DOSEN PENGAMPUH :
1. YULIANA BHARA MBERU, ST. MT
2. DONATUS ARA KIAN, ST. MT
3. IR. ROBERTUS RAYAWULAN, MT
APRIANUS PASKALIS
MAU
221 17 012
KABUPATEN MALAKA
KABUPATEN MALAKA : merupakan salah satu kabupaten di
provinsi nusa tenggara timur, indonesi. Malaka merupakan hasil
perkemaran dari kabupaten belu, yang di sahkan dalam siding
paripurna DPR RI pada 14 desember 2012 di gedung DPR RI,
tentang rancangan UUD daerah otonomi baru (DOB).Kabupaten
malaka berbastasan langsung dengan timior leste.
Kabupaten malaka terdiri dari 12 kecematan.
PETA KABUPATEN
MALAKA
BATASAN – BATASA KAB
MALAKA
Utara Kabupaten Belu
1. Dasi atau golongan bangsawan yang menempati lapisan terpusat dan dari kelompok inilah terpilih Loro / Liurai / Na'I yang akan memangku jabatan kepemerintahan
secara turun temurun.
2. Renu yang tidak lain adalah rakyat jelata yang merdeka
3. Ata atau klason yang merupakan golongan hamba sahaya. Mereka yang masuk dalam golongan ini biasanya merupakan tawanan perang yang dijadikan budak
untuk melayani kebutuhan masyarakat golongan renu atau golongan dasi. Perdagangan budak belian ini sempat menjadi komoditi pada tahun 1892 (pada daerah Jenilu -
Atapupu) sampai pada akhirnya di awal abad 20-an Pemerintah Belanda mengeluarkann "Pax Nederlandica" sehingga perdagangan budak dihapus.
Pembagian masyarakat Malaka sendiri ditinjau dari segi ekonomis terdiri dari klasifikasi "orang berpunya/the haves" (Ema Mak Soin) dan kelompok "orang miskin/the
haves not" (Ema Kmukit). Ukuran untuk menentukan dua macam kelas ini tergantung pada pendapatan yang ia peroleh dan cara atau pola hidupnya setiap hari.
Dari sudut politik pemerintahan nasional, kita mengetahui bahwa penggolongan masyarakat Jawa atas tiga golongan / tiga kelompok besar yang saling melengkapi
satu dengan yang lain. Dalam keterkaitannya dengan struktur masyarakat Malaka maka kita mengenal beberapa kelompok/golongan masyarakat yang terdiri dari :
• Pertama adalah kelompok teratas atau kelompok raja (Nain Oan) masuk kelompok priyayi.
• Kelompok lain adalah kelompok masyarakat bawah (Hutun Renu) atau marjinal dan orang kecil.
• Antara dua kelompok itu ada kelompok penengah atau disebut Fukun dato.
Keterkaitan antara ketiga kelompok utama tersebut terwujud dalam realisasi program dan kerja nyata. Dalam hal ini, kelompok Raja berperan mengawasi
pelaksanaan pembangunan dan membuat putusan pemerintahan. Kelompok Hutun Renu sebagai mediator antara kedua kelompok tersebut. Perlu dicatat di sini bahwa
dalam proses pengambilan keputusan (fui mutu lian-fui mutu ibun) secara adat dengan korban bakaran.
Perlu ditambahkan disini bahwa dalam jajaran dan tataran kelompok penurutan raja atau kerabatan horizontal yang dinamakan "klaken soman" ada juga kelompok
vertikal yang disebut "Tohu Larus Hudi Oan". Dalam catatan sejarah lokal, menuturkan bahwa di kerajaan Wewiku - Wehali ada 4 dato yang sangat berperan dalam
fungsinya sebagai mediator yaitu, Dato Leki Nahak Tamiru Usi Hawai Lerek (penguasa daerah pesisir laut) atau yang disebut Meti Ktuik. Dato Klisuk Rai dan Klisuk Lor
yang menguasai daerah enclave laut (hasan). Sedangkan Dato Mota menguasai daerah pesisir kali Benenai (Mota Ninin Hare Ninin). Sehingga sesekali dalam kurun waktu
tertentu seorang Dato wajib membawahi upeti kepada rajanya.
RENCANA TERBENTUKNYA KABUPATEN MALAKA
Tulisan berikut ini mencoba memberikan gambaran yang obyektif dan sesunggunhnya tentang proses dan tahapan yuridis dari terbentuknya
suatu Daerah Otonom sehingga ada pencerahan bagi masyarakat Malaka khususnya. Selain itu juga akan dikemukakan prospek dari
terbentuknya suatu Daerah Otonom baru disebut dengan “Kabupaten Malaka”.
Semua elemen dalam masyarakat dapat memahami, menyiapkan diri dan merencanakan bentuk-bentuk partisipasi apa saja yang dapat ia
sumbangkan demi memajukan Daerah Otonomi baru tersebut jika pada saatnya terbentuk secara defenitif. Dengan demikian, isu negatif bahwa
ide memekarkan suatu wilayah hanya semata-mata untuk mengakomodir kepentingan elit-elit politik dan aparat birokrasi dapat dimengerti
sebagai suatu isu destruktif yang sebetulnya tidak memiliki kebenaran secara keseluruhan.
Pertanyaan makro yang dapat dianalisis berikut ini adalah untuk apa dan mengapa suatu daerah perlu dimekarkan sebagai suatu Daerah
Otonomi? Refleksi ini lebih difokuskan pada pemekaran Kabupaten Belu agar ada pemahaman yang ideal tentang pemekaran suatu daerah.
Sesuai amanat yuridis-formal, pembentukan suatu Daerah Otonom baru dimaksudkan untuk mendekatkan pelayanan kepada masyarakat,
mengoptimalkan berbagai potensi wilayah dan memperpendek Rentang Kendali Birokrasi yang memiliki fungsi memerintah dan yang melayani.
Berbagai maksud diatas bertujuan akhir agar rakyat dapat menjadi sejahtera setidaknya ada pemenuhan kebutuhan dasar (Basic Need) bagi
kelompok masyarakat kelas menengah dan kelas bawah. Paradigma ini diimplementasikan oleh semua “Stakeholder” berbasiskan pada pusat-
pusat kekuasaan yang dibentuk dalam Negara Kesatuan yang berbentuk Republik yaitu Pemerintah Daerah (Birokrasi dan DPRD) bersama
semua elemen dan civil society seperti Perguruyan Tinggi, LSM, Parpol dan Lembaga Pers.
Dalam tataran ini, terbentuknya Daerah Otonom baru “Kabupaten Malaka” diharapkan tidak saja memenuhi kebutuhan elit birokrasi karena
adanya posisi-posisi strategis dalam pemerintahan dan lembaga perwakilan rakyat yang juga dianggap “berwibawa” dan “terhormat” tetapi juga
daerah otonom baru tersebut harus dipersiapkan dan didorong untuk optimalisasi potensi wilayah seperti sector peternakan, pertanian, industri
kecil dan pengembangan pendidikan yang berbasiskan sekolah-sekolah kejuruan. Sebagai wilayah yang berbatasan langsung dengan Negara
Timor Leste, Kabupaten Malaka dapat direncanakan sebagai daerah “Transit” yang menghubungkan mobilisasi barang dan manusia dari Timor
Leste ke Kupang dan wilayah-wilayah lain di NTT.
Konsekwensi logisnya adalah adanya infrastruktur yang memadai dan industri-industri jasa yang sesuai kebutuhan. Momentum inilah
sebetulnya yang diharapkan dapat memberi kontribusi yang realistis bagi masyarakat pada umumnya karena terbukanya lapangan kerja baru dan
adanya daya beli yang signifikan atas hasil-hasil produksi yang melibatkan warga kedua negara di kawasan perbatasan.
WILAYAH MALAKA