Kuliah Ke-4, Diajarkan Tentang: 1) .1. Aktiva Lancar: 1) .1.c. Piutang
Kuliah Ke-4, Diajarkan Tentang: 1) .1. Aktiva Lancar: 1) .1.c. Piutang
Piutang :
> Piutang merupakan bagian dari Aset Lancar.
Apabila ditinjau dari sumber terjadinya, Piutang digolongkan menjadi 2
(dua) kategori, yaitu :
kotor tagihan, diikuti dengan jumlah taksiran Piutang yang tidak dapat
Ditagih atau Piutang yang Diragukan.
> Dalam transaksi penjualan biasanya juga terdapat syarat jual beli yang
menunjukkan unsur penjualan kredit.
*Pada bulan Januari 2020, ternyata piutang kepada Tn. Yasmin sebesar
Rp.10.000.000,- tidak dapat ditagih.
> Pembebanan akibat Piutang tidak dapat ditagih telah dilakukan pada
waktu
pembentukan penyisihan.
> Apabila Piutang yang telah dihapuskan, ternyata debitur melunasi utang -
nya, maka dapat dibuat ayat jurnal sebanyak dua kali, yaitu :
Kas 10.000.000,-
Piutang Usaha 10.000.000,-
1).1.c.4. Akuntansi Pajak :
>Dalam Pasal 6 ayat (1) huruf h UU PPh, telah mengatur pembebanan
sebagai biaya atas piutang yang nyata-nyata tidak dapat ditagih atau
lebih dikenal dengan Penghapusan Piutang, dengan syarat :
(1). Telah dibebankan sebagai biaya pada laporan laba rugi
komersial;
(2). Wajib Pajak harus . . . . . . .
ke-4, (9)
.
(2). Wajib Pjak harus menyerahkan daftar piutang yang tidak dapat
ditagih kepada Direktorat Jenderal Pajak; dan
(3). Telah diserahkan perkara penagihannya kepada Pengadilan Negeri
atau adanya perjanjian tertulis mengenai penghapusan piutang /
pembebasan utang antara kreditor dan debitur yang bersang –
kutan.
Atau telah dipublikasikan dalam penerbitan umum atau khusus; atau
adanya pengakuan dari debitur bahwa : Utangnya telah dihapuskan untuk
jumlah utang tertentu.
(2). Piutang Tidak Tertagih yang dapat dihapuskan adalah : Piutang usaha
sesuai dengan bidang usaha dari Wajib Pajak yang bersangkutan.
atau
2. Penerbitan khusus, yaitu : pemuatan pengumuman pada :
a. Penerbitan Himpunan bank-bank Milik Negara (HIMBARA)/Perhimpunan
bank-bank Umum Nasional (PERBANAS);
b. Penerbitan atau pengumuman khusus Bank Indonesia; dan/atau
c. Penerbitan yang dikeluarkan oleh asosiasi yang telah terdaftar sebagai Wajib
Pajak dan pihak kreditor sebagai anggotanya.
>Piutang yang nyata-nyata tidak dapat ditagih yang timbul di bidang usaha :
Bank, Lembaga Pembiayaan industri, Dagang dan Jasa lainnya, dapat dibebankan
sebagai beban (biaya) dalam menghi tung Penghasilan Kena Pajak.
>Praktek-praktek akuntansi komersial tetap diikuti oleh akuntansi pajak, tetapi perlu
diperhatikan bahwa : dalam hal penyisihan (allowance), tidak diperkenankan untuk
tujuan pajak.
Pajak lebih menekankan keadaan yang sebenarnya (nyata-nyata), dan bukan
antisipasi melalui pembentukan cadangan / penyisihan.
Demikian juga . . . . .
.
ke-4, (12)
.
Demikian juga terhadap piutang yang diragukan untuk dapat ditagih, sesuai
akuntansi komersial, jumlah Piutang Yang Diragukan tersebut akan di –
hapuskan dari pembukuan dan dibebankan kepada cadangan / penyisihan.
4. Cadangan biaya . . . . .
ke-4, (13)
.
Persediaan yang telah disinggung pada kuliah ke-2 (tentang Metode FIFO
dan RATA-RATA), merupakan Penjelasan Ps.10 Ayat (6) UU PPh.
Persediaan, dapat pula dikaitkan dengan hak kepemilikan barang sesuai syarat
penyerahan pada saat transaksi, yang meliputi :
1). Barang Dalam Perjalanan (good in transit); dan
2). Barang Titipan (barang komisi);
Persediaan, dapat pula dikaitkan dengan hak kepemilikan barang sesuai syarat pe –
nyerahan pada saat transaksi, yang meliputi :
1). Barang Dalam Perjalanan (good in transit); dan
2). Barang Titipan (barang komisi);
Dengan demikian, biaya persediaan harus meliputi semua biaya, antara lain :
- Biaya pembelian;
- Biaya konversi; dan
- Biaya lain yang timbul sampai pewrsediaan tersebut berada dalam
kondisi dan tempat yang siap untuk dijual atau dipakai.
Biaya persediaan dimaksud meliputi semua biaya, yaitu : biaya pembelian, biaya
konversi, dan biaya lain yang timbul sampai persediaan berada dalam kondisi dan
lokasi saat ini. (sebagaimana telah disebutkan di atas).
- Pajak lainnya (kecuali yang dapat ditagih lagi kepada otoritas pajak);
- Biaya pengangkutan;
- Biaya penanganan; dan
- Biaya lainnya;
yang secara langsung dapat diatribusikan pada perolehan barang jadi, bahan,
dan jasa.
- Diskon dagang, rabat, dan hal lain yang serupa dikurangkan dalam menentukan
biaya pembelian.
2. Biaya konversi :
Biaya konversi persediaan, meliputi biaya yang secara langsung terkait dengan
unit yang diproduksi.
Misal : Biaya tenaga kerja langsung; termasuk juga alokasi sistematis overhead
produksi tetap dan variabel yang timbul dalam mengonversi bahan
menjadi barang jadi.
3. Biaya-biaya lain :
Biaya-biaya lain, hanya dibebankan sebagai biaya persediaan sepanjang timbul
agar persediaan berada dalam kondisi dan lokasi saat ini.
ke-4, (19)
Ad.a.2. Metode Masuk Pertama Keluar Pertama ( FIFO / First In First Out) :
Metode ini mendasarkan pada asumsi bahwa : Barang yang masuk Pertama akan
dikeluarkan Pertama.
Contoh yang lebih rinci, sbb :
Metode Masuk Pertama Keluar Pertama ( FIFO/First In First Out)
(dalam ribuan Rupiah)
Pembelian Pemakaian / HPP Saldo
Harga Rata-rata dihitung dengan cara menjumlahkan Harga Pokok per unit (tanpa
mengalikan jumlah barang) dibagi dengan banyaknya harga.
Rata-rata Persediaan =
(Rp.10.000.000,- + Rp.11.500.000,- + Rp.12.500.000,- + Rp.12.000.000,-)
------------------------------------------------------------------------------------------------
4
= Rp. 46.000.000,-/4 = Rp. 11.500.000,-
Penjelasan :
Pembelian 10/1 = 400 x 11.500=4.600.000 + 2.000.000=6.600.000 : 600 = 11.000 (Saldo HS)
Pembelian 18/1= 100 x 12.500=1.250.000 + 3.300.000=4.550.000 : 400 = 11.375 (Saldo HS)
Pembelian 24/1= 200 x 12.000=2.400.000 + 4.550.000=6.950.000 : 600 = 11.583,33 (saldo)
Sebagai contoh :
Akibat kerusakan fisik barang atau sebab lainnya.
Oleh karena itu, dalam menetapkan persediaan akhir atau Harga Pokok Penjualan,
digunakan :
Besar nilai persediaan akhir dengan menggunakan LOCOM sebesar Rp. 14.200.000,-
>Penetapan besarnya Nilai Persediaan atau Nilai Pemakaian menjadi sangat penting,
karena berpengaruh ke Harga Pokok Produksi.
Cara penilaian persediaan yang berbeda, pada akhirnya akan :
mempengaruhi besarnya Penghasilan Kena Pajak.
ke-4, (35)
>Dari sisi UU PPh, juga berbeda dalam metode penilaian persediaan yang di –
gunakan, dibanding SAK (Standar Akuntansi Keuangan).
Contoh : 1). Data mutasi barang dagangan PT. ABC tahun 2017, 2018, dan 2019, secara
rinci sbb :
Hitung :
Harga Pokok Penjualan Metode Eceran (Ritel), dengan data-data sbb :
Catatan :
Penjualan yang terjadi sebesar Rp. 700.000.000,-
Catatan :
1. Bila ada yang ingin bertanya, silahkan kirim / email ke : koderij@yahoo.co.id
2. Bahan kuliah, agar di share ke masing-masing Mahasiswa/i, atau di print & copy.
ke-4, (27)