• Menegakkan hukum secara adil dan konsisten sesuai dengan peraturan perundang-undangan dan no
• Penambahan/rekruitmen pegawai sesuai dengan kualifikasi tingkat kebutuhan, baik dari segi
• Adanya penjabaran rumusan perundang-undangan yang jelas, sehingga tidak menyebabkan kekabu
ran atau perbedaan persepsi diantara para penegak hukum dalam menangani kasus korupsi.
Lanjutan
• Semua elemen (aparatur negara, masyarakat, akademisi, wartawan) harus memiliki keberanian
• Melakukan pembinaan mental dan moral manusia melalui khotbah-khotbah, ceramah atau
• penyuluhan di bidang keagamaan, etika dan hukum. Karena bagaimanapun juga baiknya suatu
• sistem, jika memang individu-individu di dalamnya tidak dijiwai oleh nilai-nilai kejujuran dan harkat
kemanusiaan, niscaya sistem tersebut akan dapat disalahgunakan, diselewengkan atau dikorupsi
CARA PEMBERANTASAN KORUPSI
Presiden melalui inpres no 5 tahun 2004 tentang percepatan pemberantasan
korupsi menyatakan langkah-langkah efektif dalam memberantas korupsi adalah
sebagai :
Akuntabilitas Kewajaran
PRINSIP-
PRINSIP
ANTI-
KORUPSI
Kontrol
Aturan Main
Aturan Main
Akuntabilitas
• Akuntabilitas mengacu pada kesesuaian antara
aturan dan pelaksanaan kerja
• Semua lembaga mempertanggung jawabkan ki
nerjanya sesuai aturan main baik dalam bentuk
konvensi (de facto) maupun konstitusi (de jur
e), baik pada level budaya (individu dengan in
dividu) maupun pada level lembaga.
Bagaimana mengukur Akuntabilitas ?
1. Akuntabilitas harus dapat diukur dan dipert
anggungjawabkan melalui mekanisme pela
poran dan pertanggungjawaban atas pelaks
anaan semua kegiatan.
2. Evaluasi atas kinerja administrasi, proses
pelaksanaan, dampak dan manfaat yang d
iperoleh masyarakat baik secara langsung
maupun manfaat jangka panjang dari sebu
ah kegiatan.
Transparansi
Transparansi : prinsip yang mengharuskan semua proses kebijak
an dilakukan secara terbuka, sehingga segala bentuk penyimpa
ngan dapat diketahui oleh publik.
Transparansi menjadi pintu masuk sekaligus kontrol bagi seluru
h proses dinamika struktural kelembagaan.
Dalam bentuk yang paling sederhana, transparansi mengacu pa
da keterbukaan dan kejujuran untuk saling menjunjung tinggi k
epercayaan (trust).
Perlunya Keterlibatan Masyarakat
Dalam Proses Transparansi:
Proses penganggaran yang bersifat bottom up,
mulai dari perencanaan, implementasi, laporan p
ertanggungjawaban dan penilaian (evaluasi) terh
adap kinerja anggaran.
Laporan Pertanggungjawaban
Out Put
(Teknisi Fisik dan Administrasi)
Fairness
Isi Pembuat
Kebijakan Anti-korupsi
Kultur Pelaksana
Kebijakan Anti-Korupsi
4 Aspek Kebijakan ….
Isi kebijakan:
Kebijakan anti-korupsi akan efektif apabila di dalamnya terkandung unsur-unsur ya
ng terkait dengan persoalan korupsi.
Pembuat kebijakan:
Kualitas isi kebijakan tergantung pada kualitas dan integritas pembuatnya.
Pelaksana kebijakan:
Kebijakan yang telah dibuat dapat berfungsi apabila didukung oleh aktor-aktor pen
egak kebijakan; yaitu kepolisian, kejaksaan, pengadilan, pengacara, dan lembaga p
emasyarakatan.
Kultur kebijakan:
Eksistensi sebuah kebijakan terkait dengan nilai-nilai, pemahaman, sikap, persepsi,
dan kesadaran masyarakat terhadap hukum atau undang-undang anti korupsi. Lebi
h jauh kultur kebijakan ini akan menentukan tingkat partisipasi masyarakat dalam p
emberantasan korupsi.
Kontrol Kebijakan
Kontrol Kebijakan
Kontrol kebijakan merupakan upaya
agar kebijakan
yang dibuat betul-betul efektif dan
mengeliminasi
semua bentuk korupsi.
Model Kontrol Kebijakan
Partisipasi Oposisi
KEBIJAKAN
Revolusi
Model Kontrol Kebijakan
Partisipasi:
Melakukan kontrol terhadap kebijakan dengan ikut serta dal
am penyusunan dan pelaksanaannya.
Oposisi:
Mengontrol dengan menawarkan alternatif kebijakan baru y
ang dianggap lebih layak.
Revolusi;
Mengontrol dengan mengganti kebijakan yang dianggap tid
ak sesuai.
Perbedaan kontrol terhadap kebijakan tergantung pada
sistem yang terbangun. Dalam sistem demokrasi yan
g sudah mapan (established), kontrol kebijakan terse
but dapat dilakukan melalui partisipasi dan oposisi.
Prinsip-Prinsip Dasar Untuk
Memberantas Korupsi
1. Standar etika pelayanan publik harus jelas.
2. Standar etika ini harus tercermin dalam kerangka hukum.
3. Harus tersedia pedoman etika bagi pegawai negeri.
4. Pegawai negri harus tahu hak dan kewajiban ketika dihadapkan pada prilaku tercela.
5. Dukungan kemauan politik pada etika dapat memperkuat prilaku etis pada pegawai negri.
6. Proses pengambilan keputusan harus transparan dan terbuka untuk diuji.
7. Harus ada pedoman yang jelas untuk interaksi sektor publik dengan sektor swasta.
8. Pimpinan harus memberikan teladan dan mendorong prilaku beretika.
9. Kebijakan pengelolaan, prilaku prosedur dan praktik prilaku beretika harus mendorong prilaku
beretika itu sendiri.
10. Persyaratan kerja pelayanan publik dan pengelolaan sumber daya manusia harus dapat mend
orong prilaku beretika.
11. Harus ada mekanisme pertanggungan gugat yang memadai dalam pelayanan publik.
12. Harus ada prosedur dan sanksi yang tepat untuk menghadapi perilaku tercela.
SOAL