Anda di halaman 1dari 28

TUGAS E-LEARNING

KEPERAWATAN ENDOKRIN II

Asuhan Keperawatan Koma Miksedema dan Krisis Tiroid

Fasilitator :
Erna Dwi Wahyuni , S. Kep. Ns., M.Kep.

Oleh :
Kelompok 1
A1/2015
Meidina Dewati 131511133003
Riris Medawati 131511133005
Tyas Dwi Rahmadhani 131511133019
Achmad Fachri Ali 131511133023
Elma Karamy 131511133026
Itsnaini Lina K. 131511133029
Talia Puspita Adianti 131511133118
Najla Khairunnisa 131511133120

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN NERS


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS AIRLANGGA
2017
KOMA MIKSEDEMA

A. MIND MAP KOMA MIKSEDEMA

M
ETIOLOGI A
N
I
F
E
S
T
A
DIAGNOSTIK
S
I
K
L
KOMA MIKSEDEMA I
Kedaruratan
Kedaruratan yang
yang membahayakan
membahayakan N
jiwa
jiwa akibat hipotiroidisme ekstrem
akibat hipotiroidisme ekstrem I
yang
yang jarang
jarang terjadi
terjadi S

PENATALAKSANAAN
KEPERAWATAN

MASALAH KEPERAWATAN
B. WOC KOMA MIKSEDEMA
C. ASUHAN KEPERAWATAN KOMA MIKSEDEMA

a) Pengkajian

1) Identitas Klien
Meliputi: umur, jenis kelamin, alamat, no rekam medis, tanggal MRS, tanggal
pemeriksaan.
2) Keluhan Utama
Biasanya klien mengeluh : tampak lelah, tidak tahan dingin, daya ingat menurun.
3) Riwayat Kesehatan Sekarang
Mengungkapkan hal-hal yang menyebabkan klien mencari pertolongan, misalnya
gejala awal sakit, keluhan utama. Pada orang dewasa, paling sering mengenai
wanita dan ditandai oleh peningkatan laju metabolik basal, kelelahan dan letargi,
kepekaan terhadap dingin, dan gangguan menstruasi. Bila tidak diobati, akan
berkembang menjadi miksedema nyata. Pada bayi, hipotiroidisme hebat
menimbulkan kretinisme. Pada remaja hingga dewasa, manifestasinya merupakan
peralihan dengan retardasi perkembangan dan mental yang relatif kurang hebat
serta miksedema disebut demikian karena adanya edematus, penebalan merata
dari kulit yang timbul akibat penimbunan mukopolisakarida hidrofilik pada
jaringan ikat di seluruh tubuh.
4) Riwayat Penyakit Sebelumnya
Perlu dikaji apakah klien pernah menderita penyakit yang sama, riwayat
ketergantungan terhadap makanan/minuman, zat dan obat-obatan. Apakah
sebelumnya klien pernah mengalami hipotiroidisme.
5) Riwayat Penyakit Keluarga
Apakah ada anggota keluarga yang mempunyai penyakit yang sama dengan klien.
6) Kebiasaan Hidup Sehari-Hari, Seperti:
a. Pola makan (misal: mengkonsumsi makanan yang kadar yodiumnya rendah,
dan nafsu makan menurun)
b. Pola tidur (misal: klien menghabiskan banyak waktu untuk tidur, sering tidur
larut malam)
c. Pola aktivitas (misal: klien terlalu memforsir pekerjaan sehingga sering
mengeluh kelelahan).
7) Pengkajian Psikososial
Klien sangat sulit membina hubungan sosial dengan lingkungannya, mengurung
diri/bahkan mania. Klien sangat malas beraktivitas, dan ingin tidur sepanjang hari.
mengkaji bagaimana konsep diri klien mencakup kelima komponen konsep diri.
8) Pemeriksaan Fisik Persistem
a. B1 (Breathing)
Terdapat penurunan pernapasan seperti hipoventilasi, penahanan CO2,
dispnea, edema, penahanan air, bisa terjadinya efusi pleura. Selain itu terdapat
juga tanda-tanda adanya gerakan dada, retraksi atau otot bantu pernafasan,
pada saat auskultasi terdengar adanya bunyi nafas tambahan (Gurgling,
Krakels, ronkhi, wheezes).
b. B2 (Blood)
Terdapat penurunan fungsi jantung seperti penurunan kontraktilitas jantung,
penurunan stroke volume, penurunan HR, dan penurunan cardiac output.
Pasien dapat berkembang menjadi efuse pericardial sehingga adanya
perubahan atau penurunan listrik jantung pada EKG. Terjadinya hipotensi
karena stimulasi adrenergic menurun akibat penurunan tiroid. Terdapat juga
tanda berupa ekstermitas pucat, dingin, nadi lambat dan lemah, waktu
pengisian kapiler >3 detik, tekanan darah turun, dan sianosis
c. B3 (Brain)
Terdapat tanda gejala akibat penurunan metabolism yang menghasilkan
penurunan kesadaran, depresi, letargi, somnolen, kurang berkonsentrasi, suara
parau, hiporefleksia. Pengaturan panas tubuh menurun sehingga terjadinya
hipotermia (26,7oC) dan bisa terjadi kegawatan. Diagnosa koma miksedema
tergantung pada gejala – gejala klinis dan identifikasi faktor pencetus yang
mendasari. Faktor pencetus yang paling umum adalah infeksi paru; yang lain
meliputi trauma, stress, infeksi, obat – obatan seperti barbiturate, pembedahan,
dan gangguan metabolic.
d. B4 (Bladder)
Penurunan keluaran urine akibat fungsi ginjal terganggu dengan penurunan
kecepatan filtrasi glomerulus dan kegagalan kemampuan untuk
mengekskresikan beban cairan.
e. B5 (Bowel)
Terdapat tanda dan gejala berupa penurunan bising usus, anoreksia, konstipasi,
ileus paralisis, peningkatan berat badan dan asites.
f. B6 (Bone)
Penurunan refleks otot, kulit kering dan bersisik, rambut kepala tipis dan
rapuh, pertumbuhan kuku buruk, kuku menebal, rambut rontok, edema kulit
terutama dibawah mata
9) Pemeriksaan Penunjang
a. Peningkatan kadar hormon perangsang tiroid (TSH) (Tes Standar Emas) dan
indeks tiroksin bebas yang rendah (jika hasil pemeriksaan TSH tidak definitif).
b. Pemeriksaan Kadar glukosa darah
c. EKG : biasanya menunjukkan voltase rendah, interval QT memanjang, dan
gelombang T datar atau invers.
d. Pemeriksaan Kadar kortisol : biasanya rendah
e. Pemeriksaan T3 dan T4 serum: kadar T3 dan T4 dibawah rentang normal
f. Pemeriksaan darah lengkap menunjukkan anemia (eritrosit, hemoglobin, dan
hematokrit dibawah kadar normal)
g. Analisis gas darah arteri (GDA) menunjukkan hiperkapnea berat disertai
penurunan tegangan oksigen arteri (PaO2) dan peningkatan karbon dioksida
artri (PaCO2).

b) Diagnosa Keperawatan

1) Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan sindrom hipoventilasi (Domain


4. Aktivitas/Istirahat, Kelas 4. Respons Kardiovaskular/Pulmonal, Kode 00032)
2) Hipotermia berhubungan dengan penurunan laju metabolisme (Domain 11.
Keamanan/Perlindungan, Kelas 6. Termoregulasi, Kode 00006)
3) Kelebihan volume cairan berhubungan dengan gangguan mekanisme regulasi
(Domain 2. Nutrisi, Kelas 5. Hidrasi, Kode 00026)
4) Ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
faktor biologis (Domain 1. Makan, Kelas 2. Nutrisi, Kode 00002)
5) Konstipasi berhubungan dengan penurunan motilitas traktus gastrointestinal
(Domain 3. Eliminasi dan pertukaran, Kelas 2. Fungsi gastrointestinal, Kode
00011)
6) Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan kelembapan (Domain 11.
Keamanan/ Perlindungan, Kelas 2. Cedera fisik, Kode 00046)
7) Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai dan
kebutuhan oksigen (Domain 4. Aktivitas/Istirahat, Kelas 4. Respons
Kardiovaskular/Pulmonal, Kode 00092)
8) Risiko cedera berhubungan dengan disfungsi integrasi sensori (Domain 11.
Keamanan/ Perlindungan, Kelas 2. Cedera Fisik, Kode 00035)

c) Intervensi

Diagnosa Keperawatan :
Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan sindrom hipoventilasi (Domain 4.
Aktivitas/Istirahat, Kelas 4. Respons Kardiovaskular/Pulmonal, Kode 00032)
NOC NIC
Setelah dilakukan tindakan keperawatan Terapi Oksigen (3320)
selama 2x 24 jam, diharapkan pola napas  Berikan oksigen tambahan seperti
klien kembali normal dengan kriteria yang diperintahkan
hasil :  Monitor efektifitas terapi oksigen
Status Pernapasan: Ventilasi (0403) dengan tepat
1) Frekuensi pernafasan normal  Amati tanda-tanda hipoventilasi
(040301) induksi oksigen
2) Irama pernafasan normal (040302)  Atur dan anjurkan pasien mengenai
3) Tidak ada pernafasan cuping hidung penggunaan perangkat oksigen
(041528)
Bantuan Ventilasi (3390)
4) Tidak ada penggunaan otot bantu
 Pertahankan kepatenan jalan nafas
nafas (040309)
 Posisikan [pasien] untuk mengurangi
dyspnea
 Posisikan untuk memfasilitasi
pencocokan ventilasi/perfusi (“good
lung down”) dengan tepat
 Auskultasi suara nafas, catat area-
area penurunan atau tidak adanya
ventilasi dan adanya suara tambahan
 Mulai dan pertahankan oksigen
tambahan, seperti yang ditentukan
 Beri obat (misalnya, bronkodilator
dan inhaler) yang meningkatkan
patensi jalan nafas dan pertukaran
gas
 Ajarkan teknik pernapasan, dengan
tepat

Monitor Pernafasan (3350)


 Monitor kecepatan, irama,
kedalaman dan kesulitan bernafas
 Monitor pola nafas (misalnya,
bradipnea, takipnea, hiperventilasi,
pernafasan kusmaul, pernafasan 1:1,
apneustik, respirasi biot, dan pola
ataxic)
 Monitor keluhan sesak nafas pasien,
termasuk kegiatan yang
meningkatkan atau memeperburuk
sesak nafas tersebut

Diagnosa Keperawatan :
Hipotermia berhubungan dengan penurunan laju metabolisme (Domain 11.
Keamanan/Perlindungan, Kelas 6. Termoregulasi, Kode 00006)
NOC NIC
Setelah dilakukan tindakan keperawatan Perawatan Hipotermia (3800)
diharapkan suhu tubuh klien kembali  Monitor suhu pasien, menggunakan
normal dengan kriteria hasil : alat pengukur dan rute yang paling
Termoregulasi (0800) tepat
1) Hipotermia tidak ada (080020)  Bebaskan klien dari lingkungan yang
2) Tidak ada penurunan suhu kulit dingin
(080018)  Tempatkan pasien pada posisi
Kontrol Risiko : Hipotermi (1923) supine/telentang, minimalkan
1) Mengidentifikasi tanda dan gejala perubahan orthostatic
hipotermia (192302)  Berikan pemanas pasif (misalnya,
2) Memodifikasi lingkungan sekitar selimut, penutup kepala dan pakaian
untuk meningkatkan penyimpanan hangat)
panas (192308)  Berikan pemanas internal aktif atau
pemanas inti (misalnya., cairan IV
yang hangat, oksigen humidifier
yang hangat)

Pengaturan Suhu (3900)


 Monitor suhu paling tidak 2 jam,
sesuai kebutuhan
 Monitor suhu dan warna kulit
 Monitor dan laporkan adanya tanda
dan gejala dari hipotermia dan
hipertermia
 Informasikan mengenai indikasi
adanya hipotermia dan penanganan
emergensi yang tepat, sesuai
kebutuhan
 Berikan medikasi yang tepat untuk
mencegah atau mengotrol menggigil

Manajemen Lingkungan (6480)


 Hindari dari paparan dan aliran udara
yang tidak perlu, terlalu panas, atau
terlalu dingin
 Sesuaikan suhu lingkungan dengan
kebutuhan pasien, jika suhu tubuh
berubah

Diagnosa Keperawatan :
Kelebihan volume cairan berhubungan dengan gangguan mekanisme regulasi
(Domain 2. Nutrisi, Kelas 5. Hidrasi, Kode 00026)
NOC NIC
Setelah dilakukan tindakan keperawatan Manajemen Hypervolemia (4170)
diharapkan status cairan tubuh klien  Monitor status hemodinamik,
kembali normal dengan kriteria hasil : meliputi denyut nadi, tekanan darah
Keseimbangan Cairan (0601)  Monitor edema perifer
1) Keseimbangan intake dan output  Monitor intake dan output
dalam 24 jam tidak terganggu  Instruksikan pasien dan keluarga
(060107) mengenai intervensi yang
2) Edema perifer tidak ada (060112) direncanakan untuk menangani
Eliminasu Urin (0503) hipervolemia
1) Pola eliminasi tidak terganggu  Batasi asupan natrium, sesuai
(050301) indikasi
2) Retensi urin tidak ada (050332)
Keparahan Cairan Berlebih (0603) Manajemen Elektrolit/Cairan (2080)

1) Edema periorbital tidak ada (060301)  Pantau kadar serum elektrolit yang

2) Penurunan urin output (060319) abnormal, seperti yang tersedia


 Jaga pencatatan intake/asupan dan
output yang akurat
 Pantau adanya tanda dan gejala
retensi cairan
 Batasi cairan yang sesuai

Manajemen Cairan (4120)


 Masukkan kateter urin
 Kaji lokasi dan luasnya edema, jika
ada
 Konsultasikan dengan dokter jika
tanda-tanda dan gejala kelebihan
volume cairan menetap atau
memburuk
 Berikan diuretic yang diresepkan
 Monitor tanda-tanda vital pasien

Diagnosa Keperawatan :
Ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
faktor biologis (Domain 1. Makan, Kelas 2. Nutrisi, Kode 00002)
NOC NIC
Setelah dilakukan tindakan keperawatan Manajemen Nutrisi (1100)
diharapkan nutrisi klien kembali  Tentukan status gizi pasien dan
seimbang dengan kriteria hasil: kemampuan [pasien] untuk
Status Nutrisi memenuhi kebutuhan gizi
1) Asupan gizi kembali normal (100401)  Identifikasi [adanya] alergi atau
2) Asupan makanan kembali normal intoleransi makanan yang dimiliki
(100402) pasien
3) Rasio berat badan/tinggi badan  Tentukan jumlah kaori dan jenis
normal (100405) nutrisi yang dibutuhkan untuk
memenuhi persyaratan gizi
 Monitor kalori dan asupan makanan
pastikan diet mencakup makanan
tinggi kandungan serat untuk
mencegah konstipasi
 Anjurkan keluarga untuk membawa
makanan favorit pasien sementara
[pasien] berada di rumah sakit atau
fasilitas perawatan, yang sesuai
 Tawarkan makanan ringan yang
padat gizi

Manajemen Saluran Cerna


 Ajarkan pasien mengenai makanan-
makanan tertentu yang membantu
mendukung keteraturan aktivitas
usus
 Kolaborasikan dengan dokter
mengenai evaluasi medik terkait
dengan efek samping gastrointestinal

Diagnosa Keperawatan :
Konstipasi berhubungan dengan penurunan motilitas traktus gastrointestinal (Domain
3. Eliminasi dan pertukaran, Kelas 2. Fungsi gastrointestinal, Kode 00011)
NOC NIC
Setelah dilakukan tindakan keperawatan Manajemen Konstipasi/Impaksi
diharapkan eliminasi alvi klien kembali (0450)
normal dengan kriteria hasil:  Monitor tanda dan gejala konstipasi
Eliminasi Usus (0501)  Monitor [hasil produksi] pergerakan
1) Suara bising usus tidak terganggu usus [feses], meliputi frekuensi,
(050129) konsistensi bentuk, volume, dan
2) Konstipasi tidak ada (050110) warna, dengan cara yang tepat
Fungsi Gastrointestinal (1015)  Monitor bising usus
1) Bising usus tidak terganggu (101508)  Instruksikan pada pasien/keluarga
2) Konstipasi tidak ada (101536) pada diet tinggi serat, dengan cara
3) Distensi perut tidak ada (101514) yang tepat
 Kolaborasikan dengan ahli gizi untuk
menentukan diet klien
 Kolaborasikan dengan dokter untuk
pemberian obat pencahar
 Lakukan enema atau irigasi, dengan
tepat

Manajemen Saluran Cerna (0430)


 Catat tanggal buang air besar terakhir
 Lapor berkurangnya bising usus
 Ajarkan pasien mengenai makanan-
makanan tertentu yang membantu
mendukung keteraturan [aktivitas]
usus
 Masukkan supositoria rektal, sesuai
dengan kebutuhan
 Berikan cairan hangat setelah makan,
dengan cara yang tepat

Diagnosa Keperawatan :
Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan kelembapan (Domain 11. Keamanan/
Perlindungan, Kelas 2. Cedera fisik, Kode 00046)
NOC NIC
Setelah dilakukan tindakan keperawatan Identifikasi Risiko (6610)
diharapkan risiko kerusakan integritas  Kaji ulang riwayat kesehatan masa
kulit dapat berkurang dengan kriteria lalu dan dokumentasikan bukti yang
hasil : menunjukkan adanya penyakit
Integritas Jaringan: Kulit dan medis, diagnose keperawatan serta
Membran Mukosa Normal (1101) perawatannya
1) Elastisitas  Indentifikasi adanya sumber-sumber
2) Hidrasi agensi untuk membantu menurunkan
3) Keringat faktor risiko
4) Tekstur  Identifikasi risiko biologis,
5) Ketebalan lingkungan dan perilaku serta
6) Integritas kulit hubungan timbale balik
7) Penebalan kulit  Identifikasi strategi koping yang
8) Wajah pucat digunakan/khas
Hidrasi (0602)  Instruksikan faktor risiko dan
1) Turgor kulit rencana untuk mengurangi faktor
2) Membran mukosa lembab risiko
3) Intake cairan  Rencanakan tindak lanjut strategi
Kontrol Risiko (1902) dan aktivitas pengurangan risiko
1) Mencari informasi tentang risiko jangka panjang
kesehatan
2) Mengidentifikasi faktor risiko Perawatan Kulit: Pengobatan Topical

3) Memodifikasi gaya hidup untuk (3584)


mengurangi risiko  Jangan gunakan alas kasur bertekstur
4) Menghindari paparan ancaman kasar
kesehatan  Pakaikan pasien pakaian yang
longgar
 Aplikasikan pelumas untuk
melembabkan bibir dan mukosa
mulut, yang diperlukan
 Jaga kebersihan toilet, sesuai
keperluan
 Mobilisasi pasien setidaknya setiap 2
jam, menurut jadwal tertentu
 Aplikasikan obat pelunak di daerah
yang terkena
 Periksakan kulit setiap hari bagi
pasien yang berisiko mengalami
kerusakan kulit
 Dokumentasi derajat kerusakan kulit
 Tambahn kelembaban lingkungan
dengan humidifier, yang di perlukan

Diagnosa Keperawatan :
Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai dan
kebutuhan oksigen (Domain 4. Aktivitas/Istirahat, Kelas 4. Respons
Kardiovaskular/Pulmonal, Kode 00092)
NOC NIC
Setelah dilakukan tindakan keperawatan Terapi Aktivitas (4310)
diharapkan aktivitas klien kembali  Pertimbangkan kemampuan klien
normal dengan kriteria hasil : dalam berpartisipas melalui aktivitas
Toleransi Terhadap Aktivitas (0005) spesifik
1) Saturasi oksigen ketika beraktivitas  Bantu klien dan keluarga untuk
tidak terganggu (000501) mengidentifikasi kelemahan dalam
2) Kemudahan dalam melakukan level aktivitas tertentu
aktivitas hidup harian (Activities of  Identifikasi strategi untuk
Daily Living/ADL) (000518) meningkatkan partisipasi terkait
Tingkat Kelalahan (0007) dengan aktivitas yang diinginkan
1) Kelelahan tidak ada (000701) Manajemen Energi (0108)
2) Kegiatan sehari-hari tidak terganggu  Kaji status pasien yang
(000715) menyebabkan kelelahan sesuai
3) Keseimbangan antara kegiatan dan dengan konteks usia dan
istirahat tidak terganggu (000721) perkembangan
 Pilih intervensi untuk mengurangi
kelelahan baik secara farmakologis
maupun non farmakologis, dengan
tepat
 Monitor intake/asupan nutrisi untuk
mengetahui sumber energy yang
adekuat
 Anjurkan periode istirahat dan
kegiatan secara bergantian

Terapi Oksigen (3320)


 Berikan oksigen tambahan seperti
yang diperintahkan
 Konsultsikan dengan tenaga
kesehatan lain mengenai penggunaan
oksigen tambahan selama kegiatan
dan/atau tidur

Diagnosa Keperawatan :
Risiko cedera berhubungan dengan disfungsi integrasi sensori (Domain 11.
Keamanan/ Perlindungan, Kelas 2. Cedera Fisik, Kode 00035)
NOC NIC
Setelah dilakukan tindakan keperawatan Manajemen Lingkungan :
diharapkan klien tidak memiliki risiko Keselematan (6486)
untuk cedera dengan kriteria hasil :  Identifikasi kebutuhan keamanan
Fungsi Sensori (2405) pasien berdasarkan fungsi fisik dan
1) Persepsi stimulasi kulit tidak kognitif serta riwayat perilaku di
terganggu (240501) masa lalu
2) Persepsi posisi tubuh tidak terganggu  Identifikasi hal-hal yang
(240508) membahayakan di lingkungan
Kontrol Risiko (1902) (misalnya,[bahaya] fisik, biologi, dan
1) Mengidentifikasi faktor risiko kimiawi)
(190220)  Monitor lingkungan terhadap
2) 2Memonitor faktor risiko di terjadinya perubahan status
lingkungan (190202) keselamatan
Pencegahan Jatuh (6490)
 Identifikasi kekurangan baik kognitif
atau fisik dari pasien yang mungkin
meningkatkan potensi jatuh pada
lingkungan tertentu
 Tanyakan pasien mengenai persepsi
keseimbangan, dengan tepat
 Instruksikan pasien untuk memanggil
bantuan terkait pergerakan, dengan
tepat
 Jawab panggilan lampu pemanggil
segera

Identifikasi Risiko (6610)


 Identifikasi adanya sumber-sumber
agensi untuk membantu menurunkan
faktor resiko
 Identifikasi risiko biologis,
lingkungan dan perilaku serta
hubungan timbal balik
 Diskusikan dan rencanakan aktivitas-
aktivitas pengurangan risiko
berkolaborasi dengan individu atau
kelompok
 Rencanakan tindak lanjut strategi
dan aktivitas pengurangan risiko
jangka panjang.
KRISIS TIROID

A. MIND MAP KRISIS TIROID

PEMERIKSAAN PENUNJANG

ETIOLOGI

MANIFESTASI KLINIS

KRISIS TIROID
kejadian
kejadian mendadak
mendadak yang
yang mengancam
mengancam jiwa
jiwa
MASALAH KEPERAWATAN akibat
akibat peningkatan
peningkatan dari
dari hormon
hormon tiroid
tiroid
sehingga
sehingga terjadi
terjadi kemunduran
kemunduran fungsi
fungsi organ.
organ.

PENATALAKSANAAN
KEPERAWATAN
B. WOC KRISIS TIROID
C. ASUHAN KEPERAWATAN KRISIS TIROID

a) Pengkajian

1) Identitas Pasien
Meliputi: umur, jenis kelamin, alamat, no rekam medis, tanggal MRS, tanggal
pemeriksaan.
2) Keluhan Utama
Keluhan utama yang sering adalah panas badan tinggi, koma dan penurunan
kesadaran.
3) Riwayat Kesehatan
a. Riwayat Penyakit Dahulu
Pengkajian penyakit yang pernah dialami pasien yang memungkinkan adanya
hubungan atau menjadi predisposisi keluhan sekarang
b. Riwayat Obat
Pengkajian pemakaian obat obat yang sering digunakan pasien
c. Riwayat Kesehatan Sekarang
Faktor riwayat penyakit sangat penting diketahui karena untuk mengetahui
jenis kuman penyebab.
d. Riwayat Kesehatan Keluarga
Apakah keluarga mengalami penyakit yang sama
4) Review of System
a. B1 (Breathing)
Peningkatan respirasi dapat diakibatkan oleh peningkatan kebutuhan oksigen
sebagai bentuk kompensasi peningkatan laju metabolisme yang ditandai
dengan takipnea
b. B2 (Blood)
Peningkatan metabolisme menstimulasi produksi katekolamin yang
mengakibatkan peningkatan kontraktilitas jantung, denyut nadi dan cardiac
output. Ini mengakibatkan peningkatan pemakaian oksigen dan nutrisi.
Peningkatan produksi panas membuat dilatasi pembuluh darah sehingga pada
pasien didapatkan palpitasi, takikardia, dan peningkatan tekanan darah. Pada
auskultasi jantung terdengar mur-mur sistolik pada area pulmonal dan aorta.
Dan dapat terjadi disritmia, atrial fibrilasi,dan atrial flutter. Serta krisis tiroid
dapat menyebabkan angina pectoris dan gagal jantung
c. B3 (Brain)
Peningkatan metabolisme di serebral mengakibatkan pasien menjadi iritabel,
penurunan perhatian, agitasi, takut. Pasien juga dapat mengalami delirium,
kejang, stupor, apatis, depresi dan bisa menyebabkan koma.
d. B4 (Bladder)
Perubahan pola berkemih ( poliuria, nocturia).
e. B5 (Bowel)
Peningkatan metabolisme dan degradasi lemak dapat mengakibatkan
kehilangan berat badan. Krisis tiroid juga dapat meningkatkan peningkatan
motilitas usus sehingga pasien dapat mengalami diare, nyeri perut, mual, dan
muntah.
f. B6 (Bone)
Degradasi protein dalam musculoskeletal menyebabkan kelelahan, kelemahan,
dan kehilangan berat badan
5) Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Laboratorium : pemeriksaan darah dan pemeriksaan tiroid.

b) Diagnosa Keperawatan

1) Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan volume sekuncup


(Domain 4. Aktifitas/Istirahat. Kelas 4. Respons Kardiovaskular/Pulmonal.
00029)
2) Resiko ketidakefektifan perfusi jaringan otak berhubungan dengan penurunan
sirkulasi darah ke otak
3) Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan aktif (Domain
2. Nutrisi. Kelas 5. Hidrasi. 00027)
4) Hipertermi berhubungan dengan peningkatan laju metabolisme (Domain 11.
Keamanan/Perlindungan. Kelas 6. Termoregulasi 00007)
5) Diare berhubungan dengan malabsorbsi (Domain 3. Eliminasi dan Pertukaran.
Kelas 2. Fungsi Gastrointestinal. 00013)
6) Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
faktor biologis (Domain 2. Nutrisi. Kelas 1. Makan. 00002)

c) Intervensi

Diagnosa Keperawatan:
Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan volume sekuncup (Domain
4. Aktifitas/Istirahat. Kelas 4. Respons Kardiovaskular/Pulmonal. 00029)
NOC NIC
Setelah dilakukan tindakan keperawatan Perawatan Jantung
selama 3x24 jam penurunan curah  Pastikan tingkat aktivitas pasien yang
jantung klien teratasi, dengan kriteria tidak membahayakan curah jantung
hasil : atau memprovokasi serangan jantung
Keefektifan Pompa Jantung :  Instruksikan pasien tentang
1) Tekanan darah sistol dan diastole pentingnya untuk segera melaporkan
normal bila merasakan nyeri
2) Denyut jantung apical normal  Monitor distrima jantung, termasuk
Status Jantung Paru : gangguan ritme dan konduksi jantung
1) Irama jantung normal  Catat tanda dan gejala penurunan
2) Tingkat pernafasan normal curah jantung
 Instruksikan pasien dan kelusrgs
mengenai tujuan perawatan dan
bagaimana kemajuannya akan diukur
 Jelaskan pada pasien tujuan dari
pemberian oksigen
 Sediakan informasi untuk mengurangi
stress
 Kelola pemberian obat anti aritmia,
inotropik, nitrogliserin dan
vasodilator untuk mempertahankan
kontraktilitas jantung

Diagnosa Keperawatan:
Resiko ketidakefektifan perfusi jaringan otak berhubungan dengan penurunan
sirkulasi darah ke otak
NOC NIC
Setelah dilakukan tindakan keperawatan Monitor Tanda-Tanda Vital
2x24 jam diharapkan resiko  Monitor tekanan darah, nadi, suhu,
ketidakefektifan perfusi jaringan otak dan pernafasan dengan tepat
yang dapat teratasi dengan kriteria hasil :  Inisisasi dan pertahankan perangkat
Keefektifan Pompa Jantung pemantauan suhu tubuh secara terus
1) Tekanan darah sistolik kembali menerus
normal  Monitor dan laporkan tanda dan
2) Denyut jantung apikal normal gejala hipotermi dan hipertermi
Status Sirkulasi  Monitor irama dan tekanan jantung
1) Tekanan darah sistolik kembali  Identifikasi kemungkinan penyebab
normal perubahan tanda-tanda vital.

Manajemen Pengobatan
 Tentukan obat apa yang diperlukan,
dan kelola menurut resep dan
protokol
 Monitor pasien mengenai efek
teraupetik obat
 Monitor efek samping obat
 Pantau kepatuhan mengenai regimen
obat

Diagnosa Keperawatan:
Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan aktif (Domain 2.
Nutrisi. Kelas 5. Hidrasi. 00027)
NOC NIC
Setelah dilakukan tindakan keperawatan Manajemen Cairan
selama 3x24 jam penurunan curah  Jaga intake/ asupan yang akurat dan
jantung klien teratasi, dengan kriteria catat output (pasien)
hasil :  Monitor status hidrasi (misalnya
Keseimbangan Cairan membrane mukosa lembab, denyut
1) Keseimbangan intake dan ouput nadi adekuat, dan tekanan darah
dalam 24 jam kembali normal ortostatik)
 Berikan cairan dengan tepat
Hidrasi
 Berikan diuretic yang diresepkan
1) Warna urin normal
 Distribusikan asupan cairan selama 24
jam
 Monitor reaksi pasien terhadap
terhadap terapi elektrolit yang
diresepkan

Monitor Cairan
 Tentukan jumlah dan jenis intake/
asupan cairan serta kebiasaan
eliminasi
 Monitor membrane mukosa, turgor
kulit, dan respon haus
 Tentukan faktor-faktor resiko yang
mungkin menyebabkan
ketidakseimbangan cairan (misalnya
malnutrisi, sepsis, hipertermia, terpi
diuretic, polyuria, muntah dan diare)

Diagnosa Keperawatan:
Hipertermi berhubungan dengan peningkatan laju metabolisme (Domain 11.
Keamanan/Perlindungan. Kelas 6. Termoregulasi 00007)
NOC NIC
Setelah dilakukan tindakan keperawatan Pengaturan Suhu
selama 3x24 jam penurunan curah  Monitor suhu paling tidak setiap 2
jantung klien teratasi, dengan kriteria jam, sesuai kebutuhan
hasil :  Monitor tekanan darah, nadi dan
Termoregulasi respirasi sesuai kebutuhan
1) Berkeringat secara normal  Monitor suhu dan warna kulit
Tanda – Tanda Vital :  Diskusikan pentingnya termoregulasi
1) Suhu tubuh kembali normal dan kemungkinan efek negative dari
demam yang berlebihan, sesuai
kebutuhan
 5. Berikan medikasi yang tepat
untuk mencegah atau mengontrol
menggigil

Diagnosa Keperawatan:
Diare berhubungan dengan malabsorbsi (Domain 3. Eliminasi dan Pertukaran. Kelas
2. Fungsi Gastrointestinal. 00013)
NOC NIC
Setelah dilakukan tindakan keperawatan Manajemen Diare
selama 3x24 jam penurunan curah  Tentukan riwayat diare
jantung klien teratasi, dengan kriteria  Ajari pasien cara penggunaan obat
hasil : antidiare secara tepat
Eliminasi Usus  Instruksikan pasien atau anggota
1) Pola eliminasi normal keluarga untuk mencatat warna,
2) Kontrol gerakan usus normal volume, frekuensi, dan konsistensi
3) Bentuk feses kembali normal tinja.
4) Warna fases  Ukur diare/ output pencernaan
5) Jumlah fases
Manajemen Pengobatan
Fungsi Gastrointestinal :
1) Frekuensi BAB normal  Tentukan obat apa yang diperlukan,

2) Konsistensi feses normal dan kelola menurut resep dan

3) Tidak terjadi diare protokol


 Monitor pasien mengenai efek
terapeutik obat
 Monitor efek samping obat

Pemantauan Elektrolit
 Monitor serum elektrolit
 Monitor adanya mual muntah dan
diare
 Identifikasi tindakan yang
berakibatkan pada status elektrolit,
termasuk pengisapan pada saluran
cerna, penggunaan obat diuretic,
anthipertensi dan penghambat kanal
kalsium
 Ajarkan kepada pasien cara mencegah
atau meminimalisasi
ketidakseimbangan elektrolit
Diagnosa Keperawatan:
Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan faktor
biologis (Domain 2. Nutrisi. Kelas 1. Makan. 00002)
NOC NIC
Setelah dilakukan tindakan keperawatan Manajemen Nutrisi (1100)
selama 4x24 jam diharapkan nutrisi klien  Tentukan status gizi pasien dan
kembali seimbang dengan kriteria hasil: kemampuan (pasien) untuk memenuhi
Status Nutrisi (1004) kebutuhan gizi
1) Asupan gizi kembali normal (100401)  Tentukan jumlah kaori dan jenis
2) Asupan makanan kembali normal nutrisi yang dibutuhkan untuk
(100402) memenuhi persyaratan gizi
3) Rasio berat badan/tinggi badan  Monitor kalori dan asupan makanan
normal (100405) pastikan diet mencakup makanan
Nafsu Makan (1014) tinggi kandungan serat untuk
1) Hasrat/keinginan untuk makan tidak mencegah konstipasi
terganggu (101401)  Anjurkan keluarga untuk membawa
2) Intake nutrisi tidak terganggu makanan favorit pasien sementara
(101407) [pasien] berada di rumah sakit atau
fasilitas perawatan, yang sesuai
 Tawarkan makanan ringan yang padat
gizi

Terapi Nutrisi (1120)


 Monitor intake makanan/cairan dan
hitung masukan kalori perhari sesuai
kebutuhan
 Tentukan jumlah kalori dan tipe
nutrisi yang dibutuhkan untuk
memenuhi kebutuhan nutrisi dengan
berkolaborasi bersama ahli gizi,
sesuai kebutuhan
 Sediakan pasien makanan dan
minuman bernutrisi yang tinggi
protein, tinggi kalori, dan mudah
dikonsumsi sesuai kebutuhan
 Monitor hasil laboratorium yang
sesuai.

Bantuan Peningkatan Berat Badan


(1240)
 Dukung peningkatan asupan kalori
 Timbang pasien pada jam yang sama
setiap hari
 Berikan istirahat yang cukup
 Ciptakan lingkungan yang
menyenangkan dan menenangkan
PERTANYAAN DAN JAWABAN

1) Pertanyaan :
Apakah krisis tiroid ini dapat terjadi pada ibu hamil? Lalu bagaimana penatalaksanaan
krisis tiroid ini agar dapat menyelamatkan ibu dan juga calon bayi dalam kandungan?
(Kelompok 1)
Jawaban :
Krisis tiroid dapat terjadi pada ibu hamil. Untuk penatalaksanannya sebagai berikut : pada
kondisi hamil, pengobatan iodin radioaktif secara langsung merupakan kontraindikasi
karena meningkatkan risiko abortus spontan, kematian janin intra uterin, hipotiroid dan
retardasi mental pada neonatus. Pada ibu hamil, PTU masih merupakan obat pilihan
utama yang direkomendasikan oleh banyak penulis dan pedoman, dianggap lebih baik
karena lebih sedikit melewati plasenta dibandingkan methimazole. Tetapi telah terbukti
efektivitas kedua obat dan waktu rata-rata yang diperlukan untuk normalisasi fungsi tiroid
sebenarnya sama (sekitar 2 bulan), begitu juga kemampuan melalui plasenta. Penggunaan
methimazole pada ibu hamil berhubungan dengan sindrom teratogenik ‘embriopati
metimazole’ yang ditandai dengan atresi esofagus atau koanal; anomali janin yang
membutuhkan pembedahan mayor lebih sering berkaitan dengan penggunaan
methimazole, sebaliknya tidak ada data hubungan antara anomali kongenital dengan
penggunaan PTU selama kehamilan. Namun kadang methimazole tetap harus diberikan
karena satu-satunya pengobatan anti tiroid yang tersedia. Jika kondisi hipertiroid sudah
berkurang, dosis obat anti tiroid juga harus diturunkan untuk mencegah hipotiroid pada
janin. Pada trimester ketiga, hampir 30% ibu dapat menghentikan pengobatan anti tiroid
dan mempertahankan status eutiroid. Bagi ibu menyusui, kedua jenis obat anti tiroid
dinilai aman karena konsentrasinya rendah di dalam air susu. Bayi yang menyusui ibu
pengkonsumsi obat anti tiroid memiliki perkembangan dan fungsi intelektual yang
normal. Obat-obat golongan beta bloker untuk mengurangi gejala akut hipertiroid dinilai
aman dan efektif pada usia gestasi lanjut, pernah dilaporkan memberikan efek buruk bagi
janin bila diberikan pada awal atau pertengahan gestasi. Propanolol pada kehamilan akhir
dapat menyebabkan hipoglikemia pada neonatus, apnea, dan bradikardia yang biasanya
bersifat transien dan tidak lebih dari 48 jam. Propanolol sebaiknya dibatasi sesingkat
mungkin dan dalam dosis rendah (10-15 mg per hari). Tiroidektomi subtotal dapat
dilakukan saat kehamilan dan merupakan pengobatan lini kedua penyakit Grave.
Tiroidektomi sebaiknya dihindari pada kehamilan trimester pertama dan ketiga karena
efek teratogenik zat anestesi, peningkatan risiko janin mati pada trimester pertama serta
peningkatan risiko persalinan preterm pada trimester ketiga. Paling optimal dilakukan
pada akhir trimester kedua meskipun tetap memiliki risiko persalinan preterm sebesar
4,5%-5,5%. Tindakan pembedahan harus didahului oleh pengobatan intensif dengan
golongan thionamide, iodida, dan beta bloker untuk menurunkan kadar hormon tiroid
agar mengurangi risiko thyroid storm selama anestesi dan juga mengoptimalkan kondisi
operasi dengan penyusutan struma dan mengurangi perdarahan. Indikasi pembedahan
adalah dibutuhkannya obat anti tiroid dosis besar (PTU >450 mg atau methimazole >300
mg), timbul efek samping serius penggunaan obat anti tiroid, struma yang menimbulkan
gejala disfagia atau obstruksi jalan napas, dan tidak dapat memenuhi terapi medis
(misalnya pada pasien gangguan jiwa). (Kelompok 5)
Sumber :
Garry, Dimitry. 2013. Penyakit Tiroid pada Kehamilan. Jurnal CDK-206/ vol. 40 no. 7,
th. 2013

2) Pertanyaan :
Bagaimana prognosis klien dengan krisis tiroid? Apakah krisis tiroid dapat disembuhkan?
(Kelompok 1)
Jawaban :
Krisis tiroid merupakan penyakit dengan keadaan darurat yang akut dan mengancam jiwa.
Jika tidak diobati, krisis tiroid hampir selalu berakibat fatal pada orang dewasa (tingkat
kematian 90%) dan kemungkinan akan menyebabkan hasil yang sama parah pada anak-
anak, walaupun kondisinya sangat jarang pada anak-anak. Kematian akibat krisis tiroid
merupakan konsekuensi dari aritmia jantung, gagal jantung kongestif, hipertermia,
kegagalan organ multiple atau faktor lainnya. Dengan terapi tiroid - suppressive dan
blockade simpatik yang adekuat, diharapkan perbaikan klinis terjadi dalam waktu 24 jam.
(Kelompok 5)
Sumber :
https://emedicine.medscape.com/article/925147-overview#a2

Anda mungkin juga menyukai