Anda di halaman 1dari 18

Pencatatan

pajak
keluaran dan
masukan
Pencatatan pajak keluaran

– Pajak keluaran adalah PPN yang terkait dengan transaksi penjualan/penyerahan


Barang kena Pajak/Jasa kena Pajak. Perlakuan Akuntansi Pajak keluaran harus
dicatat dalam rekening PPN Keluaran atau PPN terutang
1. Penjualan Biasa
a. Pada tanggal 1 Februari 2009 PT. Baskara jaya menjual Rp. 30.000.000. PPN 10%
Jurnal bagi PT. Baskara Jaya:
Piutang dagang Rp. 33.000.000
PPN keluaran Rp. 3.000.000
Penjualan Rp. 30.000.000
b. Pada tanggal 3 Februari 2009 terjadi retur penjualan senilai Rp. 300.000
Jurnal bagi PT. Baskara Jaya:
Retur penjualan Rp. 300.000
PPN Keluaran Rp. 30.000
Piutang dagang Rp. 330.000
Pada tanggal 11 Februari 2009 terjadi pelunasan transaksi tanggal 1 Februari 2009 Jurnal
bagi PT. Baskara Jaya:
Kas/bank Rp. 32.670.000
Piutang dagang Rp. 32.670.000
2. Penjualan dengan Uang Muka
Contoh:
PT. Baskara jaya menjual barang kepada PT. Bangun Sanjoyo senilai Rp. 50.000.000, barang tersebut akan diterima dua bulan
kemudian. Uang Muka yang diterima PT. Baskara Jaya Rp. 10.000.000 dan sisanya saat barang diterima.
Jurnal bagi PT. Baskara Jaya:
Kas Rp. 11.000.000
PPN keluaran Rp. 1.000.000
Uang Muka Penjualan Rp. 10.000.000
Jurnal Saat Pelunasan diterima:
Kas Rp. 44.000.000
Uang muka Penjualan Rp. 10.000.000
PPN Keluaran Rp. 4.000.000
Penjualan Rp. 50.000.000
3. Penjualan Cicilan. PPN terutang saat Penjualan Cicilan terjadi.
Contoh:
Tanggal 1 Maret 2009 PT. Baskara Jaya menjual Barang Dagangan seharga Rp. 20.000.000, PPN 10%
periode cicilan 5 bulan.
Jurnal bagi PT. Baskara Jaya:
Piutang Penjualan Cicilan Rp. 22.000.000
Penjualan cicilan Rp. 20.000.000
PPN Keluaran Rp. 2.000.000
Keterangan:
PPN Keluaran Rp. 2.000.000 terutang untuk masa Maret 2009 dan saat diterima cicilan PPN sudah tidak
terutang.
4. Pemakaian Sendiri/Pemberian Cuma-cuma
Pemakaian sendiri dan pemberian cuma-cuma terutang PPN. PPN dihitung dari harga pokok
barang. Contoh:
Tanggal 30 Maret 2009 PT. Baskara Jaya memakai sendiri produksinya untuk diberikan
kepada relasi usahanya sebesar Rp. 500.000, PPN 10%
Jurnal bagi PT. Baskara Jaya :
Beban pemasaran Rp. 550.000
Keluaran Rp. 50.000
Persediaan barang Rp. 500.000
5. Kegiatan Membangun Sendiri
Kriteria membangun sendiri yang terutang PPN adalah:
- Untuk tempat tinggal/tempat usaha
- Bersifat permanent
- Luas bangunannya di atas 400 m2 (tidak termasuk nilai tambah)
Contoh:
Dalam tahun 2009 PT. Baskara membangun gedung seluas 800m2 dengan taksiran biaya Rp. 200.000.000 (tidak termasuk nilai tambah) dan
dalam bulan Januari 2009 telah dikeluarkan biaya Rp. 80.000.000 Maka PPN terutang untuk masa Januari 2009 = 10% x 40% X 80.000.000 =
Rp. 3.200.000
Jurnal bulan Januari:
Bangunan dalam pelaks. Rp. 83.200.000
PPN Keluaran Rp. 3.200.000
Kas Rp. 80.000.000
(PPN terutang setiap masa/bulan sesuai dengan biaya yang dikeluarkan tiap bulan dan harus disetor akhir bulan berikutnya sebelum SPT
Masa PPN dilaporkan).
Perlakuan PPN saat Akhir Masa/Akhir Bulan
Saat akhir masa pajak/akhir bulan harus dihitung berapa PPN keluaran/PPN terutang dan PPN masukan dalam masa yang bersangkutan. Selisih PPN keluaran
dengan PPN masukan tersebut adalah PPN kurang bayar atau PPN lebih bayar. Bila terjadi kurang bayar, maka harus dibayar paling lambat akhir bulan
berikutnya sebelum spt masa ppn dilaporkan dan bila lebih bayar bisa dikompensasi ke masa berikutnya atau di restitusi.
Contoh:
Selama masa pajak Januari 2009 PT. Baskara Jaya melakukan transaksi sbb:
Tgl. 10 Januari membeli barang dagangan seharga Rp. 50.000.000 PPN 10% secara tunai.
Tgl. 25 Januari menjual barang dagangan seharga Rp. 75.000.000 PPN 10% secara tunai.
Jurnal bagi PT. Baskara Jaya dan perlakuan PPN akhir masa Januari 2001 sbb:
1. Saat membeli (tgl 10 Januari 2009) :
Pembelian Rp. 50.000.000
PPN masukan Rp. 5.000.000 >> Menerima faktur pajak dr penjual <<
Kas Rp. 55.000.000
2. Saat menjual (tgl. 25 Januari 2009) :
Kas Rp. 82.500.000
PPN Keluaran Rp. 7.500.000>>Membuat fak.pajak>>
Penjualan Rp. 75.000.000
3. Pada saat akhir masa pajak Januari 2009 :
PPN Keluaran Rp. 7.500.000
PPN Masukan Rp. 5.000.000
PPN kurang bayar Rp. 2.500.000
Keterangan :
PPN kurang bayar tersebut harus dilunasi paling lambat akhir bulan berikutnya sebelum spt masa ppn
dilaporkan. Jurnalnya adalah sbb : PPN kurang bayar Rp. 2.500.000 Kas/bank Rp. 2.500.000
Catatan:
– Saat terutang PPN = saat terjasi transaksi baik tunai maupun kredit.
– Batas waktu penyetoran PPN = akhir bulan berikutnya sebelum spt masa PPN dilaporkan.
– Batas waktu pelaporan PPN = akhir bulan berikutnya.
– Bila dalam harga sudah termasuk (include) PPN, maka PPN dihitung = 10/110 x harga.
Pencatatan pajak masukan

– Pajak masukan adalah PPN yang terkait dengan transaksi pembelian/pemanfaatan BKP/JKP. Perlakuan Akuntansi Pajak Masukan dibedakan
menjadi:
A. Pajak Masukan yang Dapat Dikreditkan
Adalah Pajak Masukan atas pembelian/perolehan :
– Pembelian barang persediaan yang akan diproduksi atau dijual kembali.
– -Pembelian barang modal yang ada kaitannya langsung dengan proses produksi/penjualan barang.
– Contoh:
a. Pada tanggal 5 Desember 2010 PT. Baskara Jaya membeli barang dagangan secara kredit kepada PT. Desi Alfa seharga Rp. 25.000.000
Jurnal yang harus dibuat oleh PT Baskara Jaya sebagai berikut : (menggunakan metode pencatatan phisik). Jurnal yang harus dibuat PT. Baskara
Jaya sebagai berikut:
Pembelian Rp. 25.000.000
PPN Masukan Rp. 2.500.000 >>Faktur Pajak dari PT. Desi Alfa>>
Hutang Dagang Rp. 27.500.000
Bila terjadi Retur pembelian, maka retur tersebut akan mempengaruhi PPN Masukan yang telah dicatat saat pembelian (Mengurangi PPN
Masukan).
b. Pada tanggal 7 Desember 2010 terjadi retur pembelian senilai Rp. 500.000
Jurnal yang harus dibuat PT. Baskara Jaya sebagai berikut:
Hutang dagang Rp. 550.000
Retur pembelian Rp. 500.000
PPN Masukan Rp. 50.000>>Fak. Pajak dari PT.Desi Alfa >>
c. Pada tanggal 15 Desember 2010 terjadi pelunasan atas transaksi pada tanggal 5
Desember 2010.
– Jurnal yang harus dibuat PT. Baskara Jaya sebagai berikut:
Hutang dagang Rp. 26.950.000
Kas/bank Rp. 26.950.000
Apabila mulai saat terjadi penyerahan barang kena pajak tgl. 5 Desember 2010 dan terjadi
retur pembelian tgl. 7 Desember 2010 belum dibuatkan faktur pajak oleh PT. Desi Alfa dan
syarat jual beli tersebut pada tanggal 5 Desember 2010 adalah 2/10, n/30 maka, pada saat
PT.Baskara Jaya melakukan pelunasan pada tanggal 15 Desember 2010 pada PT. Desi Alfa
jurnalnya :
Jurnal yang harus dibuat PT. Baskara Jaya sebagai berikut:
Pembelian Rp. 24.500.000
PPN Masukan Rp. 2.420.500 >>Fak. Pajak Gabungan dr PT.Desi Alfa<<
Potongan Pembelian Rp. 295.000
Kas/bank Rp. 26.625.500
d. Pada tanggal 5 Januari 2009 PT. Baskara Jaya membeli mesin produksi (barang modal)
seharga Rp. 250.000.000 PPN 10% dari PT. Desi Alfa secara tunai.
Jurnal yang harus dibuat PT. Baskara Jaya sebagai berikut:
Mesin Rp. 250.000.000
PPN Masukan Rp. 25.000.000 >>Fak. Pajak dari PT. Desi Alfa <<
Kas Rp. 275.000.000
Keterangan:
PPN masukan akan dikreditkan dengan PPN keluaran masa Januari 2009.
B. Pajak Masukan yang tidak dapat dikreditkan.
Pajak masukan yang tidak dapat dikreditkan adalah Pajak Masukan yang berasal dari
pembelian /perolehan barang/ jasa kena Pajak sebagai berikut :
- Pembelian barang untuk kebutuhan kantor (supplies) Pajak masukan atas transaksi
tersebut tidak dapat dikreditkan, harus dicatat dalam rekening Beban PPN (diexpenses).
- Pembelian barang modal yang tidak ada kaitannya dengan proses produksi/penjualan
barang. Pajak masukan atas transaksi tersebut tidak dapat dikreditkan dan harus dicatat
sebagai penambah harga perolehan barang (dikapitalisasi).
- Pajak masukan yang berasal dari pembelian jasa yang DPP-nya menggunakan nilai lain
maka Pajak Masukannya harus dicatat sebagai Beban PPN (diexpenses).
– Contoh:
a. Pada tanggal 15 Januari 2009 PT Baskara Jaya membeli tunai Supplies kantor seharga Rp.
500.000, harga belum termasuk PPN 10%.
Jurnal bagi PT. Baskara Jaya :
Persediaan supplies Rp. 500.000
Beban PPN Rp. 50.000 Kas Rp. 550.000
Keterangan:
Beban PPN Rp. 50.000 dibebankan untuk tahun terjadinya.
b. Pada tanggal 20 januari 2009 PT. Baskara Jaya membeli kendaraan untuk Direktur seharga
Rp. 50.000.000,
PPN 10% dari PT. Heru Joyo Motor tunai.
Jurnal bagi PT. Baskara Jaya :
Kendaraan Rp. 55.000.000
Kas Rp. 55.000.000
Keterangan:
PPN Rp. 5.000.000 ditambahkan ke harga perolehan kendaraan.
c. Pada tanggal 20 Januari 2009 PT. Baskara jaya membeli jasa paket/kiriman barang dari PT. Kilat Merdeka Express harga Jasa Rp. 500.000 PPN
= 1% x 500.000 = Rp. 5.000 dibayar tunai.
– Jurnal bagi PT. Baskara Jaya:
Beban angkut pembelian Rp. 500.000
Beban PPN Rp. 5.000
Kas Rp. 505.000 Keterangan: PPN dibebankan pada tahun 2009.
pembelian (Mengurangi PPN Masukan).
Contoh:
PT. Baskara Jaya mengembalikan barang dagangan dan yang dibeli seharga Rp. 10.000.000, PPN 10%. Jurnal bagi PT. Baskara Jaya:
Hutang Dagang Rp. 11.000.000
PPN Masukan Rp. 1.000.000
Retur pembelian Rp. 10.000.000
Keterangan:
Harus ada nota retur sesuai dengan Kepmen. Keu.: 196/KMK.04/1994 Bila terjadi potongan pembelian, maka PPN dihitung dari harga setelah
potongan.
Contoh:
Pada tanggal 10 Januari 2009 PT. Baskara Jaya membeli barang dangang Rp. 10.000.000
potongan harga 5% tunai.
Jurnal bagi PT. Baskara Jaya:
Pembelian Rp. 10.000.000
PPN Masukan Rp. 950.000
Potongan pembelian Rp. 500.000
Kas Rp. 10.450.000

Anda mungkin juga menyukai