Anda di halaman 1dari 18

LEPTOSPIRA SP

(PATOGENESIS, VIRULENSI DAN DIAGNOSIS)


SITI KUSMARYENI
1806241444
EPIDEMIOLOGI
• Terbanyak: di daerah tropis
• Indonesia → negara dengan insidens leptospirosis tinggi, dan peringkat
ketiga mortalitas

Reservoar
• Utamanya tikus → menetap dalam epitel tubulus ginjal dan ikut mengalir
dalam filtrat urin.
Penularan
• Kondisi lingkungan air, temperatur hangat, hujan
Mikroorganisme mampu bertahan ber minggu – bulan dalam pH netral/alkalis, suhu 28-32 0 C
• Binatang liar / domestik : tikus
• Kontak dengan urine binatang reservoir
• Risk factor : pekerjaan, rekreasi, bencana alam
• Masuk tubuh melalui : kulit abrasi, mukosa utuh: konjungtiva mata, epitel genital, saluran
makanan.

Patogenesis
Leptospira masuk ke dalam tubuh melalui kulit atau selaput lendir → Masuk ke aliran darah,
menyebar secara luas ke jaringan tubuh → Respon imunologik → Leptospira bertahan dalam ginjal,
otak, dan mata
Penyebaran dan Faktor Penyebaran leptospira
Patogenesis Leptospirosis
Faktor Virulensi Leptospira
• Leptospirosis diduga dipengaruhi oleh beberapa faktor virulensi yang masih belum
diketahui dengan pasti.
• Faktor virulensi dari leptosprirosis diantaranya :
1. Produksi toksin
2. Attachment
3. Mekanisme immunologik
4. Protein permukaan
1. Produksi Toksin
• Aktivitas endotoksin dilaporkan pada beberapa serovar leptospira.
• Hemolisin diproduksi oleh serovar ballum, Harjo, Pomona, tarrasovi dan canicola, yang
mengakibatkan lisisnya eritrosit dan membrane sel lain yang mengandung fosfolipid.
• Serovar Pomona dan copenhageni memproduksi sitokin protein secara in vivo berhubungan
dengan infiltrasi sel polimorfonuklear dan sel makrofag.

2. Attachment
• Leptospira yang virulen secara in vitro akan menempel pada sel epitel ginjal dan proses
adhesi ditingkatkan oleh adanya aglutinasi antibody.
• Lipopolisakarida (LPS) leptospira memacu perlekatan netrofil pada sel endotel dan agregasi
trombosit, serta berperan dalam terjadinya trombositopenia.
3. Mekanisme Immunologik
• Teori aspek imunitas leptospira yang dirangsang oleh antigen serovar spesifik yang
diekstrasi dari LPS leptospira antigen serupa yang mampu menghambat aglutinasi oleh
antisera homolog serta ekstrasi sodium dodecyl sulfat yang terdapat pada seluruh dinding sel
leptospira yang juga mampu merangsang pembentukan antibody yang mana antibody yang
terbentuk juga befek aglutinasi dan mengikat komplement
• Komplek imun yang diprosuksi menyebabkan inflamasi setempat termasuk di sistem saraf
pusat.
• Antibodi leptospira yang diproduksi menimbulkan reaksi silang (cross reaction) dengan
jaringan setempat, seperti pada mata, sehingga menimbulkan uveitis.
.
4. Protein Permukaan
• Leptospira yang virulen mampu merangsang munculnya apoptosis.
• Apoptosis yang terjadi muncul akibat induksi TNF-α oleh LPS leptospira.
Gejala Klinik
• Fase akut atau disebut pula sebagai fase septik dimulai setelah masa inkubasi yang berkisar
antara 2–20 hari.
• Timbulnya lesi jaringan akibat invasi langsung leptospira dan toksin yang secara teoritis
belum dapat dijelaskan, menandakan fase akut.
• Secara garis besar manifestasi klinis dapat dibagi menjadi leptospirosis an-ikterik dan ikterik.

Leptospira an-ikterik Leptospira ikterik


• Fase septik: demam, nyeri kepala,
myalgia, nyeri perut, dan mual. • Fase septik: sama dengan fase an ikterik.
• Fase imun: demam yang tidak tinggi, • Fase imun: manifestasi yang mencolok
nyeri kepala hebat meningitis aseptic, ditandai dengan disfungsi hepatorenal
kelainan paru, ruam kulit. disertai diastasis hemoragik
Pengobatan
Diagnosis Leptospira
Diagnosa leptospira secara garis besar dapat dilakukan melalu 4 cara yaitu :

Bakteriologis Mikroskopis Immunologis Biologi Molekuler

Metode microscopic
agglutination test
• Cara isolasi dan Cara direct microscopy,
(MAT), ELISA, indirect
inokulasi hewan uji. immunohistochemical
hemagglutinations tes
• Hasil isolasi dapat staining, Polimerase Chain
(IH), leptodipstick,
menjadi bukti immunofluorescence, Reaction (PCR)
lepto lateral flow, dan
terjadinya infeksi dan silver impregration
lepto dri dot.
pada pasien. technique.
Gold standar : metode
MAT
Diagnosis Leptospira
Pemeriksaan Bakteriologis Pemeriksaan Molekuler

• Isolasi kuman Leptospira dapat diperoleh • Target DNA sequence amplification (PCR and
secara langsung dari darah, urin, jaringan real-time PCR) dan in-situ hybrisization (ISH)
tubuh, atau kultur. merupakan metode-metode yang digunakan
• Hasil pemeriksaan kultur dapat digunakan untuk diagnosis leptospirosis secara molekuler
sebagai diagnosis pasti tetapi tidak dianjurkan biologis.
sebagai gold standard karena sensitifitasnya • Teknik PCR dan real-time PCR lebih banyak
sangat rendah (20%) dan hasilnya baru dapat diminati karena dianggap praktis dan
diketahui dalam beberapa minggu atau bulan. memerikan hasl yang cukup akurat.
• Pada pemeriksaan kultur dengan sistem • Deteksi Leptospira dapat dilakukan pada gen-
BACTEC 400, Leptospira dapat dideteksi gen yang stabil seperti secY dan lipL32.
dalam darah manusia setelah 3-5 hari inkubasi. • in-situ hybrisization termasuk teksik
pewarnaan yang dapat dilakaukan
menggunakan probe DNA.
Diagnosis Leptospira
Pemeriksaan Mikroskopis

• Secara mikroskopis pengamatan leptospira


dapat dilakukan dengan menggunakan dark
ground microscope, namun umumnya
konsentrasi leptospira dalam darah rendah.
• Pewarnaan immunohistochemical dapat
dilakukan antara antigen jaringan, antibody
primer dan sekunderserta enzim.
• Teknik immunofluoresensi dapat dilakukan
pada preparat segar atau yang telah difiksasi.
Diagnosis Leptospira
Pemeriksaan Serologis

• Pemeriksaan MAT merupakan tes referensi utama,


• Tes serologis untuk mengkonfirmasi infeksi mempunyai sensitifitas tinggi, dan digunakan
Leptospirosis yaitu Microscopic agglutination sebagai gold standar dalam mengevaluasi tes
test (MAT). diagnostik leptospirosis yang baru.
• Tes ini mengukur kemampuan serum • Tes MAT mendeteksi antibodi pada tingkat serovar
darah pasien untuk mengagglutinasi sehingga dapat digunakan untuk mengindentifikasi
bakteri Leptospira yang hidup. starin leptospira pada manusia atau hewan,
• Namun, MAT tidak dapat digunakan secara sehingga memerlukan sejumlah strain (battery of
spesifik pada kasus yang akut, yakni kasus strains) Leptospira, termasuk stock culture,
yang terjadi secara cepat dengan gejala klinis disamping sepasang sera dari pasien dalam periode
yang parah. sakit akut dan 5-7 hari sesudahnya.
Bahan Pemeriksaan
• Bahan pemeriksaan untuk pasien suspek leptospirosis harus diperhatikan tidak hanya dari
jenis pemeriksaan yang akan dilakukan, namun juga mempertimbangkan fase infeksi dari
leptospirosis.
• Untuk kultur, urin langsung diinokulasikan pada media dalam kurun 1 jam dari pengambilan
specimen.
• Untuk darah dapat langsung diinokulasikan pada media kultur dan perlu dijaga dari panas
dan dingin berlebih (pada suhu ruang).
• Spesimen untuk kultur dapat diulang (multiple specimens) dengan jarak setidaknya satu hari
untuk meningkatkan kemungkinan terisolasinya Leptospira.
Daftar Acuan
• Suman Veerappa Budihal and Khalid Perwez. Leptospirosis Diagnosis: Competancy of Various Laboratory
Tests. J Clin Diagn Res. 2014 Jan; 8(1): 199–202. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3939550/.
• Evangelista, K. V., & Coburn, J. 2010. Leptospira as an emerging pathogen: a review of its biology,
pathogenesis and host immune responses. Future Microbiology, 5(9), 1413–1425.
http://doi.org/10.2217/fmb.10.102.
• Garcia SL, Isenberg HD. 2007. Clinical Microbiology Procedures Handbook 2nd ed. Washington : ASM
Press. (1)3.14.1-3.14.
• Jawetz E, Melnick JL, Adelberg EA, Medical Microbiology, 25 th ed, Mc Graw Hill, New York, 2010.
• Setadi B, Setiawan A, Effendi D. Leptospirosis. Sari pediatri. 2013;15:
163-7 .
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai