Anda di halaman 1dari 26

Sistim Manajemen

Keselamatan Radiasi

Disajikan pada Kuliah


Kesehatan dan Keselamatan Kerja
Oleh Oktavia Puspita Sari, Dipl.Rad,
S.Si
Sistim Manajemen Keselamatan
Radiasi meliputi :

1. Organisasi Proteksi Radiasi


2. Pemantauan dosis radiasi
3. Radioaktivitas
4. Peralatan Proteksi Radiasi
5. Pemeriksaan kesehatan
6. Penyimpanan dokumen
7. Jaminan kualitas
8. Pendidikan dan Pelatihan
Organisasi
Proteksi Radiasi
Organisasi Proteksi Radiasi yang harus di
miliki oleh PIN ( menurut PP no 63
tahun 2000 bagian kedua pasal 8 )
terdiri atas :

Pengusaha Instalasi

Petugas proteksi Radiasi

Pekerja Radiasi
Pengusaha Instalasi Nuklir

Adalah pimpinan instalasi atau orang lain yang


di tunjuk untuk mewakilinya, sehingga segala
tanggung jawab atas segala sesuatunya yang
berhubungan dengan pemanfaatan tenaga
nuklir adalah berada di tangannya
Kewajiban PIN :
Memberikan kesempatan pemeriksaan yang di
lakukan badan pengawas thd instalasi
pemanfaatan tenaga nuklir
Melakukan pemeriksaan kesehatan pekerja
radiasi sebelum bekerja, selama bekerja secara
berkala, dan sewaktu-waktu bila diperlukan
dan ketika akan memutuskan hubungan kerja
Memberikan kesempatan utk pemeriksaan
kesehatan pekerja radiasi di lakukan oleh
Badan Pengawas atau bekerja sama dgn
instansi pemerintah lain utk menilai efek
radiasi thd kesehatan
Memanfaatkan tenaga nuklir sesuai tujuan
dalam ijin
Melaporkan kpd badan pengawas bila ada
kecelakaan radiasi
Petugas Proteksi Radiasi
Berdasar SK Kepala Bapeten No 17 / Ka-
BAPETEN/IX-99
Syarat - syarat PPR :
harus memiliki pendidikan minimum Sarjana
Muda atau D3 Teknik
Mengikuti kursus dan lulus kursus yang di
adakan oleh lembaga khusus yang
terakreditasi oleh BAPETEN setelah itu baru
mengikuti ujian
JK ybs lulus, maka mendapatkan Surat Ijin
Bekerja ( SIB )PPR yang berlaku 5 tahun
Setelah 5 thn dpt di perpanjang lagi scr
otomatis asalkan telah mengikuti kursus
penyegaran yang di lakukan oleh BAPETEN
minimum 2 kali dalam 5 tahun
Pekerja Radiasi
Dibekali pendidikan dan pelatihan tentang
Keselamatan dan kesehatan kerja thd radiasi
Sehat jasmani dan rohani, di buktikan dgn
surat keterangan sehat dr dokter yg di tinjuk
oleh instansi yang berwenang
Wajib memanfaatkan segala sesuatu yang
dapat mengurangi penerimaan dosis radiasi
seperti alat- alat proteksi, memahami juklak
Setiap pekerja yang bekerja di medan radiasi
di haruskan memakai peralatan monitor
perorangan yaitu film badge, TLD, dosimeter
saku
Pemakaian film badge maksimum 3 bln
setelah itu hrs di kirim ke instansi pengolah
film badge
Peralatan
Proteksi Radiasi
Karena radiasi tidak dapat di lihat oleh
panca indera, maka diperlukan suatau
peralatan yang dapat mendeteksi radiasi
dan mengukur besarnya radiasi pada
suatu daerah atau yang di terima oleh
pekerja radiasi

Persyaratan minimum peralatan proteksi


adalah :
1. Apron;tabir yang dilapisi Pb dan
dilengkapi kaca Pb; kacamata
Pb;sarung tangan Pb;pelindung tiroid
Pb;pelindung ovarium/gonad
2. Monitor perorangan
3. Surveymeter
Monitor perorangan
Adalah alat yang digunakan utk
mengetahui besarnya dosis yang
diterima saat pekerja radiasi bekerja,
contohnya pemakaian film badge, TLD
atau dosimeter saku

Surveymeter
Adalah alat yang di gunakan untuk
mengetahui laju paparan radiasi pada
daerah kerja
Surveymeter minimum di kalibrasi 1x
dalam setahun
APRON.
Ketebalan mulai dari 0,5 mm
Terbuat dari bahan Pb
Kaca mata google,
Ketebalan kaca Pb linier mulai dari 0,5
mm
Tiroid shield
Terbuat dari Pb, dengan ketebalan mulai
dari 0,5 mm
Pemeriksaan kesehatan
Dasar Perka Bapeten No. 6 tahun 2010
Pemantauan kesehatan pekerja radiasi wajib
di lakukan oleh Pemegang Izin
Pemantauan kesehatan yang di maksud adalah
:
a. Pemeriksaan Kesehatan;
b. Konseling; dan/atau
c. penatalaksanaan kesehatan pekerja yang
mendapatkan Paparan Radiasi Berlebih.

.
Pemeriksaan Kesehatan yang di maksud
meliputi :
a. Pemeriksaan Kesehatan umum
b. Pemeriksaan Kesehatan khusus

Hasil Pemeriksaan Kesehatan berlaku


paling lama 1 (satu) tahun sejak tanggal
Pemeriksaan Kesehatan dilakukan
Pemeriksaan Kesehatan umum
dilaksanakan pada saat:
a. sebelum bekerja,
b. selama bekerja,
c. pada saat akan memutuskan hubungan
kerja
Pemeriksaan Kesehatan umum pada saat
sebelum bekerja harus dilaksanakan untuk
tujuan:
a. memastikan bahwa kondisi atau status
kesehatan pekerja mampu untuk
melaksanakan tugas sebagai Pekerja
Radiasi yang dibebankan kepadanya;
b. b. memberikan informasi tentang data dasar
status kesehatan Pekerja Radiasi sebelum
menjalankan tugasnya terkait dengan
sumber radiasi; dan
c. mengklasifikasi status kesehatan Pekerja
Radiasi dalam kategori sehat untuk bekerja,
sehat untuk bekerja dalam kondisi tertentu
dan tidak sehat untuk bekerja.
Pemeriksaan Kesehatan umum selama
bekerja harus dilaksanakan untuk tujuan
memantau kondisi kesehatan Pekerja Radiasi
apakah pekerja tersebut berada dalam
kondisi kesehatan yang sehat untuk tetap
melaksanakan tugasnya.

Pemeriksaan Kesehatan umum pada saat


akan memutuskan hubungan kerja harus
dilaksanakan untuk tujuan menentukan
kondisi kesehatan Pekerja Radiasi pada saat
berhenti bekerja.

Pemeriksaan Kesehatan umum meliputi :


a. Anamnesis;
b. riwayat penyakit dan keluarga;
c. pemeriksaan fisik; dan
d. pemeriksaan laboratorium .
Pemeriksaan Kesehatan khusus
dilaksanakan pada saat:
a. Pekerja Radiasi mengalami atau diduga
mengalami gejala sakit akibat radiasi;
dan
b. penatalaksanaan kesehatan pekerja
yang mendapatkan Paparan Radiasi
Berlebih.

Pemeriksaan Kesehatan khusus


meliputi:
a. pemeriksaan darah lengkap;
b. pemeriksaan sperma; dan/atau
c. pemeriksaan aberasi kromosom.
Konseling
Konseling yang dilaksanakan melalui:
a. pemeriksaan psikologi; dan/atau
b. konsultasi.

Konseling dapat diberikan kepada:


a. pekerja wanita yang sedang hamil atau
diduga hamil;
b. pekerja wanita yang sedang menyusui;
c. pekerja yang menerima Paparan Radiasi
Berlebih; dan
d. pekerja yang berkehendak mengetahui
tentang Paparan Radiasi yang
diterimanya.
Penatalaksanaan Kesehatan Pekerja Yang
Mendapatkan
Paparan Radiasi Berlebih

Penatalaksanaan kesehatan pekerja yang


mendapatkan Paparan Radiasi Berlebih
melalui:
a. kajian terhadap Dosis yang diterima;
b. Konseling; dan
c. Pemeriksaan Kesehatan dan tindak lanjut
Kajian terhadap Dosis yang diterima
dilaksanakan melalui:
a. pembacaan dosimeter personil; dan/atau
b. evaluasi pemantauan daerah kerja atau
rekonstruksi Dosis.
c. Dalam hal pekerja mendapatkan
Paparan Radiasi Berlebih melalui
Paparan Radiasi internal, kajian
terhadap Dosis yang diterima juga harus
dilakukan melalui Metode in vivo dan
in vitro.

Kajian terhadap Dosis yang diterima


dilakukan oleh penyelenggara
Keselamatan Radiasi.
Jika hasil kajian terhadap Dosis yang
diterima Pekerja Radiasi menunjukan nilai
Dosis melampaui 0,2 Sv (nol koma dua
sievert), Pekerja Radiasi harus
mendapatkan pemeriksaan dosimetri
biologi untuk konfirmasi Dosis yang
meliputi:
a. aberasi kromosom pada sel darah;
b. pemeriksaan limfosit absolut; dan
c. pemeriksaan sel darah lengkap.

Pemeriksaan dosimetri biologi harus


dilakukan oleh laboratorium yang
terakreditasi.
Jika hasil kajian terhadap Dosis yang
diterima Pekerja Radiasi menunjukan nilai
Dosis di atas nilai Dosis ambang untuk
Efek Deterministik, Pekerja Radiasi harus
mendapatkan pemeriksaan dosimetri
biologi dan Pemeriksaan Kesehatan
khusus.
 Nilai Dosis ambang untuk Efek
Deterministik Peraturan Kepala
BAPETEN . ( tabel )
Dalam hal ditemukan adanya keraguan
terhadap Dosis yang diterima Pekerja
Radiasi, Pemegang Izin dapat
berkonsultasi dengan tenaga Ahli Proteksi
dan Keselamatan Radiasi.
Tenaga Ahli Proteksi dan Keselamatan
Radiasi harus diakui oleh asosiasi dalam
bidang Proteksi dan Keselamatan Radiasi.
DOSIS AMBANG
EFEK DETERMINISTIK AKIBAT PAPARAN AKUT
DAN KRONIK
Pekerja Radiasi yang mendapatkan
Paparan Radiasi Berlebih dapat bekerja
kembali setelah mendapatkan
Pemeriksaan Kesehatan umum dan
Pemeriksaan Kesehatan khusus, dan
dinyatakan sehat dalam sertifikat medis.
 Sertifikat medis paling kurang harus
meliputi resume hasil Pemeriksaan
Kesehatan
REKAMAN
Pemegang Izin harus membuat Rekaman
hasil Pemantauan Kesehatan
Rekaman hasil Pemantauan Kesehatan
meliputi:
a. hasil Pemeriksaan Kesehatan;
b. hasil Konseling;
c. hasil kajian terhadap Dosis yang diterima;
d. hasil pemeriksaan aberasi kromosom;
e. hasil tindak lanjut; dan/atau
f. sertifikat medis
Rekaman harus disimpan dan dipelihara
oleh Pemegang Izin hingga 30 (tigapuluh)
tahun sejak tanggal pemberhentian Pekerja
Radiasi yang bersangkutan

Anda mungkin juga menyukai