Anda di halaman 1dari 70

Tumbuh Kembang Remaja

Gangguan Tumbang pada Remaja


SKENARIO MODUL 2
Rena siswa SMP berusia 13 tahun, membaca
sebuah artikel tentang beberapa gangguan
pertumbuhan dan perkembangan remaja
termasuk etiologi, gejala, dan deteksi dini
gangguan tersebut. Rena sangat beruntung
mendapatkan kesempatan membaca artikel
tersebut karena sangat bermanfaat baginya dan
akan dibagikan ke teman-temannya.
TUJUAN PEMBELAJARAN
1. Gangguan pertumbuhan pada Remaja
• Gangguan pertumbuhan linier pada remaja
• Pubertas terlambat
• Pubertas prekok
• Obesitas pada remaja
2. Gangguan perkembangan pada remaja
• Remaja dan infeksi menular seksual
• Gangguan tingkah laku, kenakalan dan tindakan kekerasan
pada remaja
3. Etiologi gangguan pertumbuhan dan perkembangan remaja
4. Gejala dan tanda gangguan pertumbuhan dan perkembangan
remaja
5. Deteksi dini gangguan pertumbuhan dan perkembangan
6. Asuhan kebidanan pada remaja dengan gangguan
Pertumbuhan Remaja
Bentuk-bentuk gangguan
pertumbuhan linier
1. Perawakan Pendek
Definisi
Short Stature atau perawakan pendek merupakan tinggi
badan yang berada di bawah persentil 3 atau -2SD pada kurva
pertumbuhan yang berlaku pada populasi tersebut.
Variasi Normal
Pertumbuhan yang normal akan menggambarkan keadaan
kesehatan anak yang baik. Disamping itu anak dengan gangguan
kesehatan akan bertumbuh kurang baik. Pertumbuhan tinggi
badan merupakan suatu proses yang berkelanjutan. Perawakan
pendek yang dikategorikan sebagai variasi normal adalah:
a) Normal Variant Short Stature (NVSS)
b) Normal Variant Constitutional Delay (NVCD)
• Normal Variant Short Stature (NVSS)

• Pada NVSS terdapat pola pertumbuhan yang menggambarkan


potensi genetik untuk individu tersebut dan tidak berhubungan dengan
keadaan gangguan endokrin maupun sistemik. Hampir selalu disertai
riwayat keluarga dengan perawakan pendek pada salah satu atau kedua
orang tuanya.
• Biasanya mempunyai berat badan normal dan dalam tahun-tahun
pertama kehidupan mempunyai pola pertumbuhan biasanya selalu
pada atau sedikit di bawah persentil ke-3 dan selanjutnya tetap pada
persentil ini saat memasuki percepatan pertumbuhan pada masa
pubertas sesuai dengan umur normal. Pada saat dewasa mempunyai
ciri khas tinggi badannya di bawah persentil ke-3.
Normal Variant Constitutional Delay (NVCD)
Pada NVCD terdapat perlambatan pertumbuhan linier
pada 3 tahun pertama kehidupan, mempunyai pertumbuhan
linier yang normal atau hampir normal pada saat pre pubertas
dan selalu berada di bawah persentil 3. Terdapat umur
penulangan yang terlambat disertai maturasi seksual yang
terlambat. Pada saat dewasa mempunyai tinggi badan yang
normal
Varian Abnormal
penyebab gangguan pertumbuhan lainnya selama
masa remaja dapat diakibatkan oleh :
a) kelainan kromosom
b) penyakit sistemik
c) gangguan endokrin
a) kelainan kromosom
Penyakit kromosom, gangguan yang paling sering adalah
Sindrom Turner. Keadaan ini di klasifikasikan disebabkan oleh
keadaan monosomic 45X, akan tetapi keadaan gangguan
kromosom X berupa delesi sebagian dan mosaik dapat
mempunyai klinis yang sama.
b) penyakit sistemik
Gangguan pertumbuhan yang disertai penyakit sistemik
dan malnutrisi pada remaja biasanya ditandai dengan kadar
hormon pertumbuhan yang normal atau meningkat, akan
tetapi dengan kadar somatomedin yang rendah.
Penyakit gastrointestinal juga dapat menyebabkan
gangguan pertumbuhan, keadaan ini bisa berakibat
malabsorpsi. Banyak penyakit sistemik yang di obati dengan
kortikostreroid mengalami gangguan pertumbuhan akibat
pengaruh obat tersebut terhadap pertumbuhan episfsis.
c) gangguan endokrin
Gangguan endokrin merupakan 10% dari seluruh
penyebab perawakan pendek. Kekurangan hormon
pertumbuhan kongenital biasanya sudah dikenal pada awal
kehidupan dengan ciri-ciri hipoglikemia, penis yang kecil,
kriptorkismus, obesitas dan perawakan pendek.
Hipotiroidisme pada masa anak pada umunya disertai dengan
perawakan pendek, pertumbuhan yang lambat dan pubertas
yang terlambat
pengelolaan
1. umum
Perawakan pendek menimbulkan beban psikologis yang berat
terutama pada masa remaja. Dalam hal ini dukungan psikologis
sangat diperlukan untuk meningkatkan rasa percaya diri.
2. khusus
pengobatan tergantung dari penyebab yang mendasari.
Pengobatan dengan hormon pertumbuhan sintetik diindikasikan
bukan hanya pada keadaan defisiensi hormon pertumbuhan saja,
akan tetapi meluas dengan berbagai indikasi lainnya misalnya
pada Sindrom Turner, Sindrom Prader Willi, gagal ginjal kroni.
2. Perawakan Tinggi
Di negara maju diperkirakan 2.5% dari populasi
mempunyai tinggi badan lebih besar dari 2 SD di atas rata-
rata, hal ini disebut juga dengan perawakan tinggi. Akan tetapi
penerimaan masyarakat yang menganggap baik terhadap
perawakan tinggi membuat penderita kurang mengeluhkan
keadaan tersebut.
Varian normal merupakan penyebab utama dari
perawakan tinggi. Terdapat riwayat keluarga dengan badan
tinggi dan tidak terdapat proses patologik organik. Gigantisme
pituitari merupakan suatu penyebab tubuh tinggi yang sangat
jarang, hal ini disebabkan oleh hormon pituitari yang
mensekresikan hormon pertumbuhan dan terkait dengan
peningkatan kadar hormon yang tida dapat disupresi.
Gambaran khas mencakup pembesaran rahang, tangan dan
kaki yang tidak proposional
Pengelolaan

1. umum
Menentramkan hati keluarga dan penderita merupakan
kunci dalam pengelolaan varian normal perawakan tinggi.
Pemanfaatan pengukuran umur penulangan untuk
memperkirakan tinggi dewasa dapat memberikan rasa aman
bagi mereka
2. Khusus
Untuk keluarga yang menginginkan pengobatan, dapat
dicoba seks streroid. Pengobatan tersebut untuk
mempercepat penutupan epifisis akan tetapi manfaatnya
sedikit apabila diberikan pada pubertas lanjut, idealnya
pengobatan diberikan pre-pubertas atau awal pubertas.
Estrogen oral dengan berbagai dosis telah berhasil untuk
mengurangi tinggi badan perempuan sebanyak 5-10 cm dari
yang diperkirakan.
Pubertas terlambat
Pubertas terlambat (delayed puberty) pada perempuan
didefenisikan tidak membesarnya payudara sampai usia
13 tahun atau tidak adanya menstruasi sampai usia 15
tahun. Sedangkan pada laki-laki pubertas terlambat
adalah bila panjang testis tidak mencapai 2,5 cm atau
volume testis tidak mencapai 4 ml sampai umur 14 tahun.
Secara statistik pubertas terlambat terjadi pada 2,5%
remaja dunia dan banyak terjadi pada remaja laki-laki.
Klasifikasi yang digunakan pada pubertas terlambat
didasarkan pada sekresi gonadotropin yang dihubungkan
dengan stadium diferensiasi seksual bukan berdasarkan
umur kronologis. Berdasarkan kadar gonadotropin dapat
dibagi menjadi hypergonadotropic hypogonadism dan
hypogonadotropic hypogonadism
Gejala klinis
1. Anamnesis
Kebanyakan anak memberikan gambaran
kterlambatan pertumbuhan selama fase anak-anak
kemudian terjadi peningkatan kecepatan
pertumbuhan yang terlambat meskipun akhirnya
tingginya normal.
Sedangkan pada hypogonadotropic hypogonadism
biasanya pertumbuhannya normal selama fase anak
tetapi sedikit mengalami kecepatan pertumbuhan
pada masa pubertas. Perlu ditanyakan mulainya
terjadi tnda-tanda seks sekunder, kemungkinan
adanya sindrome tertentu
2. Pemeriksaan fisik

• Remaja dengan defisiensi GH memberikan karakteristik


keterlambatan pertumbuhan tinggi badan dibanding berat
badan. Berbeda yang disebabkan karena psikososial dimana
terjadi keterlambatan pertumbuhan berat badan dibanding tinggi
badan.
• Manifestasi androgen seperti rambut pubis pertumbuhannya
lebih banyak dipengaruhi sekresi steroid adrenal dibandingkan
dengan sekresi gonad.
• Pengaruh estrogen dimonitor pada rata-rata perkembangan
payudara, warna vagina dan sekresinya serta ukuran uterus.
• Periksa fungsi saraf olfaktorius
• Pengukuran panjang dan volume testis untuk mengevaluasi
peningkatan produksi gonadotropin endogen
• Manifestasi dari beberapa syndrome seperti sindrome kallman,
sindrome prader-willi, sindrome Turner (Soetjiningsih, 2004a).
3. Tes diagnosis
Tujuannya untuk melihat integritas aksis
hipotalamus-hypofisis-gonad sebagai prinsip
dasar kerja hormon untuk merangsang terjadinya
maturasi pubertas.Tes untuk melihat struktur aksis
secara anatomi, kadar sekresi basal dari hormon,
manifestasi dinamis dari aksis hipotalamus
hipofise gonad dan pengaruh lainnya
Penatalaksanaan
1. Indikasi
Keterlambatan pertuuhan pada remaja sangat
mempengaruhi secara psikososial. Pengaruh tersebut
antara lain:
• Gejala tekanan emosional seperti mudah marah dan
depresi
• Gangguan psikomotor seperti sakit perut
• Perasaan rendah diri
• Menjauhi teman sebaya
• Penampilan sekolah yang kurang
• Penurunan aktivitas olahraga
• Perkataan dan pendidikan yang tidak adekuat
2. Pengobatan alternatif
Androgen dan estrogen dari luar merupakan
obat pilihan pada penderita remaja yang
memerlukan terapi hormonal. Pada pasien yang
mengalami keterlambatan pertumbuhan dapat
diberikan GH
3. Percobaan pengobatan seks steroid jangka
pendek
Untuk membedakan diagnosis terlambat yang
normal atau karena defisiensi/ kelainan spesifik
dari aksis hipotalamus hipofise gonad digunakan
terapi percobaan dengan menggunakan seks
steroid.
4. Pengobatan substitusi seks steroid jangka
panjang
Pada laki-laki digunakan testosteron enanthe.
Sedangkan pada perempuan disunakan estrogen
oral dan medroxiprogesteron
Pubertas Prekok
Pubertas Prekoks adalah suatu keadaan dimana masa
pubertas anak terjadi lebih awal pada umumnya, yaitu
sekitar umur 9-14 tahun pada anak perempuan dan
usia 10-17 tahun pada anak laki-laki. Kondisi ini terjadi
dipicu oleh otak secara spontan atau dikarenakan
pengaruh bahan kimia dari luar tubuh dan biasanya
proses ini dimulai diakhir-akhir masa kanak-kanak
(kurang dari umur 9 tahun) dengan ditandai
munculnya tanda-tanda kematangan organ reproduksi
lebih awal dan telah berakhirnya masa pertumbuhan
Etiologi
Hingga saat ini penyebab dari Pubertas Prekoks masih
belum diketahui secara pasti. Beberapa hal internal yang
dapat menyebabkan terjadinya Pubertas Prekoks adalah
gangguan organ endokrin, genetika keluarga (autosomal
dominan), abnormalitas genetalia (gangguan organ
kelamin), penyakit pada otak, dan tumor yang
menghasilkan hormon reproduksi. Namun disamping itu,
terdapat faktor psikologis (emosi) dan stressor
lingkungan ekternal yang cukup memegang peranan
Gejala klinis
Pada anak perempuan, maka tanda-tanda klinis yang
memberikan petunjuk pasti apabila dialami pada usia kurang
dari 9 tahun, antara lain :
• Payudara membesar
• Tumbuhnya rambut pubis dan rambut tipis pada lengan bawah
• Bertambah tinggi dengan cepat
• Mulainya menstruasi
• Tumbuh jerawat
• Munculnya bau badan
Sedangkan pada anak laki-laki, tanda-tanda
terjadinya Pubertas Prekoks akan muncul saat umur
kurang dari 10 tahun meliputi :
• Pembesaran testis dan penis
• Tumbuhnya rambut pubis, lengan bawah dan wajah
• Peningkatan tinggi dengan cepat
• Suara memberat
• Tumbuh jerawat
• Munculnya bau badan
Diagnosis
Saat kita menemukan seorang pasien dengan kecurigaan mengalami
pubertas prekoks, maka kita harus melengkapi anamnesa dan riwayat
pasien beserta keluarganya, melakukan pemeriksaan fisik yang berkaitan
dan memastikan diagnosis dengan melakukan tes laboratorium terutama
fraksi hormonal maupun radiologis yang dispesifikasi pada foto tulang.
Untuk pemeriksaan penunjang laboratorium, maka dilakukan tes kadar
hormon LH dan FSH basal, uji GnRH terstimulasi, esterogen dan
progesterone serum, β-HCG, 17-OH progesteron, estradiol dan beberapa
pemeriksaan hormonal lainnya atas indikasi. Diperlukan pula pemeriksaan
radiologis diagnostik, maka yang difokuskan adalah pencitraan umur
tulang dan survey tulang (McCune-Albright), sedangkan untuk etiologi
dilakukan CT-Scan/MRI kepala dan USG pelvis/adrenal.
 
Penatalaksanaan
• Tata Laksana Pubertas Prekoks Sentral ; Kebanyakan anak
dengan Pubertas Prekoks sentral tidak disertai penyakit lainnya.
Terapinya dinamakan GnRH analogue yang biasanya terdiri dari
suntikan bulanan berupa leuprolide yang menghentikan aksis
HPG dan menghambat perkembangan. Terapi tersebut
dilanjutkan hingga pasien mencapai umur pubertas normal yang
sesuai. Apabila mereka lupa atau menghentikan pengobatan,
maka proses pubertas akan dimulai lagi.
• Tata Laksana Pubertas Prekoks Perifer ; Tujuannya adalah
melakukan penanganan pada penyakit yang mendasari
timbulnya Pubertas Prekoks ; misalnya karena konsumsi obat,
maka obat tersebut dihentikan ; contohnya pada tumor, maka
segera lakukan pembedahan reseksi tumor agar menghentikan
agresifitas pubertas.
Obesitas Pada Remaja
Obesitas
Keadaan patologi sebagai akibat dari
konsumsi makanan yang jauh melebihi
kebutuhannya
Penimbunan lemak yang berlebihan
Etiologi

Asupan energi lebih dari


Pemakaian energi yang kurang
kebutuhan

Gangguan emosional
 makanan Aktifitas fisik kurang
pelampiasan

Menonton TV
Life style : fast food seharian disertai
makanan ringan
Faktor Predisposisi

Faktor herediter
Satu ortu obesitas Sikap orang tua
 anak obes saat
Kecacatan pada yang
dewasa 30%-40%
Kedua orang tua
anak memanjakan
 anak obes saat anak
dewasa 70-80%
Faktor lain penyebab Obesitas

Sos ke
ge bu ial- sit
bia
ne da eko ua
no sa
tik ya si
mi an
Gejalan Klinis
• Anak obes lebih tinggi dari anak lain yang seusia
dan sama JK
• BB yang lebih
• Kematangan tulang lebih cepat
• Muka tidak proporsinal  hidung dan mulut relatif
kecil, dagu ganda
• Paha dan lengan atas besar
• Tangan relatif kecil dengan jari-jari runcing
• Kematangan seksual lebih cepat
Diagnosis
klasifikasi Rentang IMT
Menilai IMT
IMT = BB (kg) BB kurang < 18,5

TB2 (m) Normal 18,5 – 24,9

BB lebih 25 – 29,9

Obesitas kelas 30 – 34,9


1
Obesitas kelas 35 – 39,9
2
Obesitas kelas ≥ 40
3
Pencegahan
Pencegahan obesitas pada remaja diantisipasi
sejak bayi
Rekomendasi klinis :
• Diet sehat dengan kandungan lemak ≥ 30%
• Cemilan dengan buah dan sayur
• Aktifitas fisik di tingkatkan
• Orang tua sebagai model sehat
Perkembangan Remaja
Remaja Dan Infeksi Menular Seksual
Pendahuluan
Perkembangan yang sehat bilamana anak tumbuh
menjadi seorang remaja yang sehat fisik maupun
psikologis serta terhindar dari cacat sosial seperti
kecanduan narkoba, tindakan criminal dan lainnya
(Soetjiningsih, 2010).
Secara seksual perkembangan yang dianggap
berhasil meliputi membangun hubungan antara
mereka yang akrab dan kasih tanpa sampai terjadi
kehamilan yang tidak dikehendaki atau terjangkit
penyakit menular seksual (Soetjiningsih, 2010).
Faktor-faktor yang berpengaruh meningkatkan resiko
penularan IMS pada reamaja

• Faktor psikologi dan perkembangan kognitif


Berbagai perkembangan terjadi mulai dari waktu baru
meningkat remaja (11-15 tahun) sampai remaja mendekati
dewasa, termasuk perkembangan psikologis dan kognitif.
Golongan umur yang lebih muda mempunyai kemampuan
berpikir yang lebih sederhana, cenderung lebih konkrit,
lebuh perhatian pada hal-hal yang terjadi di sekitarnya dan
pada saat sekarang tidak mampu bepikir konseptual,
misalnya ttg apa yang akan terjadi pada masa mendatang
akibat perbuatan hari ini.
Oleh karena itu, beberapa jenis IMS, seperti HIV,
infeksi klamidia mempunyai dampak dalam waktu
lam sesudah infeksi (1 dekade/lebih).
Orang yang lebih muda tidak dapat berpikir
melakukan pencegahan atau berhati-hati untuk
menghindari akibat tersebut.
Orang tua, pendidik, petugas kesehatan pada
umumnya tidak memberikan penkes ttg cara
menghindari IMS shg anak tidak memiliki
pengetahuan dasar ttg IMS.
• Perilaku seksual
Dalam perilaku seksual, terutama pada para
remaja perubahan-perubahan ini terlihat
secara jelas. Pengaruh sosial-budaya yang
dengan perubahan-perubahan psiko-biologis
menyebabkan para remaja lebih beresiko
terkena IMS.
• Pelayan kesehatan khusus remaja
 Banyak para remaja yang jarang
memeriksakan dirinya ke pelayanan kesehatan
atau pelayanan yang bercampur dengan orang
dewasa karena malu. Sehingga banyak remaja
yang lebih memilih memeriksakan dirinya ke
dukun. Sehingga banyak penyakit yang menjadi
komplikasi , keracunan obat dan menambah
resistensi obat.
Pencegahan IMS pada Remaja
• Program sekolah
Tempat yang cukup ideal untuk melakukan
pendidikan kesehatan bagi para remaja.
Penkes yang dapat diberikan dapat berupa
kesehatan reproduksi dan kesehatan lainnya.
• Luar sekolah
 Penkes untuk remaja juga dapat dilakukan
diluar sekolah yaitu pada organisasi-organisasi
diluar sekolah seperti Krang taruna dll.
• Media massa
Jaman sekarang media massa sudah sangat
canggih untuk digunakan, sudah sangat mudah
untuk mendapatkan segala macam informasi,
sehingga media massa adalah suatu media
yang sangat tepat untuk mencari informasi
yang akan memberikan penkes kepada para
remaja.
Kesehatan Reproduksi Remaja
Departemen Kesehatan RI bersama dengan lembaga
swasta tahun 1996, telah merumuskan ttg 4 komponen
pelayanan reproduksi esensial yaitu: KIA, KB, pencegaha
dan pemberantasan IMS dan HIV/AIDS dan kesehatan
reproduksi remaja.
Tujuan Kesehatan Reproduksi Remaja adalah:
1. Menurunkan resiko kehamilan dan pengangguran yang
tidak dikehendaki
2. Menurunkan penularan IMS dan HIV/AIDS
3. Memberikan informasi kontrasepsi
4. Konseling untuk mengambil keputusan sendiri tentang
kesehatan reproduksi
Gangguan Tingkah Laku,
Kenakalan, dan Tindak
Kekerasan Remaja
Pendahuluan
Masa remaja adalah periode kehidupan
yang penuh dinamika. Pada masa remaja
sering dsering didapatkan adanya gangguan
tingkah laku yang melanggar norma-norma
sosial yang berlaku. Semakin banyak pula
remaja yang ditahan karena melakukan tindak
kekerasan yang digolongkan sbg kenakalan
remaja (Soetjiningsih,2010)
1. Gangguan Tingkah Laku Dan Remaja dan
Kenakalan Remaja
Definisi
•  pola prilaku yang berulang dan menetap,
dimana prilaku tersebut melanggar norma sosial
atau aturan-aturan yang sesuai dengan umurnya
atau menyimpang dari kebenaran.
•  kenakalan remaja adalah tindakan kriminal
yang dilakukan oleh remaja berumur kurang dari
17 atau 18 tahun
(Soetjiningsih,2010)
Faktor risiko
• Faktor kerentanan thd psikiatrik
• Neurologi,
• Kognitif dan
• Keluarga
psikopatologi masih belum jelas, namun sebagian besar
penyebab terjadinya kekerasan berulang yang dilakukan
remaja adalah karena adanya persepsi dimana mereka
merasa dihina atau merasa dirinya direndahkan.
(Soetjiningsih,2010)
Penyebab
• Disregulasi neorologik ( penderita ADHD )
• Faktor biokemikal
• Faktor-faktor biologi anak
• Faktor sekolah
• Psikologi orangtua (ibu yang depresi, ayah pecandu
alkohol cenderung menyalahkan, mengkritik terhadap
prilaku anaknya)
– Kemelaratan,
– kemiskinan, pengangguran.
(Soetjiningsih,2010)
Diagnosis
• Menurut DSM –IV American Psychiatric Association,
diagnosis gangguan tingkah laku dapat ditegakkan sesuai
kriteria sbb :
A. Pola perilaku berulang dan menetap
A. Pola agresif terhadap oang lain
B. Merusak hak milik orang lain
C. Berbohong atau mencuri
D. Pelanggaran serius terhadap peraturan
B. Gangguan ini menyebabkan terjadinya gangguan sosial,
akademik, atau fungsi pekerjaan secara signifikan
C. Jika individu berumur 18 tahun lebih, tidak memenuhi kriteria
gangguan kepribadian anti sosial.
(Soetjiningsih,2010)
Penatalaksanaan
• Pelatihan anak
• Intervensi keluarga
• Pendidikan sekolah
• Program komunitas

(Soetjiningsih,2010)
2. Tindak Kekerasan Remaja
 Faktor risiko
Individu Keluarga Teman/Sekola Lingkungan
h
•Riwayat •Kurangnya •Berhubungan • kemiskinan,
agresi dini monitoring dengan kurangnya
•Keyakinan atau temannya kesempatan
yang tertanam pengawasan yang berisiko bekerja
terhadap orangtua tinggi atau •Besarnya
adanya •Terpapar mempunyai konflik
kekerasan kekerasan masalah keluarga
•Defisit •Orangtua prilaku •Paparan
kognitif sosial peminum •Rendahnya kekerasan
alkohol atau keinginan ke
pemakai obat sekolah
terlarang •Kegagalan
•Kurangnya akademik
ikatan
emosional
orangtua atau
pengasuh
Pencegahan dan intervensi
a) Pencegahan primer
 pencegahan / deteksi dini nagi remaja yang sudah memiliki riwayat
tindakan kekerasan.
Strategi yang efektif yang dapat dipakai sebagai pencegahan
primer, antara lain :
• Identifikasi terhadap remaja dan orangtua
• Meningkatkan stabilitas pendapat kepadatan
• Program prasekolah yang mampu memberikan pendidikan
intelektual,emosional, dan sosial
• Mengurangi paparan kekerasan media pada anak
• Mengajak remaja untuk berekreasi
• Memperbaiki lingkungan sekolah lebih ditingkatkan
• Menjamin keamanan dan mengawasi scra rutin pd saat brngkat dan
plng sekolah
b) Pencegahan sekunder
Ditujukan pd remaja yg sudah teridentifikasi sbg remaja yang
berisiko.
Intervensi :
• Memperbaiki ling. Sekolah dg membuat kelas yg lebih sedikit
jmlhnya dan mengawasi mereka setelah pulang sekolah
• Mendukung peranan orang dewasa dalam mempersiapkan masa
transisi yaitu mengadakan pelatihan kerja, magang, dan tempat
kerja
• Memberikan asuhan oleh orang yang tidak berisiko melakukan
tindakan kekerasan
• Memberikan psikoterapi pd remaja dan keluarga nya.
c) Pencegahan tersier
Diberikan kpd remaja sudah terlibat dlm
tindakan kekerasan dan sistem peradilan
remaja.
Etiologi Gangguan Pertumbuhan dan
Perkembangan Remaja
Faktor-faktor yang berpengaruh digolongkan ke dalam dua
golongan, internal dan eksternal atau faktor lingkungan.
Faktor internal yang mempengaruhi perutumbuhan dan
perkembangan adalah perbedaan ras, etnik atau bangsa, usia
mengalami pubertas, jenis kelamin (wanita lebih cepat
dewasa dibandingkan laki-laki), kelainan gen atau kromosom.
Faktor eksternal atau peranan lingkungan adalah faktor
prenatal ibu yang termasuk status gizi ibu pada saat hamil,
posisi fetus normal atau tidak, salah satu kelainan kongenital
yang bisa disebabkan oleh abnormalitas posisi fetus adalah
club foot. Toksin atau obat-obatan
Gejala dan Tanda Gangguan Pertumbuhan dan
Perkembangan Remaja
Tanda dan gejala dari gangguan tumbuh
kembang disesuaikan dengan jenis gangguan
yang dialami oleh remaja. Pada remaja denga
perawakan tinggi, akan terlihat tinggi tubuhnya
yang melebihi rata-rata. Sedangkan untuk pada
gangguan pertumbuhan akan terlihat adanya
gangguan dalam kemampuan gerak kasar, gerak
halus, bicara, dan bahasa serta sosialisasi dan
kemandirian
Deteksi Dini Gangguan Pertumbuhan dan
Perkembangan
Monitoring pertumbuhan dan perkembangan anak
dan remaja dapat dilakukan dengan parameter ukur
tertentu seperti fisik, gizi, maturitas dan penilaian
milestones perkembangan (Narendra, 2002).
Penilaian pertumbuhan anak dan remaja
menggunakan parameter ukuran antropometrik
yang sering dipakai pada penilaian pertumbuhan
fisik yaitu berat badan, tinggi badan, lingkaran
kepala, tebal lipatan kulit dan lingkaran lengan atas
Asuhan Kebidanan Pada Remaja dengan
Gangguan
Asuhan kebidanan yang dapat diberikan bidan
adalah asuhan yang berorientasi pada kebutuhan
remaja dengan memandang berbagai perubahan
yang terjadi pada remaja :
– Memberikan dukungan psikologis kepada remaja
– Memberikan pendidikan kesehatan tentang kebutuhan nutrisi,
kebutuhan personal hygiene, kebutuhan istirahat, kebutuhan
seksual kepada remaja
– Mendiskusikan tentang fisiologis menstruasi bersama remaja
– Mendiskusikan tentang aktivitas sehari-hari remaja
– Menganjurkan remaja untuk lebih memperhatikan pertumbuhan
dan perkembangannya dengan baik seperti mengukur BB/TB.

Anda mungkin juga menyukai