Anda di halaman 1dari 8

TUGAS ARSITEKTUR KOTA

DOSEN PENGAMPUH :
1. YULIANA BHARA MBERU, ST. MT
2. DONATUS ARA KIAN, ST. MT
3. IR. ROBERTUS RAYAWULAN, MT

APRIANUS PASKALIS
MAU
221 17 012
KABUPATEN MALAKA
KABUPATEN MALAKA : merupakan salah satu kabupaten di
provinsi nusa tenggara timur, indonesi. Malaka merupakan hasil
perkemaran dari kabupaten belu, yang di sahkan dalam siding
paripurna DPR RI pada 14 desember 2012 di gedung DPR RI,
tentang rancangan UUD daerah otonomi baru (DOB).Kabupaten
malaka berbastasan langsung dengan timior leste.
Kabupaten malaka terdiri dari 12 kecematan.

PETA KABUPATEN
MALAKA
BATASAN – BATASA KAB
MALAKA
Utara Kabupaten Belu

Kabupaten Covalima (Timor Leste) dan Laut


Timur Timor
Geografi
Secara geografis, Kabupaten Malaka terletak pada 9°18'7.19"- Selatan Laut Timor
9°47'26.68" Lintang Selatan dan 124°38'32.17" - 125°5'21.38" Bujur
Timur. Wilayahnya berbatasan langsung dengan Timor Leste. Kabupaten Timor Tengah Utara dan Kabupaten
Barat
Kabupaten Malaka berjarak sekira 232 Km dari Kota Kupang ke arah Timor Tengah Selatan
barat.
Kota Betun Kota Betun merupakan tempat pusat perbelanjaan bagi
Betun adalah ibu kota Kabupaten Malaka, Nusa Tenggara masyarakat kabupaten malaka
Timur, Indonesia. Selain Kota Atambua, kota Betun juga merupakan
salah satu tempat penampungan para pengungsi dari Timor Leste, yang
mengungsi karena konflik antar-negara Indonesia dan Timor Leste pada
tahun 1999-2006.
Kota Betun adalah kota kecil yang terletak di Timor Barat. Kota ini
diresmikan sebagai ibu kota Kabupaten Malaka sejak Kab. Malaka
diresmikan.

Lapangan umum kota


betun
KABUPATEN MALAKA MEMILIKI BANYAK WISATA
SEPERTI :
Wisata Alam Sedikitnya ada 8 pantai yang ditetapkan oleh
pemerintah kabupaten Malaka sebagai destinasi wisata unggulan
yaitu Pantai Motadikin, Wemasa, Lo'odik, Ramehek, Taberek, Pantai
Komu, Kletek dan Pantai Abunenok. Selain itu juga terdapat wisata
alam lainnnya seperti Danau Mantasi, Danau Nanebot, Gua Maria,
Gua Kelelawar, Mata Air Weliman, Mata Air Wematan Maromak Oan
Laran, Bendung Sungai Benanain, serta penangkaran rusa.
PANTAI LO,ODIK
Cagar Alam Maubesi PANTAI MOTADIKIN
Merupakan sebuah cagar alam hutan bakau yang berada di
pesisir Kecamatan Kobalima hingga Kecamatan Malaka Tengah. Kawasan
Wisata Budaya
seluas sekitar 1.830 hektar ini memiliki ragam flora dan fauna teruma khas
pesisir dan lahan basah. Selain tanaman bakau juga terdapat tanaman Banyak ragam upacara adat yang dilaksanakan oleh masyarakat Kabupaten
teruntun, api-api, paku laut, kesambi dan lainnya. Faunanya antara Malaka yang sebagian besar berasal dari Suku Tetun. Salah satunya
adalah Hamis Batar no Hatama Mamaik yang merupakan upacara adat
lain Kuntul, Monyet kra, Ayam hutan, Elang laut, berbagai
sebagai tanda syukur dimulainya musim panen jagung. Selain itu rumah
jenis penyu hingga Buaya muara
serta perkampungan adat khas juga masih bisa dapat dijumpai, diantaranya
perkampungan adat Tuaninu Taisuni, Wekumu dan rumah adat Loro Dirma
di Kecamatan Malaka Timur, serta perkampungan adar Kamanasa
di Kecamatan Malaka Tengah.
A. SEJARAH KABUPATEN MALAKA
Ditinjau dari segi Budaya dan Antropologis, penduduk Malaka dalam susunan masyarakatnya terbagi atas 2 sub etnik yang besar
yaitu : Ema Tetun dan Ema Dawan ”R”. Kedua sub etnik mendiami lokasi - lokasi dengan karerkteristik tertentu dengan kekhasan penduduk
bermayoritas penganut agama Kristen Katolik. Masing - masing etnik tersebut mempunyai bahasa dan praktek budaya yang saling berbeda
satu sama lain dan kesamaan dilain segi. Kendati demikian masyarakat Malaka dapat dengan mudah hidup rukun dikarenakan aspek
kesamaan-kesamaan spesifik. Mata Pencaharian utama adalah bertani yang masih dikerjakan secara ekstensif tradisional.
Dari aspek ekologis, kondisi tanah Malaka sangat subur karena selain memiliki lapisan tanah jenis berpasir dan hitam juga
dikondisikan dengan curah hujan yang relative merata sepanjang tahun. Daerah Malaka yang subur tersebut membuatnya potensial untuk
dikembangkan menjadi daerah peternakan dan pertanian. Sub sektor perikanan dengan kawasan pantai yang membentang dari Malaka bagian
selatan sampai utara turut mempengaruhi pemerataan pekerjaan dan pendapatan. Selain itu dari sub sektor kehutanan kontribusi yang
diperoleh juga signifikan dengan beberapa jenis pohon produktif seperti cendana, eukaliptus, kayu merah dan jati. Dari sektor dan sub sektor
lainnya seperti perdagangan dan jasa, industri dan lainnya juga memberikan kontribusi yang signifikan terhadap pembentukan PDRB dan
peningkatan PAD.
B. SEHJARAH SINGKAT TENTANG ORANG MALAKA
Sesuai berbagai penelitian dan cerita sejarah daerah Malaka, bahwa sebelum orang Malaka menghuni Bahwa para pendatang dari Malaka itu bergelar raja atau
Daerah Malaka maka sebelumnya ada sebuah suku yang terlebih dahulu mendiami wilayah Kab. Belu loro dan memiliki wilayah kekuasaan yang jelas dengan
Umumnya adalah "Suku Melus". Orang Melus di kenal dengan sebutan "Emafatuk oan ai oan", (manusia persekutuan yang akrab dan
penghuni batu dan kayu). Tipe manusia Melus adalah berpostur kuat, kekar orangnya dan bertubuh pendek. masyarakatnya. Kedatangan mereka ke tanah Malaka
Selain suku melus yang menghuni daerah tersebut, berdasarkan sebuah sumber terpercaya yang penulis hanya untuk menjalin hubungan dagang antar daerah di
ketahui bahwa Orang Malaka sebenarnya berasal dari "Sina Mutin Malaka" yang datang dari Negara Cina bidang kayu cendana dan hubungan etnis keagamaan
atau Thailand yang berlayar menuju Timor melalui Larantuka dan mendiami daerah Belu umumnya. Namun yang mana kekuasaan Tanah Malaka pada saat itu
berjalannya waktu terjadilah kawin campur antara orang asli Suku Melus dengan Pendatang Sina Mutin dipimpinan atau dipegang oleh "Liurai Nain” di Malaka.
Malaka hingga menyebar ke wilayah selatan Kab. Belu yang sekarang mendiami wilayah Malaka, namun perlu Bahakan menurut para peneliti asing ”Liurai Nain”
diketahui bahwa disisi lain terdapat berbagai versi cerita. Kendati Demikian, intinya bahwa, ada kesamaan kekuasaaannya juga merambah sampai sebahagian
universal yang dapat ditarik dari semua informasi dan data. daerah Dawan (insana dan Biboki). Dalam
Ada cerita bahwa ada tiga orang bersaudara dari tanah Malaka yang datang dan tinggal di Belu melaksanakan tugasnya di Malaka, Liurai Nain memiliki
umumnya, bercampur dengan suku asli Melus. Nama ketiga saudara itu menurut para tetua adat masing - perpanjangantangan yaitu Wewiku-Wehali dan Haitimuk
masing daerah berlainan. Dari makoan Faturuin menyebutnya Nekin Mataus (Likusen), Suku Mataus Nain. Selain juga ada Faturuin, Sonabi dan Suai
(Sonbay), dan Bara Mataus (Fatuaruin). Sedangkan Makoan asal Dirma menyebutnya Loro Sankoe (Debuluk, Kamanasa serta Loro Lakekun, Dirma, Fialaran,
Welakar), Loro Banleo (Dirma, Sanleo) dan Loro Sonbay (Dawan). Namun menurut beberapa Makoan asal maubara, Biboki dan Insana. Liu Rai sendiri menetap di
Besikama yang berasal dari Malaka ialah; Wehali Nain, Wewiku Nain dan Haitimuk Nain. laran sebagai pusat kekuasaan kerajaan Wewiku-
C. SUSUNAN STRATEGI MASYARAKAT MALAKA
Membahas tentang struktur masyarakat tidak lain dari pada mengulas tentang tingkatan - tingkatan dalam masyarakat yang ada dalam.suatu komunitas atau
persekutuan tertentu. Yang tersusun dalam susunan atau lapisan - lapisan dalam masyarakat yang disebut stratifikasi sosial. Pembagian dan pembedaan masyarakat
Malaka dalam kelas - kelas hirarkis di bawah ini di dasarkan pada turunan/ras yang yang ada sejak penduduk para pendatang sampai dengan kejayaan zaman kerajaan.
Menurut H.J. Grijzen seperti dikutip dalam tulisan Rm. Florens Maxi Un Bria dalam " The Way To Happiness Of Belu People" bahwa masyarakat Malaka mengenal
klasifikasi masyarakatnya atas 3 (tiga) golongan, yang secara hirarkis terdiri dari :

1. Dasi atau golongan bangsawan yang menempati lapisan terpusat dan dari kelompok inilah terpilih Loro / Liurai / Na'I yang akan memangku jabatan kepemerintahan
secara turun temurun.
2. Renu yang tidak lain adalah rakyat jelata yang merdeka
3. Ata atau klason yang merupakan golongan hamba sahaya. Mereka yang masuk dalam golongan ini biasanya merupakan tawanan perang yang dijadikan budak
untuk melayani kebutuhan masyarakat golongan renu atau golongan dasi. Perdagangan budak belian ini sempat menjadi komoditi pada tahun 1892 (pada daerah Jenilu -
Atapupu) sampai pada akhirnya di awal abad 20-an Pemerintah Belanda mengeluarkann "Pax Nederlandica" sehingga perdagangan budak dihapus.
Pembagian masyarakat Malaka sendiri ditinjau dari segi ekonomis terdiri dari klasifikasi "orang berpunya/the haves" (Ema Mak Soin) dan kelompok "orang miskin/the
haves not" (Ema Kmukit). Ukuran untuk menentukan dua macam kelas ini tergantung pada pendapatan yang ia peroleh dan cara atau pola hidupnya setiap hari.

Dari sudut politik pemerintahan nasional, kita mengetahui bahwa penggolongan masyarakat Jawa atas tiga golongan / tiga kelompok besar yang saling melengkapi
satu dengan yang lain. Dalam keterkaitannya dengan struktur masyarakat Malaka maka kita mengenal beberapa kelompok/golongan masyarakat yang terdiri dari :
• Pertama adalah kelompok teratas atau kelompok raja (Nain Oan) masuk kelompok priyayi.
• Kelompok lain adalah kelompok masyarakat bawah (Hutun Renu) atau marjinal dan orang kecil.
• Antara dua kelompok itu ada kelompok penengah atau disebut Fukun dato.
Keterkaitan antara ketiga kelompok utama tersebut terwujud dalam realisasi program dan kerja nyata. Dalam hal ini, kelompok Raja berperan mengawasi
pelaksanaan pembangunan dan membuat putusan pemerintahan. Kelompok Hutun Renu sebagai mediator antara kedua kelompok tersebut. Perlu dicatat di sini bahwa
dalam proses pengambilan keputusan (fui mutu lian-fui mutu ibun) secara adat dengan korban bakaran.

Perlu ditambahkan disini bahwa dalam jajaran dan tataran kelompok penurutan raja atau kerabatan horizontal yang dinamakan "klaken soman" ada juga kelompok
vertikal yang disebut "Tohu Larus Hudi Oan". Dalam catatan sejarah lokal, menuturkan bahwa di kerajaan Wewiku - Wehali ada 4 dato yang sangat berperan dalam
fungsinya sebagai mediator yaitu, Dato Leki Nahak Tamiru Usi Hawai Lerek (penguasa daerah pesisir laut) atau yang disebut Meti Ktuik. Dato Klisuk Rai dan Klisuk Lor
yang menguasai daerah enclave laut (hasan). Sedangkan Dato Mota menguasai daerah pesisir kali Benenai (Mota Ninin Hare Ninin). Sehingga sesekali dalam kurun waktu
tertentu seorang Dato wajib membawahi upeti kepada rajanya.
RENCANA TERBENTUKNYA KABUPATEN MALAKA

Tulisan berikut ini mencoba memberikan gambaran yang obyektif dan sesunggunhnya tentang proses dan tahapan yuridis dari terbentuknya
suatu Daerah Otonom sehingga ada pencerahan bagi masyarakat Malaka khususnya. Selain itu juga akan dikemukakan prospek dari
terbentuknya suatu Daerah Otonom baru disebut dengan “Kabupaten Malaka”.
Semua elemen dalam masyarakat dapat memahami, menyiapkan diri dan merencanakan bentuk-bentuk partisipasi apa saja yang dapat ia
sumbangkan demi memajukan Daerah Otonomi baru tersebut jika pada saatnya terbentuk secara defenitif. Dengan demikian, isu negatif bahwa
ide memekarkan suatu wilayah hanya semata-mata untuk mengakomodir kepentingan elit-elit politik dan aparat birokrasi dapat dimengerti
sebagai suatu isu destruktif yang sebetulnya tidak memiliki kebenaran secara keseluruhan.
Pertanyaan makro yang dapat dianalisis berikut ini adalah untuk apa dan mengapa suatu daerah perlu dimekarkan sebagai suatu Daerah
Otonomi? Refleksi ini lebih difokuskan pada pemekaran Kabupaten Belu agar ada pemahaman yang ideal tentang pemekaran suatu daerah.
Sesuai amanat yuridis-formal, pembentukan suatu Daerah Otonom baru dimaksudkan untuk mendekatkan pelayanan kepada masyarakat,
mengoptimalkan berbagai potensi wilayah dan memperpendek Rentang Kendali Birokrasi yang memiliki fungsi memerintah dan yang melayani.
Berbagai maksud diatas bertujuan akhir agar rakyat dapat menjadi sejahtera setidaknya ada pemenuhan kebutuhan dasar (Basic Need) bagi
kelompok masyarakat kelas menengah dan kelas bawah. Paradigma ini diimplementasikan oleh semua “Stakeholder” berbasiskan pada pusat-
pusat kekuasaan yang dibentuk dalam Negara Kesatuan yang berbentuk Republik yaitu Pemerintah Daerah (Birokrasi dan DPRD) bersama
semua elemen dan civil society seperti Perguruyan Tinggi, LSM, Parpol dan Lembaga Pers.
Dalam tataran ini, terbentuknya Daerah Otonom baru “Kabupaten Malaka” diharapkan tidak saja memenuhi kebutuhan elit birokrasi karena
adanya posisi-posisi strategis dalam pemerintahan dan lembaga perwakilan rakyat yang juga dianggap “berwibawa” dan “terhormat” tetapi juga
daerah otonom baru tersebut harus dipersiapkan dan didorong untuk optimalisasi potensi wilayah seperti sector peternakan, pertanian, industri
kecil dan pengembangan pendidikan yang berbasiskan sekolah-sekolah kejuruan. Sebagai wilayah yang berbatasan langsung dengan Negara
Timor Leste, Kabupaten Malaka dapat direncanakan sebagai daerah “Transit” yang menghubungkan mobilisasi barang dan manusia dari Timor
Leste ke Kupang dan wilayah-wilayah lain di NTT.
Konsekwensi logisnya adalah adanya infrastruktur yang memadai dan industri-industri jasa yang sesuai kebutuhan. Momentum inilah
sebetulnya yang diharapkan dapat memberi kontribusi yang realistis bagi masyarakat pada umumnya karena terbukanya lapangan kerja baru dan
adanya daya beli yang signifikan atas hasil-hasil produksi yang melibatkan warga kedua negara di kawasan perbatasan.
WILAYAH MALAKA

Wilayah Malaka terdiri atas 12 Kecamatan yaitu :


1.Kecamatan Lokufeu
2.Kecamatan Sasitamean.
3.Kecamatan Laenmane.
4.Kecamatan Malaka Timur.
5.Kecamatan Kobalima.
6.Kecamatan Kobalima Timur.
7.Kecamatan Malaka Tengah
8.Kecamatan Malaka Barat
9.Kecamatan Weliman
10.Kecamatan Wewiku
11.Kecamatan Botin Leobele
12.Kecamatan Rinhat

Anda mungkin juga menyukai