltr/mnt nasal kanul. Riwayat penyakit keluarga: sepupu ibu ada yang menderita TBC
dan sudah dinyatakan sembuh, tidak tinggal satu rumah. Riwayat imunisasi: tidak
lengkap, tidak ada BCG Scar. Tidur anak jadi berkurang terutama pada malam hari
karena anak sering batuk. Bentuk dada simetris, terdapat retraksi epigastrium dan
intercostal serta suprasternal. Pernapasan 60 x/mnt, cepat dan dangkal, terdapat nafas
cuping hidung dan terdengar ronkhi dikedua lapang paru, slem banyak. Hasil
pmeriksaan rontgen kesan : Pneumonia lobaris paru kanan lobus medius.
MENJELASKAN ISTILAH DAN KONSEP
ISTILAH – ISTILAH
 Sesak napas : Kondisi ketika seseorang kesulitan dalam bernapas atau tidak
mendapat asupan udara yang cukup.
 Batuk : Respon dari tubuh yang disebabkan oleh sesuatu yang mengiritasi
tenggorokan atau saluran napas.
 Demam : Peningkatan suhu tubuh diatas normal yang disebabkan adanya
inflamasi.
 Obat klorofenikol : Obat antibiotik (mengobati beragam infeksi bakteri)
 Obat paracetamol : Obat analgesik dan antipiretik (penurun demam dan
pereda nyeri)
 BCG Scar : Vaksin bacillus calmette-guerin (BCG) berisi kuman
mycobacterium tuberculosis, bertujuan untuk menurunkan resiko seseorang
terinfeksi dari kuman mycobacterium tuberculosis.
 Retraksi epigastrium : Sesak nafas (adanya tarikan dinding dada bagian bawah
kedalam ketika menarik nafas)
 Retraksi intercostal : Tindakan menarik kembali otot dintara sela-sela iga
(tulang rusuk)
ISTILAH – ISTILAH

 Retraksi suprasternal : Tindakan menarik kembali otot pada atas iga


(meningkatkan ventilasi)
 Napas cuping hidung : Keadaan dimana cuping hidung ikut bergerak
saat bernapas.
 Ronkhi : Suara yang dihasilkan saat udara melewati jalan napas yang
penuh cairan / mukus terdengar saat inspirasi atau ekspirasi.
 Slem : Cairan yang berbentuk lendir, yang diproduksi oleh paru-paru.
 Pneumonia : Didefinisikan sebagai suatu peradangan paru yang
disebabkan oleh mikroorganisme (bakteri, virus, jamur, parasit).
 Pneumonia lobaris : Peradangan pada semua atau sebagian besar segmen
paru dari satu atau lebih lobus paru.
 Lobus medius : Bagian tengah dari paru kanan.
MENETAPKAN MASALAH / PROBLEM DASAR PADA
SCENARIO DAN MEMBUAT PERTANYAAN UNTUK
MEMBANTU MENENTUKAN MASALAH YANG ADA
PROBLEM DASAR / MASALAH PADA SCENARIO
MASALAH (PROBLEM DASAR)
Susah
Anak B, Dema
minum
Usia 14 m
dan
bulan BAB dan
Sesak napas yang rewel
BAK tidak
makin memberat
ada
sejak 3 hari yang
Pneumonia perubahan
lalu
lobaris paru
kanan dan Pernapasan
lobus Terdapat 60 x/mnt
Tidur malam retraksi Cepat dan
medius
Imunisasi berkurang epigastrium dangkal
tidak karena sering dan intercostal
lengkap, batuk serta
tidak ada superasetral
BCG Scar Terdengar Tidak
Terdapat ronkhi mau
napas dikedua makan
Slem
cuping lapang paru banyak
hidung
Sistem pernapasan

 Menurut Juarfianti (2015) sistem pernafasan manusia dapat


dibagi ke dalam sistem pernafasan bagian atas dan pernafasan
bagian bawah.
a. Pernafasan bagian atas meliputi hidung, rongga hidung, sinus
paranasal, dan faring.
b.Pernafasan bagian bawah meliputi laring, trakea, bronkus,
bronkiolus dan alveolus paru.
ANATOMI DAN FISIOLOGI PARU-PARU
Paru-paru manusia terletak pada
rongga dada, bentuk dari paru-paru
adalah berbentuk kerucut yang
ujungnya berada di atas tulang iga
pertama dan dasarnya berada pada
diafragma. Paru terbagi menjadi dua
yaitu bagian yaitu, paru kanan dan
paru kiri. Paru-paru kanan
mempunyai tiga lobus sedangkan
paru-paru kiri mempunyai dua lobus.
Setiap paru-paru terbagi lagi menjadi
beberapa sub-bagian, terdapat sekitar
sepuluh unit terkecil yang disebut
bronchopulmonary segments. Paru-
paru bagian kanan dan bagian kiri
dipisahkan oleh sebuah ruang yang
disebut mediastinum (Evelyn, 2009)
Pleura
 Pleura merupakan lapisan
pembungkus paru (pulmo). Dimana
antara pleura yg membungkus pulmo
dextra et sinistra dipisahkan oleh
adanya mediastinum. Pleura dr interna
ke eksterna terbagi atas 2 bagian :
• Pleura Visceralis/ Pulmonis
Pleura yg langsung melekat pd
permukaan pulmo.
• Pleura Parietalis
Bagian pleura yg berbatasan dg
dinding thorax.
 Pleura ini sebenarnya berfungsi
sebagai pelumas yang membantu
kelancaran pergerakan paru-paru
ketika bernapas.
Mediastinum

 Mediastinum adalah dinding yang


membagi rongga toraks menjadi dua
bagian. Mediastinum terbentuk dari dua
lapisan pleura. Semua struktur toraks
kecuali paru – paru terletak antara
kedua lapisan pleura.
 Mediastinum merupakan rongga yang
berada di antara tulang dada dan tulang
belakang, serta paru-paru. Pada rongga
ini, berisi jantung, pembuluh darah
besar, trakea, kelenjar timus, aorta, dan
kerongkongan. Adapun, mediastinum
terbagi menjadi tiga ruang, yaitu
anterior (depan), tengah, dan posterior
(belakang).
Lobus

 Paru-paru kanan mempunyai 3 lobus

sedangkan paru-paru kiri 2 lobus.


 Lobus pada paru-paru kanan adalah

lobus superius, lobus medius, dan lobus


inferius. Lobus medius/lobus inferius
dibatasi fissura horizontalis; lobus
inferius dan medius dipisahkan fissura
oblique.
 Lobus pada paru-paru kiri adalah lobus

superius dan lobus inferius yang


dipisahkan oleh fissura oblique. Pada
paru-paru kiri ada bagian yang menonjol
seperti lidah yang disebut lingula.
Bronkus

 Terdapat beberapa divisi bronkus


didalam setiap lobus paru. Pertama
adalah bronkus lobaris (tiga pada paru
kanan dan dua pada
paru kiri) bronkus lobaris dibagi menjadi
bronkus segmental (10 pada paru kanan
dan 8 pada paru kiri) yang merupakan
struktur yang dicari ketika memilih
posisi drainase postural yang paling
efektif untuk pasien tertentu. Bronkus
segmental kemudian dibagi lagi menjadi
bronkus subsegmental. Bronkus
dikelilingi oleh jaringan ikat yang
memiliki arteri, limfatik, dan saraf.
 Fungsi utama bronkus adalah
menyediakan jalan bagi udara yang
masuk dan keluar paru-paru.
Bronkiolus

 Cabang ke 12 –15 bronkus. Tidak


mengandung lempeng tulang rawan,
tidak mengandung kelenjar
submukosa.
 Bronkiolus yaitu cabang dari bronkus
yang menjadikan fungsinya yaitu
sebagai penyalur udara dari bronkus
menujul alveolus
 Bronkiolus merupakan saluran udara
kecil yang mengirimkan udara ke
bagian dalam sebuah dinding paru-
paru yang dimana alveoli
memungkinkan oksigen yang akan
diserap oleh sel-sel darah dan mengisi
darah dengan oksigen untuk ditransfer
ke seluruh tubuh.
Alveolus

Kantong berdinding sangat tipis


pada bronkioli terminalis. Tempat
terjadinya pertukaran oksigen dan
karbondioksida antara darah dan
udara yang dihirup. Jumlahnya
200 -500 juta. Bentuknya bulat
poligonal, septa antar alveoli
disokong oleh serat kolagen, dan
elastis halus.
Pada bagian alveolus inilah terjadi
pertukaran gas-gas o2 dari udara
bebas ke sel-sel darah, sedangkan
pertukaran co2 dari sel-sel tubuh
kedalam udara bebas terjadi.
PERTANYAAN DALAM SCENARIO
1. Bagaimana sesak nafas dalam kasus dapat terjadi ?
2. Mengapa terjadi pernafasan cuping hidung ?
3. Apa yang menyebabkan anak jadi susah, minum, rewel dan susah makan ?
4. Bagaimana demam dalam kasus dapat terjadi ?
5. Kenapa pasien dalam kasus diberikan terapi klorampenikol & terapi
paracetamol?
6. Apa tujuan dari imunisasi ?
7. Imunisasi apa yang harus diberikan pada anak usia 14 bulan ?
8. Bagaimana batuk dalam kasus dapat terjadi ?
9. Mengapa terjadi ronkhi dikedua lapang paru?
10. Apa hubungan terjadinya sesak napas, demam, batuk, retraksi dan
pernapasan cuping hidung?
11. Apa penyebab pneumonia?
Mekanisme sesak nafas
 Sesak napas bisa terjadi dari berbagai mekanisme seperti jika ruang
fisiologi meningkat maka akan dapat menyebab kan gangguan pada
pertukaran gas antara O2 dan CO2 sehingga menyebabkan kebutuhan
ventilasi makin meningkat sehingga terjadi sesak napas.
 Dispnea juga dapat terjadi pada orang yang mengalami penurnan
terhadap compliance paru, semakin rendah kemampuan terhadap
compliance paru maka makin besar gradien tekanan transmural yang
harus dibentuk selama inspirasi untuk menghasilkan pengembangan
paru yang normal.
 Penyebab menurunnya compliance paru bisa bermacam salah satu
nya adalah digantinya jaringan paru dengan jaringan ikat fibrosa
akibat inhalasi asbston atau iritan yang sama.
1. Bagaimana sesak nafas dalam kasus dapat terjadi ?

 Sesak nafas (dyspnea) merupakan sensasi kesukaran bernapas atau

napas yang pendek, mekanisme sesak napas belum dapat diketahui


dengan pasti.
 American Thoracic Society (ATS) 2012 mendefinisikan sesak napas

sebagai pengalaman subjektif atas ketidaknyamanan dalam bernapas.


 Sesak napas dalam kasus terjadi karena adanya infeksi pada saluran

pernapasan bagian bawah (alveoli) yang disebabkan oleh virus/bakteri,


sehingga membran paru-paru meradang dan berlobang, mengakibatkan
RBC,WBC, dan cairan keluar masuk alveoli sehingga terjadi sekresi,
edema, bronkospasme, yang menimbulkan sesak nafas.
2. Mengapa terjadi pernafasan cuping hidung ?

 Pernafasan cuping hidung biasa terjadi apabila dalam


keadaan sesak. Sehingga tubuh akan merespon dengan
meningkatkan frekuensi pernapasan guna memenuhi
suplai oksigen ke dalam tubuh. Selain pernafasan
cuping hidung, otot pernafasan tambahan seperti otot diafragma
biasa menyertai saat sesak.
 Sesak sendiri bisa disebabkan oleh berbagai faktor, mulai dari
infeksi saluran nafas itu sendiri, gangguan paru, dan organ lainnya.
 Pernafasan cuping hidung didalam kasus karena terjadinya
penurunan suplai O2 sehingga menyebabkan hiperventilasi dan
mengakibatkan sesak nafas.
3. Apa yang menyebabkan anak jadi susah minum, rewel
dan tidak mau makan?

Menurut kelompok kami anak menjadi


susah minum, rewel dan susah makan
umumnya terjadi karena anak merasa
sakit seperti terdapat pada kasus anak
mengalami sesak nafas, panas tinggi dan
batuk hal ini terjadi karena adanya
peradangan di parenkim paru yang
disebabkan oleh virus/ bakteri yang
masuk, sehingga anak mengalami
penurunan nafsu makan.
Mekanisme Demam

 demam mengacu pada peningkatan suhu tubuh yang berhubungan dengan


tingkat sitokin pirogen yang diproduksi untuk mengatasi berbagai rangsang
(Sherwood, 2001)
 Sebagai respons terhadap rangsangan pirogenik,maka monosit, makrofag,
dan sel-sel Kupffer mengeluarkan suatu zat kimia yang dikenal sebagai
pirogen endogen yang bekerja pada pusat termoregulasi hipotalamus.
Sebagai respon terhadap sitokinb tersebut maka terjadi sintesis
prostaglandin dan menimbulkan peningkatan suhu tubuh. Hipotalamus akan
mempertahankan suhu sesuai patokan yang baru dan bukan suhu normal
(ganong, 2002 ;Nelwa, 2006)
4. Bagaimana demam dalam kasus dapat terjadi ?
 Demam adalah suatu keadaan saat suhu
badan melebihi 37 °C yang disebabkan
oleh penyakit atau peradangan. Demam
juga merupakan pertanda bahwa sel
antibodi manusia (sel darah putih) sedang
melawan suatu virus atau bakteri.
 Demam dalam kasus terjadi karena
masuknya bakteri, virus, jamur dan
kuman-kuman lainnya di dalam parenkim
paru (bronkiolus dan alveolus) sehingga
terjadi reaksi radang pada bronkiolus dan
alveolus, dimana saat terjadi peradangan
ini sel kekebalan tubuh juga melepaskan
pirogen sebagai sinyal untuk
mengaktifkan sistem pertahanan tubuh,
pirogen mengalir ke otak dan hipotalamus
menginstruksikan untuk meningkatkan
suhu.
5. Kenapa pasien dalam kasus diberikan terapi
klorampenikol & terapi paracetamol?

 Chloramphenicol adalah obat antibiotic untuk mengobati infeksi


serius yang disebabkan oleh bakteri. Obat ini bekerja membunuh
bakteri, virus, dan memperlambat, serta mencegah
pertumbuhannya. Dihubungkan dengan kasus lewat pemeriksaan
rontgen pasien mengalami pneumonia lobaris paru kanan lobus
medius yang disebabkan oleh bakteri salah satunya yaitu
Streptococcus pneumoniae, jadi obat ini berfungsi untuk
membunuh bakteri, memperlambat, serta mencegah pertumbuhan
dari bakteri tersebut.
 Paracetamol merupakan pilihan lini pertama bagi penanganan
demam dan nyeri sebagai antipiretik dan analgetik. (cranswick
2000). Dihubungkan dengan kasus anak mengalami panas tinggi
jadi dengan diberikan terapi obat paracetamol dapat menurunkan
suhu tubuh dari anak tersebut.
6. Apa tujuan dari imunisasi ?

 Imunisasi atau vaksin dibuat agar tubuh dapat membiasakan dan membentuk

antibodi terhadap suatu patogen yang masuk setelah proses imunisasi diberikan.
 Imunisasi juga diberikan agar daya tahan tubuh anak lebih kebal terhadap berbagai

macam ancaman penyakit masyarakat seperti polio, campak hingga TBC yang
penularannya sangat cepat dan rawan sehingga proses vaksinasi diharapkan dapat
menyesuaikan tubuh dengan lingkungan baru dan melindunginya.
 Pneumonia pada anak paling banyak ditemukan pada anak dengan status imunisasi

yang belum lengkap. Anak yang belum mendapatkan imunisasi lebih rentan terkena
pneumonia. Imunisasi merupakan cara pencegahan terkena penyakit menular
karena kekebalan tubuh anak belum terbentuk sempurna
7. Imunisasi apa yang harus diberikan pada anak usia 14 bulan ?

Bayi usia 0 - 1 bulan:  Dihubungan dengan kasus yang ada


Hepatitis B-1
riwayat imunisasi anak tidak lengkap
BCG
yaitu tidak ada BCG Scar. Perlu
 Polio 1
diketahui BCG merupakan imunisasi
Bayi usia 12 – 15
yang berfungsi untuk mencegah
bulan :
Varisela penularan penyakit tuberculosis (TB)

PCV-4 yang menyerang paru-paru.


Hib-4  Jadi karena tidak adanya imunisasi

MMR-1 BCG anak mudah tertular/terinfeksi.


Mekanisme batuk

Batuk adalah pengeluaran sejumlah volume udara secara mendadak dari rongga toraks
melalui epiglotis dan mulut. Melalui mekanisme tersebut dihasilkan aliran udara yang
sangat cepat yang dapat melontarkan keluar material yang ada disepanjang saluran
respiratorik. Mekanisme lain yang bekerjasama dengan batuk adalah bersihan
mukosilier (Mucociliary Clereance) . Batuk akan membawa keluar sekresi berlebihan
yang diproduksi didalam salutran repiratoti, pada saat terjadi radang oleh berbagai
sebab. (Sari Pediatri, 2004)
Batuk akan terbangkitkan apabila ada rangsangan pada reseptor batuk yang melalui
saraf aferen akan meneruskan impuls ke pusat batuk tersebar difus di medula. Dari
pusat batuk melalui saraf eferen impuls diteruskan ke efektor batuk yaitu berbagai otot
respiratorik.
Reseptor ini dapat terangsang secara mekanis (sekret, tekanan), kimiawi (gas yang
merangsang), atau secara termal (udara dingin). Bila rangsangan pada reseptor batuk
ini berlangsung berulang maka akan timbul batuk berulang.
(Sari Pediatri, 2004)
8. Bagaimana batuk dalam kasus dapat terjadi ?

Batuk akan terbangkitkan apabila ada rangsangan pada reseptor


batuk yang melalui saraf aferen akan meneruskan impuls ke pusat
batuk tersebar difus di medula. Dari pusat batuk melalui saraf eferen
impuls diteruskan ke efektor batuk yaitu berbagai otot respiratorik.
Reseptor ini dapat terangsang secara mekanis (sekret, tekanan),
kimiawi (gas yang merangsang), atau secara termal (udara dingin).
Bila rangsangan pada reseptor batuk ini berlangsung berulang maka
akan timbul batuk berulang. Dihubungkan dengan kasus anak
mengalami batuk karena adanya penumpukan slem/sekret. Dengan
adanya slem/sekret terjadi rangsangan reseptor secara mekanis
sehingga terjadi batuk sampai pola tidur anak terganggu.
9. Mengapa terjadi ronkhi dikedua lapang
paru?

Ronki berasal dari bronki yang lebih besar atau trakea dan mempunyai
bunyi yang berpuncak lebih rendah dari sonor. Bunyi-bunyi tersebut
terdengar pada pasien yang mengalami penurunan sekresi. Ronki dapat
disebabkan oleh hilangnya stabilitas jalan napas perifer yang kolaps pada saat
ekspirasi. Tekanan inspirasi yang tinggi menyebabkan terjadinya pemasukan
udara cepat ke dalam unit-unit udara distal. Hal ini menyebabkan pembukaan
yang cepat dari alveoli dan bronkus kecil atau bronkus sedang yang
mengandung sekret pada bagian-bagian paru yang berdeflasi sampai volume
residu.
10. Apa penyebab terjadinya pneumonia?

 Pneumonia merupakan salah satu penyakit infeksi saluran pernapasan akut yang
banyak menyebabkan kematian pada anak di Indonesia. Diperkiran sebanyak 922.000
balita atau 15% meninggal akibat pneumonia di tahun 2015 (Kementerian Kesehatan
RI, 2016).
 Pneumonia adalah inflamasi parenkim paru dengan konsolidasi ruang alveolar.
Pneumonia lobaris menggambarkan pneumonia yang terlokalisir pada satu atau lebih
lobus paru. (karen et al, 2010)
 Manifestasi klinis sesuai dengan kriteria WHO untuk pneumonia yaitu batuk,
demam, takipnea, peningkatan usaha napas, napas cuping hidung, dan hipoksia
didukung dengan pemeriksaan penunjang foto toraks
 Menurut Leung et al (2016) pneumonia disebabkan oleh :
1) Bakteri Streptococcus pneumoniae , Haemophilus influenzae, Mycoplasma
pneumonia,
Staphylococcus aureus
2) Virus Respiratory syntical virus, Influenza A or B virus Human rhinovirus, Human
merapneumovirus, Adenovirus, parainfluenza virus
11. Apa hubungan terjadinya sesak napas, demam,
batuk, retraksi pada kasus?

 Sesak napas, demam, batuk dan takipnea merupakan tanda dan gejala klinis
pada pneumonia. Berdasarkan data keluhan utama yang ditemukan pada anak
dengan pneumonia yaitu sesak napas sebanyak 174 (97,8%) anak. rata-rata
frekuensi napas anak dengan pneumonia yaitu 60 kali/menit.
 Berdasarkan penelitian terdapat demam terjadi pada penderita pneumonia
karena adanya infeksi diparenkim paru dengan durasi demam <72 jam (58,2%).
 Penelitian menunjukan bahwa batuk merupakan manifestasi klinis yang paling
banyak dijumpai pada pneumonia dengan durasi batuk <72 jam (52,9%).
 Hasil penelitian didapatkan bahwa laju pernapasan lebih tinggi/takipnea pada
balita pneumonia dibandingkan dengan bukan pneumonia. Takipnea pada
pneumonia mempunyai nilai sensitivitas sebesar 74%. Ronki berasal dari bronki
yang lebih besar atau trakea dan mempunyai bunyi yang berpuncak lebih rendah
dari sonor. (Jurnal e-Clinic (eCl), 2016)
 Hasil penelitian didapatkan bahwa laju pernapasan lebih tinggi/takipnea
pada balita pneumonia dibandingkan dengan bukan pneumonia. Takipnea
pada pneumonia mempunyai nilai sensitivitas sebesar 74%. Ronki berasal
dari bronki yang lebih besar atau trakea dan mempunyai bunyi yang
berpuncak lebih rendah dari sonor.
 Penelitian ini sesuai dengan kepustakaan yang ada yang menyatakan bahwa
pada pneumonia, retraksi jaringan antara tulang rusuk (retraksi subkostal
dan interkostal) lebih sering terjadi dari pada retraksi suprakostal (Jurnal e-
Clinic (eCl), 2016)
 jadi menurut kelompok kami, hubungan dari sesak napas, demam, batuk
serta takipnea merupakan manifestasi klinis dari suatu penyakit yaitu
Pneumonia, yang disebabkan karna adanya bakteri ataupun virus .
KESIMPULAN
 Pneumonia merupakan salah satu penyakit infeksi saluran pernapasan akut
yang banyak menyebabkan kematian pada anak di Indonesia. Diperkiran
sebanyak 922.000 balita atau 15% meninggal akibat pneumonia di tahun 2015
(Kementerian Kesehatan RI, 2016).
 Pneumonia adalah inflamasi parenkim paru dengan konsolidasi ruang
alveolar. Pneumonia lobaris menggambarkan pneumonia yang terlokalisir
pada satu atau lebih lobus paru. (karen et al, 2010)
 Manifestasi klinis sesuai dengan kriteria WHO untuk pneumonia yaitu batuk,
demam, takipnea, peningkatan usaha napas, napas cuping hidung, dan
hipoksia didukung dengan pemeriksaan penunjang foto toraks
 Sesak napas, demam, batuk dan takipnea merupakan tanda dan gejala klinis
pada pneumonia. Berdasarkan data keluhan utama yang ditemukan pada anak
dengan pneumonia yaitu sesak napas sebanyak 174 (97,8%) anak. rata-rata
frekuensi napas anak dengan pneumonia yaitu 60 kali/menit.
 Berdasarkan penelitian dan hasil penelitian yang ada :
 demam terjadi pada penderita pneumonia karena adanya infeksi diparenkim
paru dengan durasi demam <72 jam (58,2%).
 batuk merupakan manifestasi klinis yang paling banyak dijumpai pada
pneumonia dengan durasi batuk <72 jam (52,9%).
 laju pernapasan lebih tinggi/takipnea pada balita pneumonia dibandingkan
dengan bukan pneumonia. Takipnea pada pneumonia mempunyai nilai
sensitivitas sebesar 74%.
 Penelitian ini sesuai dengan kepustakaan yang ada yang menyatakan bahwa
pada pneumonia, retraksi jaringan antara tulang rusuk (retraksi subkostal
dan interkostal) lebih sering terjadi dari pada retraksi suprakostal (Jurnal e-
Clinic (eCl), 2016)
SASARAN PEMBELAJARAN DALAM
SCENARIO
Masalah keperawatan

1. Pola nafas tidak efektif


2. Bersihan jalan nafas tidak efektif
3. Hipertermi
KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
A.PENGKAJIAN
1. Identitas
Nama : An. B
Usia : 14 Bulan
2. Fokus pengkajian
a. Keluhan utama
Sesak napas yang makin memberat sejak 3 hari yang lalu
b. Keluhan tambahan
Demam , anak susah minum, tidak mau makan, rewel dan susah tidur dimalam
hari karena sering batuk
c. Riwayat penyakit keluarga
Sepupu ibu ada yang menderita TBC, dan sudah dinyatakan sembuh, tidak
tinggal satu rumah
d. Riwayat imunisasi
Tidak lengkap, tidak ada BCG Scar
3. Pemeriksaan Fisik
 Didapati bentuk dada simetris, terdapat retraksi epigastrium dan
intercostal serta suprasternal,nafas sepat dan dangkal
(60x/menit). Terdapat nafas cuping hidung, terdengar ronkhi
dikedua lapang paru, slem banyak.
4. Pemeriksaan penunjang
 Hasil pemeriksaan rontgen : pneumonia lobaris paru kanan lobus
medius.
Analisa Data
No Data Etiologi Masalah
. keperwatan
1. Ds : pola napas tidak
- sesak napas yang efektif
makin memberat
sejak 3 hari yang lalu
Diagnosa dan Intervensi Keperawatan
Diagnosa keperawatan Tujuan Intervensi Rasional
No
1. Pola nafas tidak efektif Pola nafas efektif 1.Monitor pola napas 1.Kecepatan
b/d inflamasi pada dengan frekuensi dan (frekuensi, biasanya
saluran pernapasan kedalaman dalam kedalaman meningkat,
rentang normal dan pernafasan) dispnea, dan
paru jelas/ bersih terjadi peningkatan
kerja nafas,
kedalaman
bervariasi,
ekspansi dada
terbatas.
2. Auskultasi bunyi 2. untuk mengetahui
nafas adanya bunyi adanya bunyi
napas tambahan napas tambahan
3. berikan minum 3.
hangat 4.Meningkatkan dan
memenuhi
4. Kolaborasi pengiriman
pemberian oksigen oksigen ke paru
tambahan. untuk kebutuhan
sirkulasi
No. Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional
keperawatan
2. Bersihan jalan nafas Jalan nafas 1. Auskultasi bunyi 1. Bersihan jalan
tidak efektif efektif dengan nafas, catat nafas yang tidak
berhubungan dengan bunyi nafas adanya bunyi efektif dapat
inflamasi, bersih dan jelas nafas. Misalnya: dimanifestasikan
pembentukan edema Kriteria hasil; mengi, krekels dengan adanya
- Mempertahan dan ronki bunyi nafas
kan jalan nafas 2. Kaji/ pantau adventisius
paten dengan frekuensi 2. Takipnea biasanya
bunyi nafas pernafasan, catat ada pada beberapa
bersih/ jelas rasio inspirasi/ derajat dan dapat
- Menunjukkan ekspirasi ditemukan pada
perilaku untuk penerimaan atau
memperbaiki selama stres/
bersihan jalan adanya proses
nafas, misalnya: infeksi
batuk efektif dan akut.Pernafasan
mengeluarkan dapat melambat
sekret. dan frekuensi
ekspirasi
memanjang
dibanding inspirasi.
Diagnosa dan Intervensi Keperawatan

N Masalah Tujuan Intervensi Rasional


o Keperawata
n
1 Hipertermi b.d Setelah dilakukan tindakan 1. Monitor suhu tubuh. 1.Mengetahui suhu tubuh.
proses penyakit keperawatan selama 1x24 Suhu tubuh
jam diharapkan suhu tubuh 38°C-40°C.
dalam rentan normal
dengan kriteria hasil : 2. Berikan kompres 2.Kompres hangat dapat
Suhu tubuh dalam batas hangat. menyebabkan vasodilatasi
normal 36,5°C- 37°C. pembuluh darah sehingga
mempercepat penguapan
panas tubuh.

3. Berikan cairan oral. 3. Kebutuhan cairan dalam


tubuh yang cukup dapat
mencegah terjadinya panas.

4. Kolaborasi pemberian 4. Untuk mengatasi infeksi


terapi antibiotik dan serta mencegah penyebaran
antipiretik. infeksi dan untuk
menurunkan atau
mengontrol panas.

Anda mungkin juga menyukai