Anda di halaman 1dari 37

Asuhan Keperawatan pada

Anak dengan HIV


KELAS A1 2015
ANGGOTA KELOMPOK 2
1. Desy Anwar Kusuma W. 131411131010
2. Ervina Hanif Anugra A. 131411133021
3. Nuril Laily Pratiwi 131511133010
4. Faza Hisba Afifa 131511133014
5. Gali Wulan Sari 131511133025
6. Ferly Anas Priambodo 131511133027
7. Rian Priambodo 131511133119
8. Lili Putri Roesanti 131511133122
Pengertian HIV
HIV ( Human immunodeficiency Virus ) adalah virus pada manusia
yang menyerang system kekebalan tubuh manusia yang dalam jangka
waktu yang relatif lama dapat menyebabkan AIDS, sedangkan AIDS
sendiri adalah suatu sindroma penyakit yang muncul secara kompleks
dalam waktu relatif lama karena penurunan sistem kekebalan tubuh
yang disebabkan oleh infeksi HIV
Etiologi
• Disebabkan oleh HIV-1, dan beberapa
kasus oleh HIV-2.
• Terjadi melalui cairan tubuh (darah, air mani,
cairan pra-mani, cairan dubur, cairan vagina,
dan air susu ibu) yang terinfeksi, hubungan
seksual, kontak homoseksual, penggunaan
jarum terkontaminasi, tranfusi darah atau produk
darah serta bayi yang dilahirkan ibu dengan
penyakit.
Klasifikasi
Klasifikasi WHO berdasarkan penyakit yang secara klinis berhubungan dengan
HIV
Patofisiologi
Tanpa pengobatan, kemajuan HIV secara bertahap, melemahkan sistem
kekebalan tubuh penderita dan semakin buruk seiring berjalannya waktu.
Tiga tahap infeksi HIV adalah: (1) infeksi HIV akut, (2) latensi klinis, dan (3)
AIDS (acquired immunodeficiency syndrome).
•Tahap infeksi HIV akut
Selama periode infeksi awal ini, sejumlah besar virus diproduksi di tubuh penderita. Virus
ini menggunakan sel CD4 untuk mereplikasi dan menghancurkannya dalam prosesnya.
Karena itu, sel CD4 bisa turun dengan cepat. Akhirnya respons kekebalan tubuh akan
mulai membawa tingkat virus ke dalam tubuh kembali ke tingkat yang disebut titik setel
virus, yang merupakan tingkat virus yang relatif stabil di tubuh . Pada titik ini, jumlah CD4
Anda mulai meningkat, namun mungkin tidak kembali ke tingkat pra-infeksi.
•Tahap latensi klinis
Selama tahap latensi klinis, virus HIV terus bereproduksi pada tingkat yang sangat rendah,
bahkan jika tidak dapat dideteksi dengan tes laboratorium standar. Jika penderita memakai
ART, Anda mungkin hidup dengan latensi klinis selama beberapa dekade dan tidak pernah
berkembang menjadi AIDS karena pengobatan membantu menjaga agar virus tetap di
periksa.
• Tahap AIDS
Ini adalah tahap infeksi HIV yang terjadi saat sistem
kekebalan tubuh penderita rusak parah dan rentan
terhadap infeksi oportunistik. Bila jumlah sel CD4 Anda
turun di bawah 200 sel per milimeter kubik darah (200),
penderita dianggap telah mengalami AIDS. (Pada
seseorang dengan sistem kekebalan tubuh yang sehat,
jumlah CD4 berkisar antara 500 dan 1.600.) penderita
juga dianggap mengalami AIDS jika Anda
mengembangkan satu atau lebih penyakit oportunistik,
terlepas dari jumlah CD4 Anda.
WOC
Manifestasi
• Gejala Mayor • Gejala minor
– Demam – Batuk kronis selama 1
berkepanjangan lebih bulan
dari 3 bulan – Infeksi pada mulut dan
tenggorokan disebabkan
– Diare kronis lebih dari 1 jamur candida albican
bulan berulang maupun – Pembengkakan kelenjar
terus menerus  getah bening diseluruh
– Penurunan berat badan tubuh yang menetap
lebih dari 10% dalam 3 – Munculnya herpes zosters
bulan (2 dan 3 gejala berulang 
utama) – Bercak dan gatal- gatal
diseluruh tubuh
Manifestasi klinis infeksi HIV pada anak bervariasi
dari asimtomatis sampai penyakit berat yang
dinamakan AIDS.
Tahapan infeksi HIV
• Tahap dini, fase akut
Ditandai oleh viremia transien, masuk ke dalam jaringan limfoid,
terjadi penurunan sementara dari CD4+ sel T diikuti serokonversi dan
pengaturan replikasi virus dengan dihasilkannya CD8+ sel T antivirus.
• Tahap menengah, fase kronik
berupa keadaan laten secara klinis dengan replikasi. virus yang
rendah khususnya di jaringan limfoid dan hitungan CD4+ secara
perlahan menurun.
• Tahap akhir, fase krisis
ditandai dengan menurunnya pertahanan tubuh penderita secara
cepat berupa rendahnya jumlah CD4+, penurunan berat badan, diare,
infeksi oportunistik, dan keganasan sekunder. Tahap ini umumnya
dikenal sebagai AIDS.
Komplikasi
• Oral Lesi
Karena kandidia, herpes simplek, sarcoma Kaposi, HPV oral, gingivitis, peridonitis Human
Immunodeficiency Virus (HIV), leukoplakia oral, nutrisi, dehidrasi, penurunan berat badan, keletihan
dan cacat.
• Neurologik
- Ensefalopati HIV atau disebut pula sebagai kompleks dimensia AIDS (ADC; AIDS dementia
complex).
- Meningitis kriptokokus 
• Gastrointestinal
Wasting syndrome, diare, hepatitis, penyakit anorektal.
• Respirasi
Pneumocystic Carinii
• Dermatologik
- Lesi kulit stafilokokus : virus herpes simpleks dan zoster
- Moluskum kontangiosum merupakan infeksi virus yang ditandai oleh pembentukan plak yang
disertai deformitas.
• Sensorik
- Pandangan : Sarkoma Kaposi pada konjungtiva atau kelopak mata : retinitis sitomegalovirus
berefek kebutaan.
- Pendengaran : otitis eksternal akut dan otitis media, kehilangan pendengaran dengan efek nyeri
yang berhubungan dengan mielopati, meningitis, sitomegalovirus dan reaksi-reaksi obat.
Cara Penularan
Penularan HIV dari ibu kepada bayinya dapat melalui:
a)Dari ibu kepada anak dalam kandungannya (antepartum)
Ibu hamil yang terinfeksi HIV dapat menularkan virus tersebut ke bayi yang
dikandungnya. Transmisi dapat terjadi melalui plasenta (intrauterin)
intrapartum, yaitu pada waktu bayi terpapar dengan darah ibu.
b) Selama persalinan (intrapartum)
Selama persalinan bayi dapat tertular darah atau cairan servikovaginal yang
mengandung HIV melalui paparan trakeobronkial atau tertelan pada jalan lahir.
c) Bayi baru lahir terpajan oleh cairan tubuh ibu yang terinfeksi
Besarnya paparan pada jalan lahir sangat dipengaruhi dengan adanya kadar
HIV pada cairan vagina ibu, cara persalinan, ulkus serviks atau vagina,
perlukaan dinding vagina, infeksi cairan ketuban, ketuban pecah dini,
persalinan prematur, penggunaan elektrode pada kepala janin, penggunaan
vakum atau forsep, episiotomi dan rendahnya kadar CD4 pada ibu.
d) Bayi tertular melalui pemberian ASI
Berbagai factor yang dapat mempengaruhi resiko tranmisi HIV melalui ASI
antara lain mastitis atau luka di puting, lesi di mucosa mulut bayi, prematuritas
dan respon imun bayi.
Pencegahan Penularan HIV pada Anak
• Penularan HIV dari dari ibu ke bayi bisa dicegah:
mulai saat hamil, saat melahirkan dan setelah lahir
• Melalui penggunaan antiretroviral selama
kehamilan, penggunaan antiretroviral saat
persalinan dan bayi yang baru dilahirkan,
penggunaan obstetrik selama selama persalinan,
penatalaksanaan selama menyusui.
• Tujuan pemberian antiretroviral: viral load rendah
sehingga jumlah virus yang ada di dalam darah dan
cairan tubuh kurang efektif untuk menularkan HIV
Metode persalinan dengan sectio caecarea :
Terbukti mengurangi resiko risiko penularan
HIV dari ibu ke bayi sampai 80%
Bedah caesar memiliki risiko penularan HIV
dari ibu ke bayi sampai 80%.
Bila bedah caesar selektif disertai penggunaan
terapi antiretroviral, maka risiko dapat
diturunkan sampai 87%.
Perawatan HIV
1. Lindungi anak dari infeksi baru
Cucilah tangan sebelum makan atau mengambil obat dan setelah
memakai kamar mandi atau mengganti popok
2. Nutrisi pada Anak dengan HIV/AIDS:
Pemberian nutrisi pada bayi dan anak dengan HIV/AIDS tidak
berbeda dengan anak yang sehat, hanya saja asupan kalori dan
proteinnya perlu ditingkatkan.
Beri multivitamin dan antioksidan untuk mempertahankan
kekebalan tubuh dan menghambat replikasi virus HIV
Pilih bahan makanan yang risiko alerginya rendah dan dimasak
dengan baik untuk mencegah infeksi oportunistik
3. Dukungan sosial spiritual pada anak dengan
HIV/AIDS:
 Orang tua harus menghadapi masalah dalam perawatan anak,
pemberian kasih sayang, dan sebagainya sehingga dapat
mempengaruhi pertumbuhan mental anak
 Orang tua memerlukan waktu untuk mengatasi masalah emosi,
syok, kesedihan, penolakan, perasaan berdosa, cemas, marah,
dan berbagai perasaan lain.
 Anak perlu diberikan dukungan terhadap kehilangan dan
perubahan
Dukungan pada Anak HIV Positif
- Keluarga, teman, wali dan petugas kesehatan
memberikan anak-anak dukungan emosional
dan sosial
- Fokus pada HIV dan AIDS untuk mendukung
anak-anak di dalam keluarga dan masyarakat
Pengobatan anak HIV
• Prinsip pemberian ART pada anak hampir sama
dengan dewasa, tetapi pemberian ART pada
anak memerlukan perhatian khusus tentang
dosis dan toksisitasnya
• Pada bayi, sistem kekebalannya mulai dibentuk
dan berkembang selama beberapa tahun
pertama.
• Efek obat pada bayi dan anak juga akan berbeda
dengan orang dewasa
 antiretrovirals ART
 anti-HIV or anti-AIDS drugs anti-HIV atau obat anti-AIDS
 HIV antiviral drugs Obat antivirus HIV ARVs ARV

Metode yang direkomendasikan untuk mendiagnosis infeksi HIV pada bayi dan anak
• Uji virologik( DNA, RNA, ICD)
Untuk mendiagnosis infeksi pada bayi < 18 bulan ; uji inisial direkomendasi mulai
umur 6-8 minggu
A(I)
• Uji antibodi anti HIV
Untuk mendiagnosis infeksi HIV pada ibu atau identifikasi paparan pada bayi
A(I)
• A(IV)
• Untuk mendiagnosis infeksi pada anak > 18 bulan
Untuk mengidentifikasi infeksi HIV pada umur < 18 bulan dengan kemungkinan
besar HIV positif*
• Anak kurang dari 18 bulan dengan hasil uji antibodi positif termasuk di antaranya
adalah anak yang benar-benar terinfeksi, dan anak yang tidak terinfeksi tetapi
masih membawa antibodi maternal.
Penghentian terapi profilaksis
Penilaian dan tatalaksana setelah diagnosis infeksi
HIV ditegakkan
Rekomendasi ARV
ARV
• Pengobatan antiretroviral merupakan bagian dari pengobatan HIV
dan AIDS untuk mengurangi risiko penularan HIV, menghambat
perburukan infeksi oportunistik, meningkatkan kualitas hidup
penderita HIV, dan menurunkan jumlah virus (viral load) dalam darah
sampai tidak terdeteksi.
• Obat ARV tidak menyembuhkan HIV, melainkan dapat menurunkan
kesakitan dan kematian secara dramatis, serta memperbaiki kualitas
hidup pada orang dewasa maupun anak.
• Tujuan pengobatan antiretrovirus adalah untuk memperpanjang masa
hidup penderita, menahan perkembangan penyakit, dan menjaga
serta memperbaiki kualitas hidup penderita.
• Tatalaksana awal adalah pemberian konseling pada orangtua
mengenai infeksi HIV, evaluasi dan tatalaksana infeksi oportunistik,
pemberian nutrisi yang cukup, pengawasan tumbuh kembang dan
imunisasi.
Indikasi ARV
Paduan lini pertama yang direkomendasikan adalah 2
Nucleoside reverse transcriptase inhibitor (NRTI) + 1
Non-nucleoside reverse transcriptase inhibitor (NNRTI)
Berdasarkan ketersediaan obat, terdapat 3 kombinasi paduan ARV
(pilih warna yang berbeda)
Langkah-langkah
• Langkah 1: Gunakan 3TC sebagai NRTI pertama
• Langkah 2: Pilih 1 NRTI untuk dikombinasi dengan 3TCa :
• Langkah 3: Pilih 1 NNRTI
• Jika terapi TB telah berjalan, maka ARV yang digunakan:

• Jika akan memulai terapi TB pada anak yang sudah mendapat ARV:

• Lini pertama alternatif


Untuk anak > 2 tahun: TDF + 3TC/FTC + EFV/NVP
Tatalaksana kegagalan pengobatan lini
pertama
• Nilai kepatuhan berobat dan dukung agar pasien patuh.
• Nilai kegagalan imunologis dan virologis bila mampu diperiksa.
•Sambil menunggu pengambilan keputusan mengganti obat,
meneruskan obat ARV yang sekarang tetap memberi efek terapi
meskipun tidak sebaik yang diinginkan.
•Obat ARV lini dua biasanya terdiri atas obat yang berukuran dan
berjumlah lebih banyak sehingga potensial untuk menimbulkan
ketidakpatuhan berobat.
•Penggantian tidak boleh terlalu cepat karena akan membebani
pembiayaan nasional dan tidak boleh terlalu lambat karena akan
menimbulkan resistensi yang lebih banyak pada obat ARV bahkan lini
dua
Kriteria klinis untuk menilai gagal terapi

• Sesuai stadium klinis 3 dan 4 WHO, kejadian IO baru didefinisikan


sebagai infeksi oportunistik yang baru atau penyakit yang biasanya
berhubungan dengan HIV
Rencana mengubah ke paduan lini
kedua
• Mengubah ke paduan lini kedua BUKAN keadaan gawat darurat
• Alasan utama kegagalan pengobatan adalah kepatuhan yang kurang.
• Sebelum pindah paduan obat, perbaiki kepatuhan
•Penetapan paduan lini dua dilakukan dengan konsultasi pada dokter
terlatih di RS rujukan
•Perlu pemantapan mekanisme suportif (pengasuh, dokter, PMO)
kembali sebelum penggantian obat, evaluasi sesudah 6 bulan
perbaikan
•Penting untuk memastikan bahwa anak mendapat profilaksis infeksi
oportunistik yang tepat
•Paduan yang gagal dapat tetap diberikan sampai anak siap untuk
paduan lini kedua
Paduan lini kedua yang
direkomendasikan untuk bayi dan anak
Asuhan Keperawatan

Anda mungkin juga menyukai