Oleh; Geofisika 17
KOMPONEN
MINYAK BUMI
PETA K
O
N
MIN S
KUALITAS YAK PROSES
E
BU
BAHAN BAKAR TERJADINYA
MI P
PENGOLAHAN
MINYAK BUM
KOMPONEN MINYAK BUMI
Hidrokarbon
Senyawa Belerang
Senyawa Nitrogen
Senyawa Oksigen
Organo Logam
Gol. Gol.
Parafinik Napthenik
SENYAWA Gol.
HIDROKARBON Aromatik
Gol. Gol.
Diolefin Monoolefin
GOLONGAN PARAFINIK
• Rumus umum CnH2n+2.
• Sifat :
a. Stabil pada suhu biasa.
b. Tidak bereaksi dengan asam sulfat pekat dan
asam sulfat berasap.
c. Larutan alkali pekat.
d. Asam nitrat maupun oksidator kuat seperti
asam kromat, kecuali mempunyai atom
karbon tersier.
• Bereaksi lambat dengan klor (Cl) dengan bantuan
sinar matahari, bereaksi dengan klor dan brom
kalau ada katalis.
Metan
a
Golongan
Parafinik
Etana Propana
GOLONGAN NAFTENIK
• Rumus umum : CnH2n
• Sifat :
a. memiliki sifat seperti senyawa HC parafin
b. mempunyai struktur molekul siklis, disebut
sikloparafin.
• Terdapat dalam minyak bumi ialah siklopentan dan
sikloheksan, yang terdapat dalam fraksi nafta dan
fraksi minyak bumi dengan titik didih lebih tinggi.
• Selain senyawa naften sederhana, dalam minyak
bumi khususnya dalam fraksi beratnya, juga
terdapat senyawa naften polisiklis, seperti dekalin
atau dehidronaftalen.
Contoh
Senyawa
Golongan
Naftenik
(Heterosiklik)
GOLONGAN AROMATIK
• Senyawa HC tidak jenuh rumus umum
CnH2n-6
• Sifat :
a. Sangat reaktif.
b. Mudah dioksidasi menjadi asam.
c. Dapat mengalami reaksi adisi dan
reaksi subtitusi tergantung pada
kondisi reaksi.
• Senyawa yang ada : benzen, naftalen
dan antrasen.
Naftalena
Anilin Antrasena
Aromatik
GOLONGAN MONOOLEFIN
• Rumus umum CnH2n.
• Monoolefin tidak terdapat dalam minyak
mentah, tetapi terbentuk dalam distilasi
minyak mentah dan terbentuk dalam
proses rengkahan, sehingga bensin
rengkahan mengandung banyak senyawa
monoolefin. Senyawa HC akan mengalami
perengakahan pada suhu sekitar 680°F.
• Bersifat reaktif, banyak digunakan sebagai
bahan baku utama industri petrokimia,
contoh etilen (C2H4) dan propilen (C3H6)
Etilen
GOLONGAN DIOLEFIN
• Rumus umum CnH2n-2.
• Diolefin tidak terdapat dalam
minyak mentah, tetapi terbentuk
terbentuk dalam distilasi distilasi
minyak mentah dan terbentuk
dalam proses rengkahan.
• Bersifat reaktif, tidak stabil, dan
cenderung berpolimerisasi dan
membentuk damar.
Butadiena
Pentadiena
SENYAWA BELERANG
• Kadar belerang dalam minyak mentah
berkisar dari 0,04 sampai 6%
• Keberadaan Sulfur dalam minyak bumi
sering banyak menimbulkan masalah,
misalnya dalam gasoline dapat
menyebabkan korosi (khususnya
dalam keadaan dingin atau berair),
karena terbentuknya asam yang
dihasilkan dari oksida sulfur (sebagai
hasil pembakaran gasolin) dan air.
SENYAWA OKSIGEN
• Kandungan total oksigen dalam
minyak bumi adalah kurang dari 2 %
dan menaik dengan naiknya titik
didih fraksi. Kandungan oksigen bisa
menaik apabila produk itu lama
berhubungan dengan udara.
• Oksigen dalam minyak bumi berada
dalam bentuk ikatan sebagai asam
karboksilat, keton, ester, eter,
anhidrida.
SENYAWA NITROGEN
Kandungan nitrogen dalam minyak
bumi sangat rendah, yaitu 0,1- 2
%.
Senyawa Piridin., Kaolin,
Basa Isokaolin
Senyawa
Nitrogen
dalam Minyak
Bumi
Senyawa
Indol, Karbasol
Bukan Basa
SENYAWA ORGANO LOGAM
• Semua logam terdapat dalam minyak
bumi, tetapi jumlahnya yang sangat kecil,
yaitu antara 5 – 400 ppm,
• Kecuali beberapa logam seperti besi,
nikel, vanadium dan arsen, yang
walaupun jumlahnya sedikit sekali
namun sudah dapat merusak katalis,
terutama Vanadium yang dapat merusak
batu tahan api pada dinding furnace,
merusak pipa boiler, dan menyebabkan
korosi .
TABEL KOMPOSISI MINYAK BUMI
SECARA UMUM
Jenis Senyawa Jumlah Contoh
(presentase)
Hidrokarbon 90-99% Alkana, sikloalkana, dan
aromatis
Teori
Pembentuka
n Minyak
Bumi
BERBAGAI
TAHAPDESTILASI TAHAP PROSES
I BERTINGKAT LANJUTAN DARI
II TAHAP I
DESTILASI BERTINGKAT (Tahap I)
Pengolahan minyak bumi tahap
pertama dilakukan dengan distilasi
bertingkat, yaitu proses distilasi
berulang-ulang sehingga didapatkan
berbagai macam hasil berdasarkan
perbedaan titik didihnya. Hasil pada
proses distilasi bertingkat ini
meliputi:
1. Fraksi pertama menghasilkan gas
yang pada akhirnya dicairkan
kembali dan dikenal dengan nama
elpiji atau LPG (Liquefied
Petroleum Gas). LPG digunakan
untuk bahan bakar kompor gas
dan mobil BBG, atau diolah lebih
lanjut menjadi baha kimia lainnya.
2. Fraksi kedua disebut nafta (gas bumi). Nafta tidak dapat langsung
digunakan, tetapi diolah lebih lanjut pada tahap kedua menjadi
bensin (premium) atau bahan petrokimia yang lain. Nafta sering
disebut juga sebagai bensin berat.
3. Fraksi ketiga atau fraksi tengah, selanjutnya dibuat menjadi kerosin
(minyak tanah) dan avtur (bahan bakar pesawat jet).
4. Fraksi keempat sering disebut solar yang digunakan sebagai bahan
bakar mesin diesel.
5. Fraksi kelima atau disebut juga residu yang berisi hidrokarbon
rantai panjang dan dapat diolah lebih lanjut pada tahap kedua
menjadi berbagai senyawa karbon lainnya, dan sisanya sebagai
aspal dan lilin.
Tahap II
Cracking Ektraksi
Kristalisas
Treating
i
Proses crakcing dapat dilakukan melalui beberapa
Cracking cara, yaitu :
Polimerasi
Reformasi
Isomerasi
Alkilasi
Alkilasi adalah suatu proses penggabungan dua
macam hidrokarbon isoparafin secara kimia
menjadi alkilat yang memiliki nilai oktan tinggi.
Alkilat ini dapat dijadikan bensin atau avgas.
Polimerisasi
Polimerisasi adalah penggabungan dua molekul
atau lebih untuk membentuk molekul tunggal
yang disebut polimer. Tujuan polimerisasi ini ialah
untuk menggabungkan molekul-molekul
hidrokarbon dalam bentuk gas (etilen, propena)
menjadi senyawa nafta ringan.
Reformasi
Reformasi adalah proses yang berupa
perengkahan termal ringan dari nafta
untuk mendapatkan produk yang lebih
mudah menguap seperti olefin dengan
angka oktan yang lebih tinggi. Di
samping itu, dapat pula berupa
konversi katalitik komponen-
komponen nafta untuk menghasilkan
aromatik dengan angka oktan yang
lebih tinggi.
Isomerasi
Dalam proses ini, susunan dasar atom
dalam molekul diubah tanpa
menambah atau mengurangi bagian
asal. Hidrokarbon garis lurus diubah
menjadi hidrokarbon garis bercabang
yang memiliki angka oktan lebih tinggi.
Dengan proses ini, n-butana dapat
diubah menjadi isobutana yang dapat
dijadikan sebagai bahan baku dalam
proses alkilasi.
Ekstraksi
• Proses pembersihan produk
dengan menggunakan pelarut
sehingga didapatkan hasil lebih
banyak dengan mutu lebih baik.
Kristalisasi
• Proses pemisahan produk-
produk melalui perbedaan titik
cairnya. Misalnya, dari
pemurnian solar melalui proses
pendinginan, penekanan, dan
penyaringan akan diperoleh
produk sampingan lilin.
Treating (Pembersihan dari Kontaminasi)
• Pada proses pengolahan tahap
pertama dan tahap kedua sering
terjadi kontaminasi
(pengotoran). Kotoran-kotoran
ini harus dibersihkan dengan
cara menambahkan soda kaustik
(NaOH), tanah liat atau
hidrogenasi.
TABEL FRAKSI HASIL PENGOLAHAN
MINYAK BUMI
Jumlah Atom
Ttitik Didih Kegunaan
Karbon
Bahan bakar gas, dikenal sebagai LPG (elpiji)
< 20 C
o C1 – C4
Bahan baku pembuatan berbagai produk petrokimia
60 – 100 oC C6 – C7 Ligrolin atau nafta, pelarut non-polar, dan cairan pembersih
175 – 325 oC C12 – C18 Kerosin (minyak tanah), bahan bakar jet