Anda di halaman 1dari 39

LAPORAN KASUS

STASE MATA
IRIDOSIKLITIS DISERTAI
VITREOUS HEMORRHAGE

Pembimbing :
dr. Iman Krisnugroho, Sp. M

Presentan :
Nama : Siti H Nur Aissyah
NIM: 1913020005

 
Penyebab kebutaan
Uveitis dua mata urutan ketiga
anterior setelah katarak dan
glaukoma

PENDAHUL
UAN
Dalam menentukan
Manajemen / penyebab uveitis
tatalaksana anterior, sering dijumpai
uveitis anterior banyak kendala di
Indonesia

2
TINJAUAN
PUSTAKA

3
Anatomi
◦ Uvea terdiri dari iris,
korpus siliare dan khoroid.
◦ Iris
◦ Di dalam stroma iris
terdapat sfingter dan otot-
otot dilator
◦ Vaskularisasi ke iris adalah
dari sirkulus major iris

4
Vaskularisasi
iris

5
Korpus Siliaris
◦ Korpus siliaris terdiri dari
suatu zona anterior yang
berombak ombak, pars plikata
dan zona posterior yang datar,
pars plana
◦ Prosesus siliaris berasal dari
pars plikata
◦ Ada 2 lapisan epitel siliaris

6
◦ Khoroid adalah segmen posterior uvea,
di antara retina dan sklera
◦ Bagian dalam pembuluh darah khoroid
dikenal sebagai khoriokapilaris
Khoroid
◦ Khoroid di sebelah dalam dibatasi oleh
membran Bruch dan di sebelah luar
oleh sklera

7
◦ Vitreus memiliki sifat seperti gelatin,
jernih, avaskuler dan terdiri dari 99%
air dan selebihnya merupakan
campuran kolagen dan asam
hialuronik.
Vitreous
◦ Fungsi vitreus sebenarnya hampir
sama dengan fungsi cairan mata, yaitu
mempertahankan bola mata agar tetap
bulat.

8
◦ Menurut American Optometric
Association (AOA), uveitis anterior
Definisi
atau iridosiklitis adalah suatu proses
Iridosiklitis
inflamasi intraokular dari bagian uvea
anterior hingga pertengahan vitreus.

9
◦ Di Indonesia belum ada data yang
akurat mengenai jumlah kasus uveitis .
◦ Di Amerika Serikat ditemukan angka
kejadian uveitis anterior adalah 8-12
Epidemiologi orang dari 100.000 penduduk per
tahun.
◦ Insidensinya meningkat pada usia 20-
50 tahun dan paling banyak pada usia
sekitar 30-an.

10
Berdasarkan uveitis
spesifitas infeksius
penyebabnya
uveitis non
infeksius

Klasifikasi Berdasarkan
uveitis
eksogen
asal nya
uveitis
endogen
uveitis
Secara klinis anterior akut
uveitis anterior
kronis
patologi
tipe granulomatosa dan
anatominya
non granulomatosa
11
Etiologi

12
Patofisiologi

13
Tanda dan gejala
◦ Uveitis Anterior Jenis
Non-Granulomatosa
◦ Onsetnya khas akut,
dengan rasa sakit, injeksi,
fotofobia dan penglihatan
kabur.
◦ Deposit putih halus
(keratic presipitate/ KP)

14
Uveitis Anterior Jenis
Granulomatosa
◦ Onsetnya tidak terlihat
◦ Penglihatan berangsur kabur dan
mata tersebut memerah secara
difus di daerah sirkumkornea.
Sakitnya minimal dan fotofobianya
tidak seberat bentuk non-
granulomatosa
◦ Pupil sering mengecil dan tidak
teratur karena terbentuknya sinekia
posterior

15
◦ Anamnesis ◦ Pemeriksaan
Oftalmologi
◦ Nyeri dangkal
(dull pain) ◦ Visus
◦ Fotofobia atau ◦ TIO
fotosensitif ◦ Konjungtiva :
terhadap cahaya terlihat injeksi
Penegakkan ◦ Kemerahan tanpa silier/ perilimbal
Diagnosis sekret ◦ Kornea : KP (+),
mukopurulen udema stroma
◦ Pandangan kabur kornea
(blurring)
◦ Umumnya
unilateral
16
◦ Sel flare ◦ Aqueous flare
◦ 0 : tidak ditemukan flare
◦ 0 : tidak
◦ +1 : terlihat hanya
ditemukan sel
dengan pemeriksaan yang
◦ +1 : 5-10 sel teliti
Camera Oculi ◦ +2 : 11-20 sel ◦ +2 : moderat, iris terlihat
bersih
Anterior ◦ +3 : 21-50 sel ◦ +3 : iris dan lensa terlihat
(COA) ◦ +4 : > 50 sel keruh
◦ +4 : terbentuk fibrin pada
cairan aquos

17
◦ Iris : dapat ditemukan sinekia posterior
◦ Lensa dan korpus vitreus anterior :
Pemeriksaan dapat ditemukan lentikular presipitat
oftalmologi pada kapsul lensa anterior. Katarak
subkapsuler posterior dapat ditemukan
bila pasien mengalami iritis berulang.

18
◦ foto rontgen sakroiliaka 
mengeksklusi kemungkinan adanya
spondilitis ankilosa
Pemeriksaan ◦ Pemeriksaan darah untuk antinuclear
penunjang antibody dan rheumatoid factor serta
foto rontgen lutut

19
◦ Konjungtivitis
Diagnosis ◦ Keratitis atau keratokonjungtivitis.
Banding ◦ Glaukoma akut.

20
◦ Tujuan terapi uveitis anterior menurut
AOA, antara lain:
◦ Mengembalikan tajam penglihatan
◦ Mengurangi rasa nyeri di mata
Tatalaksana
◦ Mengeliminasi peradangan atau
penyebab peradangan
◦ Mencegah terjadinya sinekia iris
◦ Mengendalikan tekanan intraocular

21
◦ Midriatik-sikloplegik
◦ Agen sikloplegik yang
digunakan dalam terapi
uveitis anterior menurut
AOA (2004) antara lain: ◦ Kortikosteroid
Terapi non ◦ Atropine 0,5%, 1%, ◦ Lokal : Tetes mata,
2%
spesifik dan injeksi peri
◦ Homatropin 2%, 5% okular
◦ Scopolamine 0,25%

◦ Cyclopentolate
0,5%, 1%, 2%

22
◦ Banyak dipakai preparat prednison dengan
dosis awal antara 1–2 mg/kg BB/hari, yang
selanjutnya diturunkan perlahan selang sehari
(alternating single dose).
Kortikosteroid
◦ Dosis prednison diturunkan sebesar 20% dosis
sistemik awal selama 2 minggu pengobatan, sedangkan
preparat prednison dan dexametaxon dosis
diturunkan tiap 1 mg dari dosis awal selama 2
minggu

23
◦ Sitostatika
◦ Pengobatan sitostatika
digunakan pada uveitis
kronis yang refrakter
terhadap steroid. Di RSCM
Imunosupresa telah dipakai preparat ◦ Siklosporin A
klorambusil 0,1–0,2 mg/kg
n BB/hari, dosis klorambusil
ini dipertahankan selama 2–
3 bulan lalu diturunkan
sampai 5–8 mg selama 3
bulan dan dosis maintenance
kurang dari 5 mg/hari,
sampai 6–12 bulan

24
◦ Toxoplasmosis
1. Sulfadiazin atau trisulfa : ◦ Klindamisin
Dosis 4 kali 0.5–1 gr/hari Dosis: 3 kali 150–300
selama 3–6 minggu.
mg/hari/oral.
2. Pirimetamin : Pemberian sub-
Dosis awal 75–100 mg pada konjungtiva
Terapi spesifik hari pertama, selanjutnya 2 kali klindamisin 50 mg
25 mg/hari selama 3–6 minggu.
dilaporkan memberi
3. Trimethoprim- hasil baik.
sulfamethoxazol (Bactrim®)
Dosis 2 kali 2 tablet Bactrim® ◦ Spiramisin
selama 4–6 minggu

25
◦ Herpes simplex : Diberikan juga
asiklovir 5 kali 200 mg/hari selama 2–
3 minggu yang kemudian diturunkan 2
Infeksi virus atau 3 tablet/hari
◦ Herpes zoster : Diberikan asiklovir 5
kali 400 mg pada keadaan akut selama
10–14 hari

26
◦ Sinekia anterior perifer
◦ Sinekia posterior
Komplikasi ◦ Katarak
◦ Edema kistoid makular dan degenerasi
makula

27
LAPORAN KASUS
◦ Nama : Tn. M
◦ Umur : 53 tahun
◦ Jenis kelamin : Laki laki
Identitas ◦ Pekerjaan : PNS
pasien ◦ Alamat : Jl Sumantri IV/19 ,
Sidomukti
◦ Tanggal MRS : 29 Februari 2020

29
◦ Riwayat Penyakit Dahulu
◦ Keluhan Utama
◦ Pasien memiliki riwayat hipertensi
◦ Pasien mengeluh nyeri pada sebelah kiri. yang tidak terkontrol.
◦ Riwayat Penyakit Sekarang ◦ Riwayat Penyakit Keluarga
◦ Pasien mengeluh nyeri pada sebelah kiri. ◦ Pasien menyangkal keluarganya
Satu minggu sebelum berobat ke RS memiliki riwayat DM, Hipertensi.
pasien terkena trauma shuttle cock .
Anamnesis Setelah terkena trauma pasien merasa
◦ Riwayat Sosial Ekonomi

mata sebelah kirinya kemeng, kemerahan, ◦ Dalam pengobatan pasien tidak


pandangan mata kabur. Nyeri bertambah menggunakan asuransi kesehatan
berat ketika pasien melakukan aktivitas BPJS.
sehari hari dan berkurang ketika ◦ Riwayat Pengobatan
beristirahat. Sebelum berobat ke RSUD
◦ Pasien merupakan pasien baru
pasien telah meminum suplemen mata
berobat ke RSUD Salatiga

30
◦ Status Generalis
◦ Keadaan umum : Tampak sakit
◦ Kesadaran : Compos mentis
Pemeriksaan
◦ Tekanan Darah : 149/93 mmHg
Fisik
◦ Nadi : 83 x/menit
◦ Pernafasan : 20 x/menit
◦ Suhu : 36,5° C

31
Status Oftalmologis
29/02/2020

32
33
34
Status Oftalmologis
07/13/2020

35
◦ OS iridosiklitis disertai Vitreous
Diagnosis Hemorrage

36
◦ 29/02/2020
- Prednisolon Forte 6 x 1 tetes
- Clyteer Forte 4 x1
- Vitrolenta 3 x 1 tetes
Terapi - Mecobalamin
◦ Terapi 7/03/2020
- Prednisolon 1 x1 tetes
- Vitrolenta 3 x 1 tetes

37
◦ Uveitis anterior atau iridosiklitis merupakan peradangan iris dan bagian
depan korpus siliare (pars plikata), kadang-kadang menyertai peradangan
bagian belakang bola mata, kornea dan sklera.
◦ Berdasarkan spesifitas penyebabnya uveitis anterior dapat dibagi atas
uveitis infeksius, uveitis non infeksius, dan uveitis tanpa penyebab yang
jelas.
◦ Berdasarkan asal nya uveitis anterior dibedakan menjadi, uveitis eksogen
dan uveitis endogen.

Kesimpulan ◦ Secara klinis (menurut cara timbul dan lama perjalanan penyakitnya)
uveitis anterior dibedakan menjadi uveitis anterior akut dan uveitis anterior
kronis.
◦ Klasifikasi uveitis anterior berdasarkan patologi anatominya terdiri dari tipe
granulomatosa dan non granulomatosa.
◦ Penyebab terjadinya uveitis anterior dibagi menjadi beberapa golongan
antara lain: autoimun, infeksi, keganasan, dan lain-lain.

38
◦ Diagnosis banding uvetis anterior antara lain: konjungtivitis, keratitis atau keratokunjungtivitis,
glaukoma akut.
◦ Tujuan terapi uveitis anterior antara lain: mengembalikan tajam penglihatan, mengurangi rasa nyeri di
mata, mengeliminasi peradangan atau penyebab peradangan, mencegah terjadinya sinekia iris,
mengendalikan tekanan intraokular.
◦ Prinsip pengobatan uveitis antara lain: menekan peradangan, mengeliminir agen penyebab, menghindari
efek samping obat yang merugikan pada mata dan organ tubuh di luar mata.
◦ Terapi uveitis anterior terdiri dari terapi non spesifik dan terapi spesifik. Terapi non spesifik
menggunakan obat-obat midriatik-sikloplegik, kortikosteroid dan imunosupresan. Sedangkan terapi
spesifik didasarkan pada penyebabnya.
◦ Ada empat komplikasi utama uveitis anterior antara lain: katarak, glaukoma, band keratopathy, dan
cystoid macular edema

39

Anda mungkin juga menyukai