Anda di halaman 1dari 58

SIRKUMSISI

Oleh :
Akhada Maulana
DEFINISI
 Sirkumsisi (Latin): circum (melingkar) dan
caedere (memotong)
 Suatu tindakan membuang preputium
penis sehingga glans penis terbuka
 Merupakan tindakan bedah minor yang
paling banyak dilakukan di seluruh dunia,
baik oleh dokter, paramedis ataupun oleh
dukun
SEJARAH
 Sirkumsisi diyakini telah dilakukan sejak zaman
Mesir Kuno Dinasti VI (2345-2181 SM)
 Sejak saat itu sirkumsisi menjadi hal yang sering
dilakukan pada komunitas Arab dan Yahudi,
sejak jaman Nabi Ibrahim A.S.
 Alexander Agung: sirkumsisi dilarang dilakukan.
 Islam: wajib dikerjakan.
 Columbus: penemuan warga suku Indian
Amerika yang disirkumsisi, yang merupakan
pengaruh penjelajah-penjelajah Andalusia
(Spanyol Islam) yang sudah datang di Amerika
jauh sebelum Columbus tiba.
Sirkumsisi Mesir
Kuno……..
Gambar 1. Piramida Khonspekhrod yang melukiskan Amenhotep III
disirkumsisi dalam posisi berdiri (1360 SM)
SEJARAH

“Saya mendengar Rasulullah saw bersabda: Fitrah itu ada lima:


khitan, mencukur bulu di sekitar kemaluan, memotong kumis,
memotong kuku, dan mencabut bulu ketiak.” (HR. Bukhori-
Muslim)

“Nabi Ibrahim berkhitan dalam usia 80 tahun dengan memakai


beliung/kapak.” (HR. Bukhori-Muslim)
ANATOMI
ANATOMI
ANATOMI
ANATOMI
Preputium
 Jaringan sensitif
 12-15 inch2
 10,000-20,000
akhiran saraf
 Specialized structures
 Frenulum
 Frenular delta
 Ridged band (frenar
band)
 Dartos muscle
INDIKASI
1. Phimosis
2. Paraphimosis
3. Balanopostitis rekuren
4. Infeksi berulang pada meatus
5. Menjaga kebersihan
6. Mencegah keganasan
7. Agama dan kultural
KONTRAINDIKASI
1. Hypospadia
2. Chordee
3. Burried penis
4. Penoscrotal fusion
5. Micropenis
6. Gangguan pembekuan darah
1. Hypospadia
 Kelainan kongenital di mana
OUE terletak lebih proksimal di
bagian ventral penis.
 Biasa disertai chordee
(kurvatura) ke ventral (mudah
terlihat saat ereksi).
 Penanganan kasus ini meliputi
koreksi chordee (kordektomi)
dan atau pembuatan uretra
(uretroplasti).
 Pada uretroplasti diperlukan
preputium sebagai flap untuk
menutup luka operasi atau
sebagai donor untuk
uretroplasti.
2. Chordee tanpa hipospadia
 Chordee: kurvatura
(kelengkungan) penis
yang disebabkan oleh
jaringan fascia pada
penis yang tidak elastis.
 Dapat ke ventral (paling
sering), lateral (lebih
sering ke lateral kiri)
dan dorsal (paling
jarang).
3. Burried penis
 Chordee: kurvatura
(kelengkungan) penis
yang disebabkan oleh
jaringan fascia pada
penis yang tidak elastis.
 Dapat ke ventral (paling
sering), lateral (lebih
sering ke lateral kiri)
dan dorsal (paling
jarang).
4. Webbed penis
 Webbed penis
adalah kondisi di
mana kulit scrotum
melebar sampai ke
bagian ventral
penis.
5. Epispadia
 Adalah suatu
kelainan di mana
ostium uretra
eksternum terletak
pada bagian dorsal
penis.
6. Mikropenis
 Adalah penis yang
bentuknya normal tapi
ukurannya kurang dari
2,5 standar deviasi di
bawah ukuran rata-rata.
 Pada umumnya
skrotum juga berukuran
kecil dan sering disertai
atrofi testis atau
cryptorchidismus.
Manfaat Sirkumsisi
 Mencegah ISK (tidak disirkumsisi memiliki resiko ISK 20
kali dibandingkan mereka yang disirkumsisi)
 Mencegah HIV (tidak disirkumsisi 4 kali lebih mudah
terkena infeksi HIV dibandingkan pria yang disirkumsisi)
 reduksi resiko terinfeksi HIV sebesar 71% pada laki-laki dengan
resiko tinggi.
 Menurunkan resiko kanker penis.

USAID/AIDSMark. Male Circumcision: Current Epidemiological and Field Evidence; Program and Policy Implicationfor HIV Prevention and
Reproductive Health. Conference Report. Washington, DC: USAID, May 2003.
Schema of Uncircumcised Penis Flaccid
(A) and Erect with Foreskin Retracted (B)
A

McCoombe & Short, AIDS 2006 20:1491-1495


PRINSIP DASAR SIRKUMSISI

1. Asepsis
2. Pengangkatan kulit preputium yang
adekuat
3. Hemostasis yang baik
4. Kosmetik
Alat minimal yang harus
disediakan:
 Klem disinfektan (1 buah)
 Kain penutup berlubang steril (1 buah)
 Klem lurus (3 buah)
 Klem mosquito (1 buah)
 Gunting diseksi tajam-tumpul (1 buah)
 Needle holder (1 buah)
 Jarum (1 buah)
 Pinset anatomis (1 buah)
 Knife holder (1 buah)
 Kom kecil (1 buah)
 Tempat tidur
 Lampu operasi
 Nier bekken (1 buah)
Bahan yang minimal harus
disediakan:

 Sarung tangan steril (2 buah)


 Kasa steril
 Povidone iodine 10%
 Spuit (disposable syring) 3 cc ( 1 buah)
 Lidocain HCl 2% (2 ampul @ 2 ml)
 Benang (plain catgut 3/0)
 Tulle
 Surgical dressing strip (1 buah)
Teknik sirkumsisi
1. Tindakan aseptik
2. Anestesi
3. Pembebasan perlengketan preputium
dengan glans penis
4. Pembersihan smegma
5. Insisi
6. Hemostasis
7. Penjahitan (hecting)
8. Pembalutan.
1. Tindakan aseptik
 Asepsis: keadaan bebas dari
mikroorganisme patogen, yang
dapat dicapai dengan usaha yang
disebut teknik asepsis
 Alkohol 70% atau povidon iodine
10% (Betadine)
 Usapkan kasa steril + povidon iodin
10% ke seluruh permukaan penis
(mulai dari ujung distal penis),
diteruskan ke proksimal penis,
skrotum, suprapubik, sebagian
inguinal dan bagian medial paha
dengan gerakan sentrifugal (dari
dalam ke luar).
 Tutup dengan kain steril berlubang.
2. Anestesi lokal

Dua teknik anestesi yang sering


dilakukan:
1. Teknik Blok
2. Teknik Infiltrasi
2. a. Teknik blok
Teknik Blok
 Identifikasi pangkal penis dan simfisis pubis.
 Suntikkan jarum tegak lurus di atas pangkal
penis, di bawah simfisis pubis sampai
menembus fascia Buck, ditandai dengan: (a)
sensasi seperti menembus kertas; (b) Jika
jarum sedikit ditarik ke atas, batang penis ikut
terangkat; dan (c) Bila obat anestesi
disuntikkan tidak terjadi pembengkakan.
 Aspirasi, jika tidak ada darah masukkan obat
anestesi sekitar 1 cc.
 Jarum sedikit ditarik, dan dimiringkan sekitar
30o ke arah lateral dekstra penis. Jarum
ditusukkan lagi dan dilakukan aspirasi
kembali, masukkan obat anestesi sekitar 1-2
cc.
 Lakukan prosedur serupa ke arah sinistra
2. b. Teknik infiltrasi
 Infiltrasi dilakukan dengan menyuntikkan
obat anestesi di sekitar atau di proksimal
daerah insisi, dengan maksud untuk
memblok impuls dari saraf-saraf yang
menginervasi daerah sekitar incisi.
 Teknik infiltrasi adalah sebagai berikut:
 Tarik dan regangkan batang penis
 Identifikasi gambaran pembuluh darah
superfisial (hindari saat infiltrasi agar tidak
terjadi hematom)
 Suntikkan jarum pada 1/3-2/3 proksimal
penis di arah jam 11, 1, 5, 7 dan frenulum
secara subkutis, aspirasi, bila tidak ada
darah, masukkan obat sekitar 0,5 cc
sambil mencabut jarum perlahan-lahan.
 Masase untuk mempercepat penyebaran
obat anestesi
 Uji sensitivitas dengan menjepit kulit
preputium sambil memperhatikan respons
anak.
 Keuntungan teknik infiltrasi adalah: (1)
Keberhasilan cukup tinggi, (2) Cukup
mudah untuk pemula.
 Kerugian teknik infiltrasi adalah: (1)
Penyuntikan dilakukan berulang kali (2)
Waktu lebih lama; (3) Resiko terjadinya
hematom lebih besar; (4) Apabila obat
anestesi disuntikkan terlalu banyak akan
menimbulkan pembengkakan
3. Pembebasan perlengketan
preputium dengan glans penis
 Perlengketan antara preputium dengan glans
sering dijumpai, terutama di corona glandis.
 Disebabkan oleh smegma atau hygiene yang
kurang baik.
 Akibat penumpukan smegma di dalam
perlengketan tersebut, smegma akan
mengeras dan kadang sulit untuk dibersihkan.
 Sebelum melakukan pembersihan smegma
maka perlengketan tersebut harus dibebaskan
Teknik kasa
 dilakukan dengan bantuan
kasa steril yang telah
dibasahi dengan povidon
iodin.
 dengan tangan kiri dilakukan
retraksi preputium sampai
terlihat daerah perlengketan
 Dengan tangan kanan yang
memegang kasa steril
dilakukan pembebasan
dengan cara menekan
preputium yang menempel
glans penis ke arah
proksimal dan menekan
glans penis ke arah distal.
Teknik Klem
 dilakukan dengan klem
bengkok.
 preputium diretraksi
sehingga tampak adhesi
 klem didorong sambil
dibuka dan ditekan ke arah
perlengketan.
 dilakukan sampai sulcus
coronarius dapat terlihat
secara keseluruhan.
 keuntungan: adhesi dapat
dilepaskan dengan cepat
 Kerugian: trauma pada
daerah glans penis dan
mukosa.
4. Pembersihan smegma
 Smegma: sekret dari kelenjar yang dapat
mengeras, berupa butiran-butiran putih seperti
kapur yang berkumpul di antara mukosa dan
glans penis.
 Banyak ditemukan terutama di sulcus
coronarius glandis.
 Hampir semua kasus phimosis selalu
ditemukan timbunan smegma.
 dilakukan dengan menggunakan kasa dibasahi
dengan povidon iodin 10%.
5. Insisi
 Insisi dilakukan setelah penis telah siap (sudah dilakukan
prosedur antisepsis, anestesi, pembebasan perlengketan dan
telah dibersihkan).
 Tandai batas preputium yang akan dipotong, + 2-4 mm proksimal
sulcus coronarius dengan jepitan pinset atau klem. Penandaan ini
dilakukan di arah jam 12 dan sekaligus menguji anestesi.
 Perlu diingat untuk menghindari insisi yang terlalu ke proksimal,
yang dapat berakibat penis akan terasa nyeri pada saat ereksi
pasca sirkumsisi.
 Terdapat beberapa teknik insisi, namun yang sering dilakukan
adalah: (1) Teknik Dorsal-slit;
(2) Teknik Klasik (Guillotine);
(3) Teknik diseksi preputium atau sleeve; dan
(4) Teknik klem Gomco atau Plastibel.
Teknik Dorsal-slit
1. Tandai batas insisi, pada sulcus coronarius,
dengan menjepit kulit dengan pinset.
2. Pasang klem pada preputium, di daerah jam
11, 1, dan 6, dan tarik klem ke distal.
3. Masukkan bagian tumpul gunting ke dalam
preputium dengan ujung mengarah ke atah
(menjauhi glans penis) dengan hati-hati agar
tidak mencederai glans penis
4. Gunting memanjang dari ujung distal
preputium ke arah proksimal di jam 12 sampai
tanda batas insisi (mukosa harus ikut
tergunting)
5. Buat jahitan figure of eight di arah jam 6 pada
frenulum preputii
6. Preputium digunting ke dekstra dan sinistra
secara melingkar sesuai sulcus coronarius
7. Gunting dan rapikan kelebihan kulit dan
mukosa.
8. Untuk menghindarai cedera pada glans penis
saat insisi dorsum penis, dapat dipakai pinset
anatomis sebagai landasan masuknya
gunting.
Teknik Dorsal-slit
 Keuntungan teknik ini adalah:
1. Resiko trauma glans penis lebih kecil.
2. Mudah dilakukan insisi sesuai batas.
3. Mudah mengatur panjang pendek pemotongan
mukosa.
4. Cocok untuk phimosis.
5. Baik untuk pemula.
 Kerugian teknik ini adalah:
1. Lebih lama.
2. Perdarahan lebih banyak.
3. Sering tidak simetris, terutama apabila tidak dibuat
jahitan kendali.
Teknik Dorsal-slit
Teknik Klasik (Guillotine)
 Disebut teknik klasik karena paling lama
digunakan dan paling sering digunakan.
1. Tandai batas insisi.
2. Pasang klem di preputium pada jam 12 dan
jam 6, tarik ke distal sampai teregang.
3. Dorong glans penis seproksimal mungkin dan
fiksasi glans dengan tangan kiri.
4. Jepitkan klem bengkok pada batas insisi yang
telah dibuat dengan arah melintang miring
(sekitar 40o, sesuai arah sulcus coronarius) di
antara jam 12 dan jam 6 (di arah jam 6 lebih
distal).
5. Yakinkan bahwa glans tidak terjepit dengan
cara mengurutnya ke proksimal dan coba
digoyangkan (glans yang dapat digoyang
berarti tidak terjepit).
6. Insisi dengan bisturi di proksimal atau distal
klem.
7. Lepaskan klem dan munculkan kembali glans.
8. Rapikan sayatan dengan gunting, terutama
jika sisa mukosa masih panjang.
Teknik Klasik (Guillotine)
Keuntungan teknik ini adalah:
1. Lebih cepat.
2. Lebih rapi
3. Perdarahan sedikit berkurang karena tekanan klem (jika insisi di
distal klem)

Kerugian teknik ini adalah:


1. Resiko trauma glans penis lebih besar, terutama bila insisi di proksimal
klem
2. Mukosa sering masih terlalu panjang sehingga perlu dipotong ulang.
3. Bisa terjadi nekrosis bila insisi dilakukan di distal klem.
4. Sering tidak simetris, apabila jepitan klem tidak melintang tepat di jam
12 dan jam 6
Teknik Klasik (Guillotine)
Teknik diseksi
preputium/Sleeve
1. Gambar/tandai garis insisi secara
melingkar terhadap batang penis (sekitar
3 mm proksimal dari sulcus) dengan
garis pada frenulum lebih ke distal.
2. Dilakukan retraksi preputium.
3. Insisi mukosa permukaan dalam
preputium 3 mm proksimal dari sulcus
coronarius.
4. Balikkan preputium ke posisi anatomis.
5. Insisi kulit sesuai gambar
6. Kedua insisi dihubungkan dengan insisi
longitudinal
7. Dilanjutkan diseksi untuk memisahkan
kulit preputium dengan jaringan
subkutis.
8. Kerugian teknik ini adalah sangat
besarnya resiko trauma glans penis,
sehingga tidak dianjurkan apabila pasien
tidak kooperatif.
Teknik klem (Gomco)
6. Hemostasis
 Penekanan
 Klem
 Ligasi
 Kauterisasi
7. Penjahitan (hecting)
1. Jahitan satu-satu (simple interrupted
suture)
2. Jahit jelujur (continuous suture)
3. Jahitan matras
4. Jahitan angka 8 (figure of eight)
8. Pembalutan
 Bertujuan melindungi daerah operasi dari kotoran
untuk mencegah infeksi (luka sirkumsisi sering
terkena air saat buang air kecil yang
menyebabkan infeksi dan luka menjadi sulit
kering).

Balutan yang digunakan terdiri dari 3 lapis, yaitu:


1. Lapisan antibiotik atau antiseptik
Lapisan ini dapat menggunakan salep antibiotik (gentamisin
0,1%, tetrasiklin, atau kloramfenikol), atau salep antiseptik
(salep betadine®). Selain itu sering pula dipakai tulle
(sofratulle®, daryantulle®) yang dibalutkan melingkari luka
insisi.
2. Lapisan kasa steril
3. Plester
8. Pembalutan
Perawatan Pasca
Sirkumsisi
 Luka operasi sebaiknya tetap kering minimal 3 hari untuk
mempercepat penyembuhan dan menghindari
kontaminasi kuman.
 Kesulitan yang sering dialami adalah tersiramnya luka
setelah buang air kecil.
 Balutan luka dianjurkan sudah dilepas pada hari kedua
dan dilanjutkan dengan perawatan terbuka dengan salep
antibiotik (misalnya salep kloramfenicol) 3 – 4 kali sehari.
 Sebaiknya anak diberi antibiotik dan analgetik selama 3-5
hari pasca sirkumsisi.
 Penyembuhan komplet biasanya dicapai setelah 4-6
minggu.
 Pada pria dewasa, hubungan seksual sebaiknya dihindari
sampai benang sudah diresorbsi.
KOMPLIKASI
 Sirkumsisi yang dilakukan dengan benar dan perawatan
hemostasis yang cermat, hampir tidak pernah
menimbulkan penyulit.
 Secara umum, angka kejadian komplikasi sirkumsisi
berkisar antara 0,2% sampai 0,3% yang terdiri atas:
(1) perdarahan,
(2) infeksi,
(3) pengangkatan kulit penis tidak adekuat,
(4) amputasi glans penis,
(5) fistula uretrokutan,
(6) stenosis meatal,
(7) adhesi penis, dan
(8) nekrosis penis.
KOMPLIKASI

 Perdarahan terutama pada arteri frenulum yang berada di


ventral penis.
 Sterilitas yang tidak baik dan hygiene pasca sirkumsisi yang
tidak terjaga menyebabkan infeksi luka operasi.
 Terjadinya nekrosis penis disebabkan iskemia yang karena
infeksi, pemakaian campuran anestesi lokal dengan
konsentrasi adrenalin terlalu tinggi, dan pembalut (verban)
yang terlalu ketat.
 Di Turki dilaporkan oleh Odzemir (1997) bahwa penyulit
akibat sirkumsisi 5% disebabkan oleh dokter, 10% oleh
tenaga kesehatan selain dokter, dan 85% dikerjakan oleh
tukang sunat tradisional.
KOMPLIKASI
 Perdarahan pasca sirkumsisi biasanya akibat oozing dari daerah
frenulum atau jarang dapat berasal dari arteri atau vena besar pada
corpus penis.
 Perdarahan biasanya dapat dikontrol dengan penekanan, ligasi
maupun kauterisasi.
 Infeksi luka operasi jarang terjadi dan biasanya dapat dicegah
dengan pemberian salep antibiotik pada luka sirkumsisi.
 Komplikasi lain yang mungkin terjadi adalah vasokonstriksi penis
berat akibat injeksi lidokain yang mengandung epinefrin.
 Terapi akibat vasokonstriksi ini biasanya diberikan dengan infiltrasi
lokal fentolamin 0,4 mg, atau insersi kateter kaudal untuk
menginduksi blok simpatetik.
KOMPLIKASI
 Komplikasi yang berhubungan dengan penyembuhan luka biasanya
dapat diatasi apabila dijumpai pada 2-3 minggu setelah sirkumsisi.
 Adhesi penis setelah sirkumsisi cukup sering terjadi dan dilaporkan
pada 71% bayi yang disirkumsisi, 30% pada usia 1-5 tahun, dan 2%
pada mereka yang berusia lebih dari 9 tahun.
 Cedera glans parsial dilaporkan terjadi pada penggunaan klem
Mogen; di mana pada kasus ini, jaringan yang dieksisi harus
dipertahankan dan segera dijahitkan kembali.
 Revisi mikroskopik mungkin diperlukan, dan apabila revisi
dikerjakan kurang dari 8 jam setelah trauma, biasanya
penyembuhannya cukup baik.
KOMPLIKASI: Burried penis
KOMPLIKASI: Fistel uretrokutan
KOMPLIKASI: Amputasi penis

British Journal of Plastic Surgery (1999), 52, 308–310


CONTOH HASIL
Thank you for your kind
attention

Anda mungkin juga menyukai