Anda di halaman 1dari 16

KELOMPOK 5

ANGGOTA :
1) AURELLYA RRIIZKY ASYIFA ( 05)
2) BRILLIAN ALQINDY RIZCKY PRADANA (07)
3) GHADIS TIRANITA (14)
4) SYIFA AURRA SAFITRI (29)
5) ULFATUL MUKAROMAH (31)
PEWARISAN BUDAYA
Pewarisan budaya merupakan suatu proses
mewariskan budaya (unsur-unsur budaya dari satu
generasi ke generasi manusia atau masyarakat
berikutnya melalui proses kebudayaan (proses
belajar budaya). Sesuai dengan hakikat dan budaya
sebagai pemilik bersama masyarakat,maka unsur-
unsur kebudayaan itu memasyarakat dalam individu-
individu warga masyarakat dengan jalan diwariskan
atau dibudayakan melalui proses belajar budaya.
 
Proses pewarisan nilai budaya :

a. Enkulturasi
Menurut Koentjaraningrat, istilah yang tepat untuk
menyambut proses enkulturasi dalam bahasa
Indonesia adalah pembudayaan. Enkulturasi atau
kebudayaan merupakan proses mempelajari dan
menyesuaikan dalam pikiran dan sikap individu
dengan sistem norma, adat, dan peraturan- peraturan
yang hidup dalam kebudayaanya.
Untuk mengetahui proses operasi berikut diuraikan
contohnya dalam kehidupan sehari-hari:
1) Anak kecil menyesuaikan diri dengan waktu makan
dan waktu minum secara teratur,mengenal Ibu, Ayah dan
anggota- anggota keluarganya adat,dan kebiasaan-
kebiasaan yang berlaku dalam keluarganya,dan seterusnya
sampai ke hal-hal di luar lingkup keluarga,seperti Norma,
adat istiadat dan hasil hasil budaya masyarakat
2) Dengan melakukan pembudidayaan adat istiadat dan
leluhurnya, pembudayaan nilai-nilai moral Pancasila
Melalui Penataran,pembudayaan ilmu pengetahuan dan
teknologi melalui proses belajar mengajar di sekolah.
b. Sosialisasi
Sosialisasi merupakan proses pemasyarakatan yaitu
seluruh proses apabila seseorang individu dari masa
kanak-kanak sampai dewasa, berkembang, berhubungan,
mengenal, dan menyesuaikan diri dengan individu-
individu lain dalam masyarakat.
Contoh sosialisasi :
Seorang anak yang tinggal dalam masyarakat
pertanian secara tidak langsung akan bersosialisai dengan
pola pikir yang serupa dengan orangtuanya. Selanjutnya
sejak kecil anak-anak telah disosialisasikan dengan
beberapa unsur kebudayaan universal dalam masyarakat.
c. Internalisasi
Pengertian internalisasi, dalam Bahasa Inggris “internalization”
adalah proses pembejalaran panjang yang dilakukan sejak seorang
individu dilahirkan sampai ia hampir meninggal. Dalam proses ini,
seseorang akan kontinu (berkesinambungan) melakukan belajar
dalam untuk mengembangkan kepribadiannya.

Contoh Internalisasi Budaya:


Menegenai internalisasi budaya, dapat kita lihat pada zaman
sekarang, dimana kecenderungan pemuda dan pemudi mayoritas
mencintai budaya Korea, seperti musik K-Pop. Segala apa yang
dilakukannnya ingin mencontoh pada apa yang dilihatnya,
keberhasilan internalisasi budaya yang dilakukan masyarakat Korea
khususnya di Indonesia ini disebebkan karena keratifitas dan
inovasi yang dilakukan dalam mewujudkan peran Korea sebagai
sentral ke budayaan.
Tradisi Menyimpan Mayat
Londa dan Lemo
Tradisi ini berada di Sulawesi Selatan, Tana Toraja
berbatasan dengan Makale dan Bantepau. Memasuki
kawasan tersebut pengujung akan disambut sebuah gapura
klasik, pada sisi-sisinya dipenuhi ukiran khas Toraja, dan
pada bagian sentralnya terdapat patung kepala kerbau
dengan tanduknya yang menjuntai.
Londa merupakan sebuah kawasan pemakaman kubur
batu atau tempat menyimpan mayat yang diperuntukkan
khusus bagi leluhur Toraja dan keturunannya. Konon jauh
sebelum masuknya agama Islam dan Kristen, di Tana
Toraja sudah terdapat kepercayaan warisan nenek moyang
yang disebut Aluk Todolo atau Alukta. Kepercayaan inilah
yang kemudian menjadi landasan berbagai ritual adat dan
tradisi masyarakat Toraja.
Alukta pada dasarnya tidak mengharuskan
penyimpanan mayat, namun lebih kepada kewajiban
segera melaksanakan upacara pemakaman sebagai
pelaksanaan aluk to mate (memperlakukan orang
yang telah mati). Karena semakin cepat jenazah
dimakamkan, akan semakin banyak kesempatan
untuk melaksanakan upacara pemberkatan lainnya.
Namun banyak alasan dan latar belakang mengapa
jenazah-jenazah tersebut harus disimpan terlebih
dahulu ke dalam goa dan liang-liang bukit. Alasan-
alasan tersebut antara lain seperti menunggu
kedatangan kerabat yang sedang merantau, untuk
memberi kesempatan bagi keluarganya menunjukkan
kasih sayang kepada jenazah, atau untuk menunggu
biaya dan hewan korban yang banyak terlebih dahulu
agar bisa melaksanakan upacara Rambu Solok
(mengantarkan jenazah ke alam yang disebut puya),
dan berbagai alasan lain. Hingga akhirnya menyimpan
mayat menjadi sebuah tradisi di kalangan masyarakat
adat Tana Toraja.
Dahulu masyarakat adat Toraja menyimpan jenazah
di dalam rumah tongkonan, lamanya waktu
menyimpan jenazah paling lama tiga puluh enam
malam untuk keluarga bangsawan. Sementara dari
golongan lainnya kurang dari itu, atau bahkan tidak
disimpan sama sekali karena upacaranya sangat
singkat. Seiring berjalannya waktu, kemudian
masyarakat adat Toraja memberi sebutan dan
anggapan yang berbeda-beda tentang jenazah yang
disimpan. Ada yang menganggap To Makula, bahwa
jenazah yang disimpan dianggap hanya sebagai orang
yang sakit, dan To Mate, jenazah sedang dalam
rangkaian upacara aluk to mate.
Memasuki goa Londa pengunjung akan
menjumpai berbagai peti jenazah khusus bagi marga
keturunan Tau-Tau. Di setiap sudut goa pengunjung
akan menjumpai berbagai peti jenazah yang
memang sengaja diletakkan secara bertumpuk-
tumpuk. Di sekitar peti mati sering ditemukan botol
minuman, rokok, sirih, atau bahkan pakaian. Hal ini
menunjukkan bahwa jenazah yang disimpan
dianggap sebagai To Makula, diperlakukan layaknya
masih hidup.
Keluar dari goa Londa pengunjung bisa melewati
jalan setapak, lalu melewati beberapa anak tangga
untuk bisa sampai di sebuah puri di tengah bukit.
Dari atas puri tersebut terlihat pemandangan kubur
batu, di atas bukit-bukit tersebut terdapat rongga
tempat dimana jenazah disimpan. Penyimpanan di
bukit-bukit tersebut dilakukan karena di dalam goa
sudah penuh dengan peti jenazah.
 
Tidak jauh dari situs pemakaman Londa terdapat
satu lagi situs kubur batu yang bernama Lemo.
Berbeda dengan Londa, memasuki kawasan Lemo
pengunjung akan disambut terlebih dahulu para
penjual pernak-pernik khas Toraja. Masuk lebih ke
dalam barulah pengunjung akan menyaksikan tebing
karts yang berongga-rongga, rongga-rongga tersebut
berisi peti jenazah, di sekitarnya terdapat patung-
patung manusia yang dibuat sebagai simbol orang
yang jenazahnya disemayamkan di tebing tersebut.
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai