Kelas : IPS C Konst : Sosiologi A . Pengertian Emosi Emosi dapat diartikan sebagai: 1)Luapan perasaan yang berkembang dan surut diwaktu singkat;
2) keadaan dan reaksi psikologis dan
fisiologis, seperti kegembiraan, kesedihan, keharuan, kecintaan, keberanian yang bersifat subyektif Oleh karena itu, apabila seseorang sudah dapat memanage, mengawasi, mengontrol, dan mengatur emosinya dengan tepat, baik ketika orang tersebut berhadapan dengan pribadinya, berhadapan dengan orang lain, orang tua, teman-teman, atau masyarakat, berhadapan dengan pekerjaan, atau masalah-masalah yang muncul, maka orang tersebut sudah dapat dikatakan mempunyai kecerdasan emosional. Karena kecerdasan emosional adalah potensi yang dimiliki seseorang untuk beradaptasi dengan lingkungannya. ApakahKecerdasa kemampuan lebih yang n Emosional ? dimiliki Menurut Goleman seseorang dalam Menurut Goleman (2002 : 512), kecerdasan emosional adalah kemampuan seseorang mengatur kehidupan emosinya dengan inteligensi. menjaga keselarasan emosi dan pengungkapannya melalui keterampilan kesadaran diri, pengendalian diri, motivasi diri, empati dan keterampilan sosial. 5 ciri-ciri seseorang yang mempunyai kecerdasan emosi menurut teori Goleman 1. Kesadaran diri Kesadaran diri yaitu mengetahui apa yang ia rasakan pada suatu saat, dan menggunakannya untuk memandu pengambilan keputusan diri sendiri, memiliki tolak ukur yang realistis atas kemampuan diri, dan kepercayaan diri yang kuat. 2. Pengaturan Diri Menurut Goleman, lima kemampuan pengaturan diri yang umumnya dimiliki oleh star performer adalah pengendalian diri, dapat dipercaya, kehati-hatian, adaptabilitas, dan inovasi. 3. Motivasi Motivasi yaitu menggunakan hasrat yang paling dalam untuk menggerakkan dan menuntun menuju sasaran, membantu untuk mengambil inisiatif untuk bertindak secara efektif, dan untuk bertahan menghadapi kegagalan atau frustasi. 4. Empati Empati adalah memahami perasaan dan masalah orang lain dan berfikir dengan sudut pandang mereka, menghargai perbedaan perasaan orang mengenai berbagai hal. Menurut Goleman, kemampuan mengindera perasaan seseorang sebelum yang bersangkutan mengatakannya merupakan intisari empati. Keterampilan sosial Keterampilan sosial (social skills), adalah kemampuan untuk menangani emosi dengan baik ketika berhubungan dengan orang lain dan dengan cermat membaca situasi dan jaringan sosial, berinteraksi dengan lancar, menggunakan keterampilan untuk mempengaruhi dan memimpin, bermusyawarah, menyelesaikan perselisihan untuk bekerjasama dalam tim EI Implikasinya Dalam Pembelajaran Dalam penerapan EQ di dunia pendidikan maka seorang pendidik harus lebih banyak memotivasi, menasehati dan mengajarkan kepada siswanya agar selalu bersemangat, menahan emosi agar menjadi seorang yang berjiwa sosial yang baik. Dilihat dari segi peserta didik, siswa yang merasa kecerdasan emosionalnya baik akan merasa senang, bergairah dan semangat dalam belajar, serta memiliki motivasi belajar yang tinggi. perasaan siswa menjadi suatu sumber energi dalam belajar. Jika anak-anak mendapatkan kemampuan kecerdasan emosi, maka keberhasilan akademis akan meningkat dan interaksi sosial pun menguat. Kecerdasan emosional dapat dikembangkan oleh pendidikan yang fokus membantu anak-anak dalam mengembangkan kemampuan kecerdasan emosi dasar seperti mengungkapkan, pemahaman, dan mengelola emosi dan menggunakan keterampilan ini untuk mengatasi masalah-masalah sosial sehari-hari (Elias et al., 1997). Jika seorang siswa memiliki kemampuan IQ- nya tinggi, tapi tindakan afektif berupa kecakapan atau kecerdasan emosionalnya (EQ) rendah, maka mungkin saja dia tidak berhasil dalam pekerjaannya yang lebih kompleks. Artinya, orang yang ber-IQ tinggi belum tentu sukses dalam menjalin hubungannya dengan teman-teman lain. Dari hasil penelitian telah banyak terbukti bahwa kecerdasan emosional memiliki peran yang jauh lebih penting dibandingkan dengan kecerdasan intelektual (IQ). Kecerdasan otak barulah merupakan syarat minimal untuk meraih kesuksesan dan keberhasilan, kecerdasan emosilah yang sesungguhnya mengantarkan seseorang menuju puncak prestasi, bukan IQ. Terbukti banyak orang-orang yang memiliki kecerdasan intelektual yang tinggi, tetapi terpuruk di tengah persaingan. Sebaliknya banyak yang mempunyai kecerdasan intelektual biasa-biasa saja justru sukses menjadi bintang-bintang kinerja, pengusaha-pengusaha sukses, dan pemimpin-pemimpin di berbagai kelompok. Jika sistem pendidikan dan perangkatnya serta lingkungan keluarga dan sosial saling bersinergi menerapkan kurikulum pendidikan nasional dengan baik dan tepat, yaitu tidak hanya meniupkan ruh IQ kepada anak/siswa tetapi juga kecerdasan emosional (EQ) , maka krisis moral dan sosial tidak terjadi pada generasi penerus bangsa Indonesia ini. Perlu adanya sosialisasi progam pendidikan yang berorientasi pada kecerdasan emosional secara berkesinambungan agar pembentukan karakter bangsa dapat berjalan efektif.