• Influenza
• Hepatitis B atau C
• Herpes simplex
• Herpes zoster atau cacar ular
• Cytomegalovirus
• Human immunodeficiency virus (HIV).
Masing-masing obat antivirus dikelompokkan
berdasarkan cara kerjanya, yang berupa:
• Adefovir
• Merek dagang: Hepsera
• Kondisi: Hepatitis B
• Entecavir
• Merek dagang: Atevir, Baraclude
• Kondisi: Hepatitis B
• Lamivudine
• Merek dagang: 3 TC, 3 TC-HBV, Duviral, Hiviral, Lamivudine,
LMV, Telura, Tenolam-E
• Kondisi: Hepatitis B, HIV
Penghambat Neuraminidase
• Oseltamivir
• Merek dagang Oseltamivir: Oseltamivir,
Tamiflu
• Kondisi: Influenza tipe A dan B
• Zanamivir
• Merek dagang: Relenza
• Kondisi: Influenza tipe A dan B
Penghambat protease
• Darunavir
• Merek dagang: Preziesta
• Kondisi: HIV
• Lopinavir/ritonavir
• Merek dagang: Aluvia (tiap tablet mengandung lopinavir 133,3 mg
dan ritonavir 33,3 mg)
• Kondisi: HIV
• Simeprevir
• Merek dagang: Olysio
• Kondisi: Hepatitis C
Penghambat DNA polimerase
• Famciclovir
• Merek dagang: Famvir
• Kondisi: Herpes zoster
• Ganciclovir
• Merek dagang: Valcyte, Cymevene
• Kondisi: Cytomegalovirus retinitis
• Acyclovir
• Merek dagang Acyclovir: Acifar, Acifar Cream, Matrovir, Matrovir
400, Zovirax Tablet, Zovirax Tablet, Temiral
• Kondisi: Herpes simplex
Penghambat RNA
• Ribavirin
• Merek dagang: Copegus, Rebetol
• Kondisi: Hepatitis C
Direct acting
• Sofosbuvir
• Merek dagang: Harvoni, Myhep, Sobuvir,
Sofosvir, Sovaldi
• Kondisi: Hepatitis C
Anti Jamur
• Antijamur (atau dapat disebut juga antifungal)
adalah suatu golongan obat yang bersifat
fungisida atau fungistatik yang dapat digunakan
untuk mengobati dan mencegah mikosis seperti
kutu air, kurap, kandidiasis, infeksi sistemik
serius seperti meningitis kriptokokus, dan lain-
lain.
Obat-obat antifungi
A. Amfoterisin B
Amfoterisin B dibuat dari
Streptomyces nodosus yaitu berupa
antibiotika makrolid polien alamiah.
Mekanisme Kerja
Beberapa molekul polien berikatan dengan
ergosterol yang berada dalam membran sel
pada sel jamur untuk membentuk lubang
atau saluran yang melibatkan ikatan
hidrofobik antara segmen lipofilik
antibiotika polien dan grup sterol, shg hal
ini mengganggu fungsi membran yang
menyebabkan elektrolit dan molekul kecil
keluar dari sel sehingga menimbulkan
kematian sel.
Spektrum anti jamur
Obat ini efektif untuk kebanyakan jamur
seperti candida albicans, histoplasma
capsulatum, cryptococcus neoformans,
cocidioides immitis.
Farmakokinetik
Amfoterisin B diberikan secara Intra Vena.
Pemberian intratekal kadang dilakukan
untuk pengobatan meningitis yang
disebabkan oleh jamur yang sensitif
terhadap obat ini.
Efek Samping
Amfoterisin B mempunyai indeks
terapeutika yang rendah sehingga dosis
total harian tidak boleh melebihi 1,5
mg/kgBB.
Manifestasi toksik yang ditimbulkan :
a. Demam dan menggigil
Efek ini timbul jika pemberian scr IV.
Premedikasi dengan steroid atau antipiretik
dapat mencegah kejadian ini.
b. Gangguan Ginjal
Meskipun kadar obat yang rendah di
ekskresikan dalam urine, pasien dapat
mengalami gangguan fungsi ginjal
(menurunnya LFG dan f/ tubulus
bersihan kreatinin menurun dan terjadi
kehilangan kalium).
Fungsi ginjal akan kembali normal bila
obat dihentikan.
c. Hipotensi
Terjadi penurunan tekanan darah yang
berkaitan dengan adanya penurunan
kalium.
d. Anemia
Supresi produksi eritrosit reversibel
dapat terjadi yang menyebabkan anemia
normositik normokromik.
B. Flusitosin
Flusitosin adalah suatu antimetabolit
pirimidin sintetik yang digunakan hanya
dalam bentuk kombinasi dengan
amfoterisin untuk mengobati mikosis
sistemik dan meningitis yang disebabkan
oleh Criptococcus neoformans.
Mekanisme Kerja
Obat ini masuk ke dalam sel melalui enzim
permeasesitosin spesifik.
Kombinasi flusitosin dan amfoterisin B
bersifat sinergistik (dimana amfoterisin B
mempengaruhi permeabilitas sel sehingga
memudahkan flusitosin mempenetrasi sel)
Farmakokinetik
Flusitosin di absorpsi dengan baik pada pemberian
per oral dan di distribusikan ke seluruh cairan
tubuh dan penetrasinya baik ke dalam cairan
serebrospinalis (LCS)
Efek Samping
a. Toksisitas hematologi
Flusitosin menyebabkan
neutropenia, trombositopenia
reversibel
b. Gangguan hati
c. Gangguan saluran cerna :
Mual, muntah dan diare
C. Ketokonazol
Merupakan satu keluarga azol yang bermanfaat
dalam pengobatan mikosis sistemik.
Mekanisme Kerja
Ketokonazol berinteraksi dengan enzim P-450
sitokrom untuk menghambat demetilasi lanosterol
menjadi ergosterol yang merupakan sterol penting
untuk membran jamur. Penghambat ini akan
mengganggu f/ membran dan meningkatkan
permeabilitas.
Spektrum anti jamur
Ketokonazol lebih berguna untuk pengobatan
histoplasmosis dan juga efektif terhadap
koksidiomikosis non-meningeal dan blastomikosis.
Farmakokinetik
Ketokonazol hanya diberikan per oral.
Obat ini larut dalam asam lambung dan di absorpsi
melalui mukosa lambung.
Yang mengganggu penyerapannya adalah
makanan, antasida, simetidin dan rifampisin.
Sedangkan yang bersifat asam akan meningkatkan absorpsi obat ini.
Obat ini tidak menembus cairan serebrospinalis.
Ekskresinya terutama melalui empedu
Efek Samping
a. Gangguan saluran cerna
b. Efek endokrin
Gangguan ini disebabkan oleh penghambatan sintesis steroid
androgen dan adrenal oleh ketokonazol.
c. Gangguan f/ hati
Kontra Indikasi
Ketokonazol >< Amfoterisin B
Interaksi Obat
- Dengan cara menghambat sitokrom P-450,
ketokonazol dapat meningkatkan efek toksik
siklosporin, fenitoin dan antagonis antihistamin-H1,
terfenadin dan astemizol.
- Rifampisin ( suatu induser sistem sitokrom P-450 )
dapat memperpendek masa kerja ketokonazol dan
azol lainnya.
D. Flukonazol
Flukonazol secara klinik penting karena
efek samping endokrinnya yang kecil
dibandingkan ketokonazol dan penetrasinya
yang baik.
Mekanisme Kerja
Obat ini menghambat sintesis ergosterol
membran jamur seperti ketokonazol
Spektrum anti jamur
Obat ini merupakan pilihan untuk
criptococcus neoformans, untuk kandidema
dan koksidioidomikosis.
Flukonazol efektif pada pengobatan infeksi
kronik.
Resistensi
Gagalnya pengobatan pernah dilaporkan
pada penderita HIV
Farmakokinetik
Flukonazol dapat diberikan PO atau IV.
Absorpsinya baik dan tidak tergantung pada
keasaman lambung spt hal nya ketokonazol.
Obat ini di ekskresikan melalui ginjal
sehingga dosisnya harus diturunkan pada
penderita dgn gangguan f/ ginjal.
Efek Samping
Mual, muntah, dan kulit kemerahan
E. Itrakonazol
Itrakonazol mrpkn obat anti jamur keluarga azol
yang baru.
Itrakonazol skrg ini merupakan obat pilihan
untuk pengobatan blastomikosis.
Mekanisme Kerja
Sama seperti golongan azol lainnya
Farmakokinetik
Itrakonazol di absorbsi baik scr PO.
Obat ini berkaitan kuat dengan protein plasma dan
distribusinya baik melalui kebanyakan jaringan
tubuh termasuk tulang, sputum dan jaringan
adiposa.
Obat ini di metabolisme dalam hati tetapi tidak
menghambat sintesis androgen.
Efek Samping
Mual, muntah, kulit kemerahan,
hipokalemia, hipertensi, edema
dan sakit kepala.
Ringkasan obat-obat fungistatika azol
Inhibisi sintesis Efek inhibitori Tidak ada inhibisi Tidak ada inhibisi
sterol mamalia tergantung dosis
Obat-obat untuk Infeksi Mikotik Superfisial
A. Griseofulvin
Mekanisme kerja
Obat ini berinteraksi dengan mikrotubulus dalam
jamur yang merusak serat mitotik dan
menghambat mitosis.
Obat ini berakumulasi di daerah yang terinfeksi,
disintesis kembali dalam jaringan yang
mengandung keratin, sehingga menyebabkan
pertumbuhan jamur terganggu.
Spectrum anti jamur
Obat ini secara prinsip bersifat fungistatika.
Obat ini digunakan untuk pengobatan infeksi tinea
berat yang tidak memberikan respon terhadap
obat – obat anti jamur lainnya.
Farmakokinetik
Obat ini di absorbsi secara adekuat disaluran
cerna. Absorbsinya meningkat apabila disertai
makanan dengan lemak yang tinggi.
Fenobarbital dapat mempengaruhi absorbsi
griseofulvin.
Griseofulvin berdistribusi baik kejaringan
keratin yang terinfeksi dan akan berikatan.
Oleh karena itu obat ini cocok untuk
pengobatan infeksi dermatofitik.
Efek samping
Kadang dijumpai reaksi alergi dan sejumlah
efek samping lain seperti sakit kepala dan
mual.
B. Nistatin
Nistatin adalah suatu antibiotika polien
yang struktur, rumusan kimia, mekanisme
kerja dan resistensi mirip dengan
Amfoterisin B.
Penggunaannya terhadap kandida secara
topikal terbatas karena toksisitas
sistemiknya.
Obat ini tidak di absorbsi di saluran cerna
dan tdk pernah digunakan secara
parenteral.
Efek samping jarang ditemukan karena
absorbsinya yang jelek tetapi tetapi biasanya
menimbulkan efek mual dan muntah.