Anda di halaman 1dari 27

KONSERVASI

PENENTUAN SIGNIFIKANSI BUDAYA

PROGRAM STUDI MAGISTER TEKNIK ARSITEKTUR UNIKA SOEGIJAPRANATA SEMARANG


Analisa
Cagar budaya

Penuturan sejarah adalah salah satu metoda untuk menggali data dan
informasi penting yang tidak terekam, namun berkaitan dengan sejarah
pendirian/pembangunan suatu bangunan atau lingkungan. Penelitian ini
secara garis besar mempunyai dua tujuan;
 pertama meneliti nilai-nilai budaya yang signifikan pada benda
cagar budaya sehingga bisa ditemukan keistimewaan-keistimewaan
yang menjadi alasan kegiatan pelestarian.
 kedua meneliti kondisi benda cagar budaya, sehingga dapat
memberikan rekomendasi, bentuk/metoda pemugaran apa yang
paling tepat untuk diterapkan pada benda cagar budaya tersebut.
Analisa
Cagar budaya

Setelah diputuskan apakah suatu bangunan/lingkungan cukup berharga


untuk dinyatakan sebagai benda cagar budaya, maka kita harus
menyusun strategi tentang apa yang bisa dilakukan terhadap bangunan
tersebut, supaya bisa lebih berdaya guna bagi lingkungan. Penetuan
kebijakan/strategi penanganan benda cagar budaya perlu
mempertimbangkan beberapa aspek (Conservation Plan dalam Piagam
Burra, 1982), yaitu:

 Persyaratan eksternal/peraturan-peraturan,
 Persyaratan yang diperlukan untuk melindungi cagar budaya
 Kondisi fisik bangunan saat itu.
Analisa
Peraturan cagar budaya

Berdasar Pasal 4 ayat (1) Undang-Undang No 5 Tahun 1992 maka,”Semua


benda cagar budaya dikuasai oleh Negara.” Penguasaan yang dimaksud
mempunyai arti bahwa Negara pada tingkat tertinggi berhak
menyelenggarakan pengaturan segala perbuatan hukum berkenaan dengan
pelestarian bangunan cagar budaya. Pelestarian tersebut ditujukan untuk
kepentingan umum, yaitu pengaturan bangunan cagar budaya harus dapat
menunjang pembangunan nasional di bidang ilmu pengetahuan, pendidikan,
pariwisata, dan lain-lain. Jadi strategi pertama-tama yang harus dilakukan
oleh Pemerintah Daerah adalah melakukan pengaturan terhadap pemilikan,
pendaftaran, pengalihan, perlindungan, pemeliharaan, pemanfaatan,
pengelolaan, perizinan, dan pengawasan bangunan cagar budaya yg ada.
Analisa
Peraturan cagar budaya
Pasal 3 Peraturan Pemerintah Nomor 10 tahun 1993 menyatakan
bahwa,”Benda cagar budaya yang karena: a) nilainya sangat penting bagi
sejarah, ilmu pengetahuan, dan kebudayaan bangsa Indonesia; b)
sifatnya memberikan corak khas dan unik; c) jumlah dan jenisnya sangat
terbatas dan langka; dinyatakan menjadi milik Negara.” Dengan demikian
dapat ditafsirkan bahwa bangunan cagar budaya yang memiliki nilai
sejarah, ilmu pengetahuan, kebudayaan, berifat khas dan unik, langka
dinyatakan milik negara. Bangunan cagar budaya diluar yang memenuhi
semua kualifikasi tersebut diatas yang: a) mungkin diperoleh dari keluarga
secara turun temurun atau warisan; atau b) jumlah untuk setiap jenisnya
cukup banyak dan sebagian telah dimiliki oleh Negara dapat dimiliki atau
dikuasai oleh perorangan dengan tetap memperhatikan fungsi sosialnya.
Dapat diusulkan bahwa beberapa tolok ukur dapat ditambahkan seperti
nilai estetika, usia, landmark dan keaslian..
Analisa
Peraturan cagar budaya

Dalam piagam Burra Charter 1982, signifikansi budaya (cultural


significance) adalah suatu konsep untuk membantu dalam
mengidentifikasi sifat dan menilai/menaksir nilai yang membuat suatu
tempat atau objek berharga bagi kita dan masyarakat. Aspek-aspek
yang dianalisis antara lain berkaitan dengan nilai-nilai estetik, sejarah,
keilmuan, atau sosial untuk pemahaman kondisi masa lalu, serta diyakini
akan memberikan kontribusi nilai bagi masa kini dan masa depan
(bandingkan juga dengan Checklist of Criteria for Evaluation
berdasarkan American Society of Planning Advisory Service, 1969).
KRITERIA PEMBOBOTAN
NO KRITERIA TOLOK UKUR BOBOT

1 Nilai Sejarah Dikaitkan dengan peristiwa-peristiwa perjuangan, ketokohan dan politik 10


2 Nilai Pengetahuan Dikaitkan dengan keilmuan dibidang arsitektur dan sipil 10

3 Nilai Budaya Dikaitkan dengan nilai sosial dan budaya yang menjadi simbol nilai tingkat 10
nasional/ daerah,
4 Nilai Keunikan Dikaitkan dengan karakter yang unik dan menarik dibandingkan dengan 10
bangunan lainnya
5 Nilai Kelangkaan dikaitkan dengan keberadaannya sebagai satu-satunya atau yang terlengkap dari 10
jenisnya yang masih ada pada lingkungan lokal, nasional atau bahkan
dunia;
6 Nilai Landmark dikaitkan dengan keberadaan sebuah bangunan tunggal monumen atau bentang 8
alam yang dijadikan simbol dan wakil dari suatu lingkungan sehingga
merupakan tanda atau tengeran lingkungan tersebut ;
7 Nilai Keaslian dikaitkan dengan keutuhan baik sarana dan prasarana lingkungan maupun 8
struktur, material, tapak bangunan dan bangunan di dalamnya,
8 Nilai Estetika dikaitkan dengan estetika dan rancangan yang menggambarkan suatu zaman 6
dan gaya tertentu
9 Nilai Usia dikaitkan dengan batas usia sekurang kurangnya 50 (lima puluh) tahun, 6
PENENTUAN SCORING TIAP KRITERIA

NO KONDISI BANGUNAN SCORE

1 Baik Sekali 5
2 Baik 4
3 Sedang 3
4 Cukup 2
5 Kurang 1
GEREJA ST IGNATIUS MAGELANG

Pengelola  : Pastoran
Tahun berdiri : 1900
Sejarah singkat : Bermula dari sebuah rumah yang dibeli Romo F.Voogel pada tahun 1890
untuk tempat ibadah umat Katolik. Dipugar pada tahun 1900 dengan
arsitektur Romawi yang kemudian direnovasi lagi seiring nafas
pembaruan Vatikan sehingga berbentuk saat ini.
KANTOR BAKORLIN WIL II MAGELANG

Pengelola  : Kantor Badan Koordinasi Lintas Wilayah II


Tahun berdiri : 1810
Sejarah : Bangunan peninggalan Beland, tempat perundingan Pangeran Diponegoro
singkat  dengan Jend. De Kock. Saat ini difungsikan sebagai Gedung Badan
Koordinasi Lintas Kab/Kota Wilayah II.

Keunikan : Dilengkapi pendopo dan menghadap ke panorama Gunung Sindoro dan


Khas Sumbing.
KANTOR POLRESTA MAGELANG

Pengelola  : Kantor Polresta Magelang

Tahun berdiri : 1874

Sejarah : Gedung yang dibangun oleh Belanda pada tahun 1874 pada awalnya
singkat digunakan untuk Sekolah Pegawai Pangreh Praja dengan nama MOSVIA
(middelbare Opleiding School Voor Indlandshche Bestuur Ambtenarsh).
Saat ini digunakan untuk Kantor Mapolresta Kota Magelang.
KLENTENG TRI BHAKTI MAGELANG

Pengelola : Yayasan Tri Bhakti Magelang

Tahun berdiri : 1864 M

Sejarah : Gedung ini dibangun oleh Bhe Koen Wie, seorang Kapten Tionghoa yang
singkat kaya raya pada masa penindasan Belanda terhadap masyarakat Tionghoa,
sehingga banyak golongan Tionghoa melarikan diri dari Batavia menuju
daerah aman seperti Semarang dan Mataram.
MENARA AIR MINUM MAGELANG

Pengelola  : Perusda Air Minum Kota Magelang


Tahun berdiri : 1920
Keunikan : Bangunan masih asli (belum pernah diperbaiki). Tinggi bangunan 23 m dan
khas luas bangunan 526 m2 dapat menampung air sebanyak 1.750.000 liter air.
Sejarah : Dibangun pada masa pemerintahan Hindia Belanda. Arsiteknya bernama
singkat Thomas Kharsten. Bangunan bawah dari menara semula dibagi-bagi menjadi
13 ruangan melingkar berdiri dari kantor laboratorium dan pelayanan
pelanggan. Bekas kantor itu kini difungsikan sebagai gudang.
Sampai dengan saat ini masih berfungsi untuk mendistribusikan air minum
bagi warga Kota Magelang.
sMk wiyasa MAGELANG

Pengelola  : SMK (SMIP) Wiyasa Magelang


Tahun berdiri : 1913
Sejarah : Pada masa penjajahan Belanda (1913) berfungsi sebagai Hollansche School
singkat menjadi markas Kompetai di jaman Jepang. Saat ini digunakan oleh SMIP
Wiyasa. Gedung ini merupakan saksi sejarah gugurnya 5 orang pejuang
yang dengan berani mengibarkan bendera merah putih di puncak Tidar pada
25 Desember 1945. Kenangan kepahlawanan mereka diabadikan dalam
bentuk monumen di jalan Tidar
Kriteria Sejarah Penget. Budaya Keunikan Langka Landmark Keaslian Estetika Usia
Bangunan
1 Kantor Tempat
MENARA
Sebagai
AIR MINUM
Bangunan Integritas
MAGELANG
Secara - Tidak Pencerminan Hampir
Bakorlin perunding contoh nya bangunan arsitektur banyak arsitektur 200 th
Wilayah 2 an antara bangunan merupakan dengan al masih mengalami indies yang
Pangeran akulturasi Akulturasi lingkungan banyak perubahan cukup
Diponego budaya budaya sekitarnya bangunan berhasil
ro dengan Sebaga jawa yang mirip Pengaturan
De Kock contoh dengan landscap
arsitektur belanda yang tepat
tropis
2 Gereja - Ilmu tidak ada Langgam Satu- Posisi Sudah Nilai Lebih
Ignatius arstektur sumbanga arsitektur satunya sebagai mengalami estetikanya dari 100
kaitannya budaya keunikan terdapat landmark beberapa tidak terlalu th
dengan pada di Kota kurang kali tinggi
langgam tampak dan Magelang menonjol pemugaran
dan interior, menara
Ilmu Sipil lonceng
kaitannya
dengan
struktur
3 Kantor Bekas - - Kurang kurang Posisi yang Tidak Bangunan Lebih
Polwil Kedu markas strategis banyak tropis dari 50
RAPWI berpotensi berubah Arsitektur tahun
saat sebagai indies
Jepang penanda
ditaklukka
n sekutu
4 Menara Sistem Integrasi Awal Bentukn Di Sangat Belum Karena 88
Air pengelol laboratoiu dimulain ya yang bebera kuat pernah fungsinya, tahun
aan air m dengan ya melingk pa kota sebagai mengalami Nilai
secara tower Penggun ar dan lain landmark perubahan estetika
MENARA AIR MINUM MAGELANG
modern keterpadu aan sangat juga kawasan tidak terlalu
yang an fungsi sistem besar, ditemu pusat kota tinggi
pertama arsitektur air dari langsun kan,
di Dari sisi sumber g tapi
Magelag ilmu sipil langsung menarik tidak
. dapat denga perhatia sebesa
dipelajari sumber n orang r di
dari sisi yang yang Magela
konstruksi ditampun lewat ng
Sistem g, serta
pendistrib pengolah
usian air an air
dengan (sistem
grafitasi pengeloa
an)
5 Kantor Bekas Dpt Kurang Percam Kurang Kurang Belum Simetri 134 th
Polresta Sekolah imafaatka spsifik puran banyak bilateral
Magelang Pangreh n sbg arsitektu mengalami yang
Praja Contoh r peubahan sangat
MOSVIA arsitektur belanda kuat
(1874) indis dan
arsitektu
r local
yang
tropis
6 Klenteng Tempat Mempe Mulai Kurang, Kurang Karena Realtif Ekpresi dari 144
Tribakti pertahana lajari dikenalny karena letak dan masih arsitektur tahun
Liong n kebudaya a secara banyak bentuknya sama Cina pada
Hok Bo masyarak an cina publik dijumpai yang bentuk umumnya
at MENARA AIR MINUM MAGELANG
ajaran di berbeda, awal
Tionghoa kong Hu beberap berpotensi
dari Cu a tempat sebagai
penindasn (memberi di kota landmark
Belanda keragam lain
an
budaya
untuk
kota
Magelan
g
7 SMK Saksi Dari sisi Dari -Kurang Kurang Dari sisi Beberapa Ritme 95 th
Wiyasa sejarah arsitektura bentuk bentuknya bagian lengkung,
gugurnya l, bentuk arsitektur yang mengalam memberikan
5 orang ritme yang nya berbeda i keteraturan
pejuang diberikan merupak dengan perubaha yang cukup
pengibar merupaka an lingkungan n dan menarik.
merah n contoh perwujud sekitar, penambah
putih pada perpaduan an memungki an
puncak ars akulturas nkan
tidar 25 modern i Jawa berperan
des 1945 dan dan sebagai
klasisisme Belanda landmark
pENilaian signifikansi bangunan

Kriteria bobot Sejarh Penget Buday Unik Lanka Ladark Asli Estetia Usia Jml
(10) (10) (10) (10) (10) (8) (8) (6) (6) Score
Nilai Bang
Kantor Bakorlin 5x10=50 3x10=30 2x10=20 2x10=20 2x10=20 1x8=8 3x8=24 2x6=12 5x6=30 214

Gereja Ignatius 1x10=10 2x10=20 1x10=10 2x10=20 3x10=30 1x8=8 3x8=24 2x6=12 4x6=24 158

Kantor Polwil 2x10=20 1x10=20 1x10=10 1x10=10 1x10=10 3x8=24 3x8=24 2x6=12 4x6=24 154
Kedu
Menara Air 4x10=40 4x10=40 2x10=20 3x10=30 2x10=20 5x8=40 5x8=40 2x6=12 3x6=18 260

Kantor Polresta 3x10=30 2x10=20 1x10=10 2x10=10 1x10=20 1x8=8 3x8=24 2x6=12 4x6=24 158

Klenteng Tribakti 2x10=20 23x10=3 2x10=20 2x10=20 1x10=10 3x8=24 3x8=24 2x6=12 4x6=24 184
0
SMK Wiyasa 5x10=50 2x10=20 2x10=20 1x10=10 1x10=10 3x8=24 2x8=16 3x6=18 3x6=18 186
Golongan bang cagar budaya

Bangunan Cagar Budaya dibagi dalam 3 (tiga) golongan yaitu:


 Bangunan cagar budaya Golongan A dengan nilai skor diatas 200.
 Bangunan cagar budaya Golongan B dengan nilai skor 150 – 200
 Bangunan cagar budaya Golongan C, dengan nilai skor 100 -150
 Bangunan bersejarah dinilai signifikansinya mendapatkan skor di
bawah 100 maka bangunan bersejarah tersebut tidak masuk dalam
kategorisasi bangunan cagar budaya
bang cagar budaya gol a
Pemugaran bangunan cagar budaya Golongan A merupakan upaya
‘preservasi bangunan’ dengan ketentuan sebagai berikut:
a. bangunan dilarang dibongkar dan atau diubah ;
b. apabila kondisi fisik bangunan buruk, terbakar atau tidak layak
tegak dapat dilakukan pembongkaran untuk dibangun kembali sama
seperti semula sesuai dengan aslinya ;
c. pemeliharaan dan perawatan bangunan harus menggunakan
bahan yang sama sejenis atau memiliki karakter yang sama, dengan
mempertahankan detail ornamen bangunan yang telah ada.
d. dalam upaya revitalisasi dimungkinkan adanya penyesuaian
perubahan fungsi sesuai rencana kota yang berlaku tanpa
mengubah bentuk bangunan aslinya ;
e. di dalam persil atau lahan bangunan cagar budaya dimungkinkan
adanya bangunan tambahan yang menjadi suatu kesatuan yang
utuh dengan bangunan utama dengan syarat tidak merubah
karakter bangunan utama dan harus dibedakan antara bangunan
baru dan yang lama.
bang cagar budaya gol b

Pemugaran bangunan cagar budaya Gol B merupakan upaya ‘preservasi


bangunan’ dengan ketentuan sebagai berikut
a. bangunan dilarang dibongkar secara sengaja, dan apabila
kondisi fisik bangunan buruk, roboh, terbakar atau tidak layak
tegak dapat dilakukan pembongkaran untuk dibangun kembali
sama seperti semula sesuai dengan aslinya ;
b. pemeliharaan dan perawatan bangunan harus dilakukan tanpa
mengubah pola tampak depan, atap dan warna, serta dengan
mempertahankan detail dan ornamen bangunan yang penting ;
c. dalam upaya rehabilitasi dan revitalisasi dimungkinkan adanya
perubahan tata ruang dalam asalkan tidak mengubah struktur
utama bangunan aslinyadan diberi penanda.
bang cagar budaya gol c
Pemugaran bangunan cagar budaya Golongan C merupakan
‘rekonstruksi dan adaptasi bangunan’ dengan ketentuan sebagai berikut

a. perubahan bangunan dapat dilakukan dengan tetap


mempertahankan pola tampak muka, arsitektur utama dan bentuk
atap bangunan;
b. detail omamen dan bahan bangunan disesuaikan dengan
arsitektur bangunan disekitarnya dalam keserasian lingkungan ;
c. penambahan bangunan di dalam perpetakan atau persil hanya
dapat dilakukan di belakang bangunan cagar budaya yang harus
sesuai dengan arsitektur bangunan cagar budaya dalam
keserasian lingkungan ; .
d. fungsi bangunan dapat diubah sesuai dengan rencana kota.
Hak dan kewajiban pemilik
 Bangunan cagar budaya tidak boleh dijual atau dipindah-tangankan ke
orang lain, tetapi boleh diwariskan kepada ahli waris yang sah atau dijual
kepada negara.
 Pemilik Bangunan Cagar Budaya wajib mendaftarkan kepada instansi
Pemerintah secara tertulis dengan dilengkapi data mengenai
 Identitas pemilik,
 Riwayat kepemilikan,
 Jenis, jumlah, bentuk dan ukuran bangunan,
 Gambar situasi bangunan
 Pemilik wajib memberi perlindungan terhadap bangunan cagar budaya
terhadap:
 Kerusakan yang ditimbulkan oleh factor alam dan atau akibat ulah
manusia
 Beralihnya kepemilikan dan penguasaan oleh orang yang tidak
berhak
Hak dan kewajiban pemilik

 Perubahan yang berpengaruh terhadap keaslian dan nilai sejarah


 Pemilik wajib memelihara bangunan cagar budaya untuk mencegah:
 Kerusakan dan pelapukan akibat pengaruh alami dan hayati
 Pencemaran
 Pemilik bangunan cagar budaya wajib melapor ke pemerintah bila terjadi
perubahan dan atau melakukan pemugaran

 Pemilik berhak untuk memanfaatkan bangunan cagar budaya untuk


kepentingan agama, social, pariwisata, pendidikan, ilmu pengetahuan, dan
atau kebudayaan dengan teap memperhatikan fungsi social dan
kelestarian bangunan
 Pemilik berhak melakukan pemugaran dengan ijin tertulis dengan
memperhatikan keaslian bentuk, bahan, pengerjaan, dan tata letak, serta
nilai sejarahnya
Hak dan kewajiban pemerintah

Pemerintah berkewajiban untuk bertanggung jawab atas


pembinaan terhadap pengelolaan bangunan cagar budaya
terhadap pemilik maupun masyarakat yang dilakukan melalui:
 Bimbingan dan penyuluhan
 Pemberian bantuan tenaga ahli
 Peningkatan peran serta masyarakat
 Pemerintah berkewajiban untuk berkonsultasi dengan instansi
terkait dengan pelestarian bangunan cagar budaya dalam
memberikan ijin terhadap pemugaran bangunan cagar budaya
Hak dan kewajiban pemerintah

Pemerintah berhak membeli Bangunan Cagar Budaya


Bila kewajiban pemilik bangunan cagar budaya seperti tersebut dalam
point 1.1. tersebut tidak dilaksanakan pemerintah berhak memberikan
teguran, dan apabila dalam waktu 90 hari sejak dikeluarkan teguran
maka Pemerintah dapat mengambil alih:
 Kewajiban untuk melindungi dan memelihara dengan biaya yang
dibebankan pada pemilik
 Jika pemilik tidak mampu, maka pengelolaan dan pemanfaatan
bangunan diambil alih seluruhnya oleh pemerintah sebagai imbalan
atas perlindungan dan pemeliharaan; atau
 Pemerintah berhak mengambil alih hak kepemilikan bangunan
cagar budaya dengan imbalan sesuai dengan ketentuan yang
berlaku
 Pemerintah berhak memberikan teguran, sanksi,insentif dan
disinsentif sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
TERIMA KASIH

Save authenticity of heritage for a better life

PROGRAM PASCASARJANA STIEPARI SEMARANG

Anda mungkin juga menyukai