Disampaikan oleh:
APRILIA HARDIATI B261180058
SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2020
PENDAHULUAN
• Brucella tidak memiliki faktor virulensi klasik bakteri seperti exotoxins, cytolysins, kapsul,
fimbriae, plasmid, fag lisogenik, variasi antigenik, atau endotoksik lipopolysaccharide (Moreno
dan Moriyón, 2002).
• Brucella telah mengembangkan strategi tersembunyi untuk menghindari keberadaannya
sehingga tidak dikenalli dikenali dan berhasil menginfeksi host.
• Brucella menghindari respon imun bawaan yang kuat, menghalangi aksi langsung dari zat
bakterisida, tahan kehancuran oleh fagosit profesional dan menjaga sel hospes tetap hidup untuk
membuat infeksi jangka panjang.
• Faktor virulen terkait adhesi: Heat shock protein 60 (Hsp60) protein di permukaan Brucella
abortus untuk mengikat makrofag dan sel M usus.
• Faktor virulen terkait invasi: Protein SP41 (UgpB) homolog dengan glycerol-3 phosphatebinding
protein transporter ABC berinteraksi dengan residu asam sialat seluler, memfasilitasi invasi
hospes.
PENDAHULUAN
• Faktor virulensi survival: sistem sekresi tipe empat (T4SS) faktor virulensi kunci
Brucella untuk kelangsungan hidup intraseluler
• Mekanisme virulensi tambahan yang digunakan oleh Brucella untuk bertahan
hidup secara intraseluler adalah senyawa periplasmik siklik B-1,2 glukan, yang
mengganggu pematangan vakuola sel yang mengandung Brucella dengan
mengganggu jaringan lipid kaya kolesterol pada membran fagosom dan
mencegah fusi fagosom-lisosom.
• Sebagian besar faktor virulensi ini ditandai secara individual tanpa
mempertimbangkan secara temporal dan koordinasi yang diekspresikan atau
dikeluarkan selama proses infeksi.
PENDAHULUAN
Tujuan penelitian:
1) Mendeskripsikan pendekatan integratif eksperimen dan komputasi untuk menganalisis
profil transkripsional temporal in vivo dari B. melitensis selama 4 jam pertama interaksi
dengan host yang rentan secara alami, menggunakan model infeksi jejuno-ileal pedet.
2) Melakukan analisis tingkat sistem dengan menerapkan analisis diferensial statistik
tradisional untuk menentukan signifikansi ekspresi gen B. melitensis dan analisis
pathway dan gen ontologi (GO) yang menggunakan teknik Bayesian network dinamis
(DBN) untuk mengidentifikasi tren gangguan/perturbations dari waktu ke waktu.
METODE
1. Model Infeksi
4 pedet
Inokulasi intraluminal
3 ml suspensi B. melitensis (1 × 109 CFU of B. melitensis 16M/ml) total of 3 ×
109 CFU)
log fase pertumbuhan akhir di medium F12K (ATCC R) + 10% heat-inactivated
fetal bovine serum (HI-FBS)
5 segmen jejunum-ileum
15 menit, 30 menit, 1 jam, 2 jam, 4 jam
6-10 mm
Eutanasi pedet
Intravenous
bolus sodium pentobarbital
METODE
2. Isolasi RNA, Labeling dan Hibridisasi
10 μg @sampel
direverse transkriptase semalam menjadi amino-allyl cDNA menggunakan 1.5 ug B. melitensis
genomic directed primers (BmGDPs) berlabel Cy3
dicampur dengan 0.5 ug Cy5 berlabel B. melitensis gDNA
• Slides kering discan were scanned: commercial laser scanner, saturasi persentase
piksel 0.03%.
• Dilakukan normalisasi terhadap kontrol internal.
• Ekspresi gen B. melitensis terkait-jaringan pada setiap titik waktu (0,25-4 jam)
dibandingkan dengan ekspresi gen inokulum (yaitu, kultur B. melitensis yang
ditanam secara in vitro pada fase log pertumbuhan akhir, dikultur dalam Media
F12K dengan 10% HI-FBS; n = 4).
• Gen yang diekspresikan secara signifikan ditentukan dengan uji-z (p <0,025).
METODE
Representasi grafis dari gen B. melitensis yang diekspresikan secara berbeda-beda (DE)
selama percobaan. Batang biru mewakili gen yang diaktifkan; batang merah muda mewakili
gen yang ditekan. Untuk analisis diferensial, ekspresi gen loop terinfeksi in vivo dibandingkan
dengan inokulum fase log pertumbuhan in vitro sebagai kontrol.
HASIL
• 1.740 gen (55% dari genom B. melitensis) markedly perturbed (sangat terganggu) pada arah
yang sama dalam 4 dari 5 titik waktu.
925 (53%) gen yang diaktifkan
815 (47%) yang ditekan, dibandingkan dengan kultur in vitro
• Gen-gen ini dianggap sebagai kelompok gen inti yang terkait dengan perubahan adaptif B.
melitensis selama infeksi awal bovine Peyer’s patch.
• Kelompok gen inti yang diaktifkan sebagian besar terletak di kromosom I (>1.174 gen
berbeda: 752 up-regulated dan 422 down-regulated).
Kromosom I mengkodekan sebagian besar metabolisme inti transkripsi, translasi dan sintesis
protein.
• Kelompok gen yang ditekan sebagian besar terletak di kromosom II (566 gen berbeda: 173
up-regulated dan 393 down-regulated).
Kromosom II terlibat di jalur untuk pemanfaatan substrat spesifik (transportasi membran, metabolisme
energi, regulasi).
HASIL
• Dalam 15-30 menit setelah paparan in vivo, B. melitensis adhesi dan penetrasi
menembus mukosa usus melalui Peyer’s patch dan menyebar dengan cepat melalui
sirkulasi sistemik.
• Ekspresi tahap awal gen hospes yaitu gen Syndecan 2, Integrin alpha L dan Integrin
beta 2 bertepatan dengan adhesi awal Brucella yang digabungkan dengan
represi/penekanan simultan dari dua jalur pertahanan usus (Tight Junction dan
Trefoil Factor Initiated Mucosal Healing) sehingga fungsi pertahanan epitel mukosa
tidak berfungsi/hancur dan memfasilitasi migrasi transepitel Brucella.
• Pathway dan kelompok Gene Ontology terdiri dari set gen yang dapat diaktifkan
atau ditekan dari waktu ke waktu. Metode penilaian Bayesian menghitung
kemungkinan log-likelihood data in vivo dan mengukur goodness-of-fit model
terhadap data kontrol (data inokulum in vitro).
PEMBAHASAN
PEMBAHASAN
• Jalur Brucella lain yang terlibat dalam virulensi tersebut sebagai "transporter ABC"
dan "sistem T4SS" terus menerus ditekan, ini adalah strategi membungkam untuk
menghindari stimulasi respon imun innate hospes pada proses awal infeksi.
• Gen yang sangat direpresi terkait dengan represi transporter ABC yaitu BMEII0196, BMDII0861,
PBMII0120, BMEI1138, proW, ybbP, pstB, potB, afuB, rbsC dll.
• Represi sistem T4SS diinduksi oleh gen yang direpres yaitu virB4, virB5, virB6, dan virB9. Sesuai
dengan hasil eksperimental in vivo penelitian ini, ekspresi gen dari operon virB ditekan seperti
yang dikonfirmasi oleh qRT-PCR.
• Penelitian in vitro telah menunjukkan bahwa T4SS tidak diperlukan untuk invasi seluler, dan
ekspresinya dimulai 15 menit setelah fagositosis dan maksimal pada 5 jam p.i. (Sieira et al.,
2004) dan telah terbukti sangat diperlukan untuk kelangsungan hidup intraseluler Brucella.
• Analisis PPI menunjukkan identifikasi gen virB yang mengkode protein T4SS memiliki interaksi yang
memungkinkan dengan sejumlah gen dalam jalur respon imun hospes (Tabel 2 dan Tabel S8).
• Sebagai contoh, gen virB11 yang terganggu secara signifikan memiliki prediksi pengikatan domain
protein tinggi dengan korelasi negatif dengan ekspresi gen hospes/protein PIK3R2.
PIK3R2 adalah protein pengatur utama dalam beberapa jalur utama termasuk pensinyalan
mTOR, reseptor sel-B dan sel B, adhesi sel yang dimediasi Integrin, regulasi sitoskeleton aktin,
apoptosis, dan TLR.
• Gen hospes PIK3R2 tetap diaktifkan untuk semua titik waktu p.i.
• VirB11 juga memiliki prediksi ikatan domain protein yang kuat dengan korelasi negatif dengan gen
hospes MAPK8IP1 / 2 dari jalur pensinyalan MAPK. Gen hospes MAPK8IP1 / 2 sangat ditekan 15 menit
p.i. dan setelah itu diekspresikan secara tidak signifikan.
• MAPK8IP1 / 2, faktor transkripsi JUND dan faktor inti sel-T yang diaktifkan, sitoplasmik 3, NFATC2
keduanya sangat ditekan.
PEMBAHASAN
• Gen FlgA flagel juga memiliki kemiripan urutan pengikatan yang kuat dan korelasi ekspresi
gen positif dengan gen CASP2 host, dan memiliki korelasi terbalik (negatif) dengan host
gen CASP3 yang diaktivasi.
• CASP2 yang diekspresikan dengan rendah hanya terkait dengan jalur pensinyalan MAPK
yang sangat terganggu, sementara
• CASP3 memiliki beberapa asosiasi jalur yang meliputi: Apoptosis, Pensinyalan Epitel, Sel
Killer Alami, dan Pensinyalan MAPK.
• Gen flagel ketiga fliG-2 memiliki kesamaan urutan pengikatan yang kuat dengan gen
MAP4K1 host .
• MAP4K1 yang sangat aktif dikaitkan dengan hanya jalur pensinyalan MAPK host. Interaksi
tersebut dapat menjadi kandidat virulensi baru yang memfasilitasi menghindari respon imun
inang.
PEMBAHASAN
• Sel inang mengidentifikasi motif pola molekuler yang terkait dengan patogen spesifik
(PAMP) yang terdapat dalam bakteri dengan reseptor pengenal pola (PRR), seperti TLR.
Reseptor ini adalah kunci untuk membangun jaringan penting antara sistem kekebalan
tubuh innate dan adaptif.
• TLR5 adalah reseptor seluler untuk flagelin ekstraseluler, protein struktural utama flagela
Gram-negatif. Pengikatan flagelin ke domain ekstraseluler TLR5 dengan cepat
menginduksi kaskade sinyal yang berujung pada produksi mediator proinflamasi seperti
sitokin, kemokin, dan molekul costimulatory (Honko dan Mizel, 2005).
• Oleh karena itu, tidak adanya alat flagel selama kehidupan ekstraseluler sementara di
dalam host menunjukkan strategi Brucella adalah untuk menghindari memicu respon
imun host dan inisiasi mekanisme persistensi Brucella (Terwagne et al., 2013).
• Namun, analisis kami sebelumnya menunjukkan bahwa jalur TLR5 diaktifkan di Peyer’s
patch sapi yang terinfeksi B. melitensis selama jam pertama p.i. (Rossetti et al., 2013), yang
mungkin telah dikaitkan dengan sisa-sisa flagela dalam media kultur in-vitro yang
diinokulasi secara intraluminal.
PEMBAHASAN
• Analisis lebih rinci dari jalur ini menunjukkan bahwa TLR5 sangat menekan
beberapa gen PIK3C2B, PIK3R4, STAT1, AKT3, RAC3, IL6, dan TICAM3. Ini
mungkin menunjukkan bahwa patogen memanipulasi proses pensinyalan
penting oleh beberapa mekanisme lain.
• Analisis PPI menunjukkan bahwa gen virB berinteraksi dengan STAT1,
PIK3C2B, dan IL6 untuk menghindari respons TLR5 terhadap stimulasi
flagelin dan mencegah host untuk meningkatkan respons imun yang
efektif.
KESIMPULAN