Anda di halaman 1dari 34

BAHAN ANTIMIKROBIAL

BAHAN ANTIMIKROBIAL:
–Bahan Antibakterial
–Bahan Antifungal
–Bahan Antiprotozoa
–Bahan Antihelmenthik
SEJARAH ANTIMIKROBIAL

• 1928 – Fleming menemukan


penicillin, dihasilkan oleh Penicillium.

• 1940 – Howard Florey dan Ernst


Chain menguji penicillin pada sampel
klinis
Pengertian…???

• Antibiotik
Berasal dari bahasa yunani: Anti (lawan),Bios
(hidup )
• Antibiotik adalah Suatu zat kimia yang dihasilkan
oleh bakteri ataupun jamur yang berkhasiat obat
apabila digunakan dalam dosis tertentu dan
berkhasiat mematikan atau menghambat
pertumbuhan kuman dan toksisitasnya tidak
berbahaya bagi manusia.
Bactericidal vs bacteriostatic
Penggolongan atas dasar mekanisme kerjanya
• Zat bakterisidal, pada dosis normal berkhasiat mematikan
kuman
1. Zat yang bekerja terhadap fase tumbuh, ex: penisilin dan
sefalosporin, polopeptida (polimiksin, basitrasin), rifampisin,
asam nalidiksat dan kuinolon.
2. Zat yang bekerja terhadap fase istirahat, ex: aminoglikosida,
nitrofurantoin, INH, kotrimoksazol.

• Zat bakteriostatik, pada dosis biasa terutama berkhasiat


menghentikan pertumbuhan dan perbanyakan kuman. Ex:
sulfonamida, kloramfenikol, tetrasiklin, makrolida, linkomisin.
Penggolongan berdasarkan luas aktivitasnya

• Antibiotika Narrow-Spektrum (aktivitas sempit)


Obat ini terutama aktif terhadap beberapa jenis kuman saja
Misal :
– Penisilin G dan Penisilin V, eritromisin, klindamisin, kanamisin hanya
bekerja terhadap kuman Gram –positif.
– Streptomisin, gentamisin, polimiksin-B, asam nalidiksat khusus aktif
terhadap kuman Gram-negatif.

• Antibiotika Broad Spektrum (aktivitas luas)


Bekerja terhadap lebih banyak kuman baik jenis kuman Gram-positif
maupun jenis kuman Gram-negatif.
Antara lain : Sulfonamida, ampisilin, sefalosporin, kloramfenikol,
tetrasiklin dan rifampisin
Mekanisme Kerja antimikrobial
1. Menghambat sintesis protein
2. Menghambat sintesis dinding sel
3. Merusak membran plasma
4. Menghambat sistesis asam nukleat
5. Menghambat sintesis metabolit essensial
Mekanisme Kerja antimikrobial
Mechanism of action Agent
Inhibition of synthesis and damage to cell penicillin, cephalosporins, monobactams,
wall, carbapenems, bacitracin, vancomycin.
Inhibition of synthesis or damage to the polymyxins
cytoplasmic membrane
Modification in synthesis or metabolism of Quinolones, rifampin
nucleic acids
Inhibition of protein synthesis aminoglycosides tetracyclines,
chloramphenicol, erythromycin,
clindamylines
Modification in energy metabolism Sulfonmides, trimethonprim
1. Menghambat Sintesis Protein

Figure 20.2
Menghambat sintesis protein mikroba

• Bakteri memiliki ribosom dengan 70s dan mamalia 80s


• Sub unit ribosom pada bakteri adalah 50s dan 30 s
• Tetrasiklin, berikatan dengan ribosom subunit 30s, menghambat
sintesis protein dengan memblokir penambahan aminoacyl-
tRNA dan mencegah pemasukan asam amino baru ke rantai
peptida
Resistensi terhadap tetrasiklin disebabkan oleh perubahan
permeabilitas dinding sel

• Klorampenikol, berikatan dengan subunit 50s , menghambat


ikatan asam amino baru pada rantai peptida yang memanjang
karena menghambat enzim peptidil transferase
Resistensi terjadi jika mikroorganisme menghasilkan
klorampenikol asetil transferase yang merusak aktivitas obat
• Aminoglikosida, terikat pada 30s,
1. Penambahan aminoglikan pada reseptor protein spesifik pada subunit
30s
2. Aminoglikosida memblokir aktivitas pembentukan peptida
(mRNA+formyl methionin+ tRNA)
3. Pesan mRNA salah dibaca sehingga asam amino yang salah dimasukkan
ke dalam peptida menghasilkan pembentukan protein non-fungsional
4. Penambahan aminoglikosida berakibat pemecahan polisom dan
pemisahannya ke dalam monosom yang tidak dapat mensintesis protein

Resistensi terhadap aminoglikosida terjadi karena:


– Resistensi kromosomal terhadap aminoglikosida karena tidak memiliki
reseptor spesifik pada ribosom subunit 30s
– Resistensi dibawa oleh plasmid terhadap aminoglikosida, tergantung
pada produksi adenilase, fosforilase atau enzim asetilase yang merusak
obat
– Gangguan permeabilitas, perubahan membran luar yang menurunkan
transport aktif aminoglikan ke dalam sel sehingga obat tidak dapat
mencapai ribosom
Metode hambatan sintesis protein

Figure 20.4
2. Menghambat Sintesis Dinding Sel

Figure 20.2
Menghambat sintesis dinding sel
– Dinding sel mempertahankan bentuk
mikroorganisme dan pelindung sel bakteri
– Dinding sel juga mempunyai tekanan osmotik
internal yang tinggi (5-20 atm)
– Dinding sel berisi peptidoglikan
– Trauma pada dinding sel atau penghambatan
pembentukannya dapat menyebabkan lisis pada sel
Antibiotik yang menghambat sintesis dinding sel
• Penicilin (Beta laktam)
• Sefalosporin (Beta laktam)
• Bacitracin
• Vankomicin
• Sikloserin
Reaksi Obat
Ikatan obat pada dinding sel bakteri penghambatan
reaksi transpeptidase sintesis Peptidoglikan dihentikan
kerusakan dinding sel/aktivasi enzim otolitik lisis
Penicillins

Figure 20.6
Antibacterial Antibiotics
Menghambat sintesis dinding sel: Cephalosporins

• Cephalosporins
– Generasi ke 2, 3,
dan 4 lebih efektif
terhadap Gram
negatif.

Figure 20.9
Antibacterial Antibiotics
Menghambat sintesis dinding sel: Polypeptides

• Antibiotik Polypeptida
– Bacitracin
• Aplikasi secara topikal
• Efektif terhadap Gram positif
• Vancomycin
• Glycopeptida
Antibacterial Antibiotics
Menghambat sintesis dinding sel : Anti-Mycobacterials

• Antimycobacterium antibiotics
– Isoniazid (INH)
• Menghambat sintesis mycolic acid
• Ethambutol
• Menghambat incorporation mycolic acid
3. Merusak Membran Plasma

Figure 20.2
Mengganggu fungsi membran sel
• Fungsi membran sel sebagai barrier permeabilitas, pembawa
transpor aktif, mengontrol komposisi internal sel
• Jika membran sel rusak, makromolekul dan ion akan keluar
dari sel
• Anti mikrobial yang mengganggu fungsi membran sel:
– Polimiksin pada bakteri
– Gol. Polien pada fungi bereaksi dengan sterol

• Reaksi Obat
Polimiksin reaksi dengan posfat merusak membran sel
komponen sel keluar protein, asam nukleat, nukleotida
Antibacterial Antibiotics
Merusak membran plasma: Polymyxin

• Polymyxin B
– Topikal
– Dikombinasikan dengan bacitracin dan neomycin dalam
preparasi.
Mekanisme Kerja antimikrobial
Menghanbat Sintesis Asam Nukleat

Figure 20.2
Menghambat sintesis asam nukleat
• Rifampin, menghambat sintesis RNA
polimerase
• Kuinolon, menghambat sintesis DNA dengan
memblokir helix DNA
• Trimetoprim, menghambat enzim reduktase
dihidrofolat (mereduksi dihidrofilik terhadap
asam tetrahidrofolat yang merupakan
rangkaian sintesis purin dan DNA
Antibacterial Antibiotics
Menghambat sintesis Asam Nukleat: Rifamycin, Quinolones and
fluoroquinolones

• Rifamycin
– Menghambat sistesis RNA oleh RNA polymerase
– Antituberculosis
• Quinolones and fluoroquinolones
– Ciprofloxacin
– menghambat DNA gyrase shg memblokir aktivitas DNA
polymerase
– Infeksi organ Urinary
Mekanisme Kerja Antimikrobial
menghambat sintesis Metabolit Essensial

Figure 20.2
Antibacterial Antibiotics
Menghambat sintesis metabolit essensial: Sulfonamides

– Sulfonamides (Sulfa drugs)


• Menghambat sintesis folic acid
• Broad spectrum

Figure 5.7
Menghambat pertumbuhan oleh analog /
mengganggu metabolisme sel bakteri
– Bakteri memerlukan para-aminobenzoat (PABA)
untuk sintesis asam folat yang diperlukan dalam
sintesis purin
– Sulfonamid, memiliki struktur seperti PABA yang
akan bersaing dengan PABA pada sasaran enzim yang
aktif membentuk asam folat analog yang tidak
fungsionil sehingga bakteri tidak bisa tumbuh
PEMILIHAN ANTIBIOTIKA
• Tidak bersifat toxic
• Spektrum antibiotika
– Spektrum luas
– Spektrum sempit
• Sensitivitas
• Resistensi
Toksisitas
• Reaksi toksik berkaitan dengan dosis yang diberikan
• Reaksi toksik yang tidak berkaitan dengan dosis yang digunakan, a.l:
- Alergi,
- Degenerasi sistem organ

• Ekskresi yang dimodifikasi karena faktor genetik


• Defisiensi metabolisme obat
• Penggunaan obat lain bersama AB.

Misalnya:
• Pada insufisiensi ginjal atau hati perlu diadakan perubahan dosis untuk
mencegah reaksi toksik karena dosis berlebihan
• Kloramfenikol bersama barbital, tolbutamid terjadi kompetisi untuk
konjugasi di hati
KEGAGALAN TERAPI

• Salah pilih antibiotik


• Dosis keliru
• Rute pemberian tidak memadai
• Jangka waktu pemberian tdk cukup
• Gagal mengenal kejadian toksik
• Kepatuhan pasien pada dosis tdk tercapai

Anda mungkin juga menyukai